Harapanku dihari istemewaku hanya satu.
Harapan paling sederhana bagi kebanyakan orang.
Harapan paling mudah dikabulkan bagi kebanyakan orang.Tetapi tidak untukku,
Sangat sulit untuk dikabulkan.
Bukan masalah Tuhan tidak menghendakinya,
Tetapi waktu yang tidak menghendakinya.Salahkah jika aku meminta waktu sedikit darimu Pah, mah?
***
Namaku Shasha dan umurku hampir 17 tahun, tepatnya tanggal 14 Februari. Aku adalah gadis SMA yang sama dengan gadis sebayaku, tetapi, aku merasa diriku berbeda dari mereka. Ada sesuatu yang kurang dari diriku.
Kepintaran? Memang aku tidak pintar, tetapi mendapat sepuluh besar dengan rata rata 90 diatas sudah cukup bagiku.
Kaya? Ah, yang punya uang orang tuaku bukan aku. Dapat makan setiap hari dan dapat mencukupi kebutuhan pokokku sudah cukup bagiku.
Lalu apa yang bikin kamu beda? Yaitu waktu. Waktu bersama orang tuaku. Mereka sibuk, sibuk dengan urusan mereka sendiri. Papah sibuk dinas diluar kota dan mamah sibuk dengan kantornya. Aku tau mereka bekerja untukku, untuk mencukupi seluruh kebutuhanku, tetapi apakah harus mengorbankan waktu bersama diriku?
"hari jadimu segera datang, apa kamu sudah merencanakan pesta untuk hari paling spesial dihidup ini?" tanya Ronaldo, sahabat baikku sedari aku kecil.
"sudah, bahkan segalanya sudah siap. Tinggal menunggu hari-h nya saja." jawabku datar.
"hadiah apa yang kamu inginkan, sha?" tanya Ronaldo lagi kepadaku.
Wajahku menunduk. Sedikit sakit ketika mendengar pertanyaan dari Ronaldo. Aku tidak menginginkan apapun, kecuali waktu bersama kedua orang tuaku. Itu saja, lebih baik dibanding hadiah termahal sekalipun didunia.
"aku tau, sha. Hadiah apa yang sangat kamu butuhkan," ucap Ronaldo, "tenanglah, aku tidak akan mampu membiarkan kamu bersedih seperti ini, aku akan berusaha mengabulkan permintaan terbesarmu itu. Jadi, jangan bersedih lagi, oke?" kini Ronaldo mencoba menghiburku.
Aku senang mempunyai sahabat seperti Ronaldo, yang dapat menjadi teman disaat aku membutuhkan bahunya maupun solusinya. Dia baik terhadapku, selalu baik sampai saat ini.
"iya, do."
"sudah malam, sha. Mari aku hantar kamu kerumah," ajak Ronaldo.
Sesampainya dirumah aku masih belum melihat kedua orang tuaku, walaupun jam didinding menunyukan pukul 22:05 WIB. Apakah mereka melupakan diriku?
***
Hari yang paling dinantikan telah hadir, hari dimana tepat tujuhbelas tahun silam aku dilahirkan. Aku melihat pantulan diriku didepan cermin. Melihat kecantikan diriku sendiri.
"wah ... Kamu sungguh cantik, sha. Nggak sangka adek kakak secantik ini," ucap kak Candra, kakak dari Ronaldo ini tengah berada disampingku sambil melihat pantulan tubuh kita berdua didepan cermin.
Kak Candra adalah kakak perempuan Ronaldo, dia seperti kakak bagiku juga. Aku sangat menyayanginya, dia adalah tempat keduaku ketika aku ingin mencurahkan semua isi hatiku. Dia sangat baik terhadapku.
Aku senang akan umur baru ini, tapi disisi lain hatiku sesak karena orang tuaku yang sedari pagi belum mengucapkan selamat ulang tahun untuk diriku.
Waktu menunjukan pukul 18:35 WIB
"yuk, sekarang kita ke tempat pesta. Pasti teman-temanmu disana sudah menunggu kamu," ucap kak Candra.
"iya kak," jawabku datar yang sidikit mengeluarkan nada kesedihan.
Kini kami telah berada di tengah-tengah tamu undanganku. Aku mencari dikanan dan kiri, disudut ruangan, tapi tak kunjung kutemukan seseorang yang sangat ku harapkan hadir pada malam ini. Dan saat ini waktunya untukku tiup lilin yang ada diatas kue ulang tahun yang lumayan besar itu.
aku harap kedua orang tuaku dapat menghabiskan waktu untukku.
Kini lilin yang awalnya terdapat api tersebut padam karena tiupan angin yang keluar dari mulutku dengan cukup usaha. Lilin berbentuk angka 1 dan 7 tersebut sekarang tinggal menyisakan separuh tubuhnya.
Semua orang bertepuk tangan ketika aku telah meniup lilin tersebut, dengan disertai doa. Aku melihat mereka lagi, mencari sesosok yang baru kusadari tidak ada dan tidak terlihat sedari tadi. Ronaldo, dimana dia?
Para tamu undangan kini tengah makan besar bersama sambil sesekali ada yang berbincang. Aku juga tengah duduk disebuah meja bundar bersama orang-orang terdekatku.
Tidak terasa sebagian besar dari mereka sudah pulang dikarenakan acara yang telah usai. Hanya beberapa dari mereka yang masih tetap tinggal disini.
Kak Candra tengah mengajakku mengobrol serius, hingga tiba-tiba aku mendengar nyanyian ulang tahun dari belakangku. Itu adalah nyanyian dari kedua orang tuaku.
"happy birthday Shasha, happy birthday Shasha, happy birthday happy birthday, happy birthday Shasha."
Aku melihat kedua orang tuaku dan juga Ronaldo yang tengah membawa kue ulang tahun sederhana dengan lilin berangka 17 itu. Mereka semua disini. Aku sangat senang sekali sampai-sampai air mata kini keluar. Aku kira mereka semua, orang-orang yang aku cintai tidak ikut dihari paling spesialku ini, ternyata aku salah.
"tiup lilin nya, nak," ucap papah yang sekarang merangkul pundakku.
Aku meniup lilin itu dan semua yang ada disini ikut bahagia bersamaku. Papah dan mamah kini memelukku hangat, pelukan sayang yang terakhir kurasakan waktu aku berumur 11 tahun.
"maafin mamah, nak. Mamah dan papah terlalu sibuk dengan pekerjaan kami hingga kami tega mengorbankan perasaanmu. Mamah yakin pasti kamu selama ini sangat menderita, nak. Maafkan mamah dan papah," ucap mamah yang kini memelukku.
"aku ingin papah dan mamah meluangkan waktu sedikit untukku," jawabku dengan menangis.
"papah dan mamah janji, nak. Mulai sekarang kami akan meluangkan waktu untuk kamu," ucap papah berjanji kepadaku.
Kini kami semua dalam keadaan haru tetapi membahagiakan itu. Kini papah dan mamah mulai meluakan waktu untukku. Dan kami selalu menghabiskan waktu bersama saat akhir pekan.
Begitupun dengan Ronaldo, kini kami semakin dekat. Lebih dekat dari sahabat, kini kami resmi berpacaran.
Selesai