follow your footstep

65 3 2
                                    

Dia

Dia, seseorang yang tanpa sengaja aku lihat. Dia, seseorang yang tiba-tiba berada dalam jarak pandangku. Dia, yang menjadi rutinitasku beberapa minggu ini. Dan Dia, yang entah sejak kapan menjadi pusaran hidupku.

Empat minggu yang lalu aku bertemu dengannya di sebuah jalan setapak dekat sekolah. Dia melangkah berlawan arah denganku. Saat itu dia mengenakan jaket hitam dengan bagian tutp kepala yang menutup kepalanya, dan dengan earphone didalamnya yang menutup telinganya. Matanya begitu fokus pada benda bersegi berwarna hitam sambil sesekali bibirnya melengkung ke atas membmembentuk senyuman yang membekukan seluruh tubuhku.

Setelah pertemuan itu, setiap aku melewati jalan yang sama, aku akan selalu berdo'a dalam hati semoga hari ini aku bisa bertemu atau setidaknya melihat laki-laki yang tidak ku ketahui namanya.

Akan tetapi suadah tiga hari setelah hari itu aku tidak pernah melihatnymelihatnya lagi. Padahal aku selalu menyempatkan lewat jalan itu bahkan diwaktu yang sama ketika aku bertemu dengannya. Malah aku akan menunggu sampai dua jam hanya berharap akan melihatnya.

Dan pada akhirnya aku menyerah, mungkin tuhan tidak mengijinkan aku untuk bertemu dengannya. Entah kenapa aku begitu sedih menyadarinya. Menyadari bahwa tuhan tidak menghendaki aku padanya.

Tapi kesedihanku tak berlangsung lama. Karena, dua hari kemudian aku menemukannya, aku bisa melihatnya lagi.

Seperti biasanya, ia menggunakan jaket dengan penutup kepala yg menutup kepalanya. Pelahan, aku mengikuti langkahnya.

Langkahku terhenti melihat bangunan besar yang berada tepat dihadapanku. Tempat yg dia masuki barusan.

Dengan ragu, aku memasuki bangunan bernuansa coklat itu. Sebagian besar perabotannya terbuat dari kayu coklat yang dilapisi kaca dibeberapa bagiannya. Dinding bangunannya pun terbuat dari kayu dibeberapa sudut.

Tak jauh dari tempat ku berdiri, disebelah kiri terdapat meja besar yang dihuni oleh seorang wanita berambut pendek dan mengenakan kemeja putih. Wanita itu berfokus pada layar dan catatan di hadapannya.

Seakan menyadari kehadiranku, wanita itu berdiri dan menghadap kepadaku. Tatapannya berubah menjadi ramah. Aku membalasnya dengan senyum.

"Selamat datang. Ada yang bisa dibantu, nona?". Tanya wanita itu.

Aku menghampiri meja nya, membalas sapaan dan memberikan beberapa pertanyaan yang sebenarnya hanya untuk alasan.

Setelah berbincang sedikit, aku mengetahui wanita itu bernama Wilma dari nametag nya.

"Dimana aku harus menulisnya, Mrs. Wilma?". Tanyaku begitu Wilma memintaku untuk mengisi daftar tamu.

Wilma memberitahuku dengan sabar dan mengajariku cara mengisinya.

"Silakan menikmati bacaan buku nya, Terima Kasih nona Bryden".

***

Tidak ada. Aku tidak menemukan sosoknya ditempat ini. Perpustakaan ini begitu besar. Harusnya tadi aku tidak perlu berbincang dengan.Wilma.

Akhirnya dengan terpaksa aku kembali melangkah menelusuri rak - rak buku super tinggi dan besar. Kali ini bukan dia yang ku cari.

Daripada waktu ku terbuang sia - sia lebih baik aku membaca buku disini.

Tiba - tiba saja tatapan mataku terhenti pada satu buku. Buku bercover biru yang berjudul 'Arrohiim'.

Tanpa menunggu lebih lama, aku mengambil buku itu dan membawanya ke pojok ruang baca yang tak jauh dari tempat itu.

Astagfirullohaladzim... aku sudah melebihi batasku. Ya Alloh, bahkan aku telah melupaka kekuasaanmu itu.

Buku ini. Menyadariku beberapa hal. Tidak seharusnya aku menjadikan seorang manusia pusaran hidupku.

Masya Allah, apa yang harus aku lakukan?

follow your footstepsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang