Laki - laki berjaket tudung itu menatap ke arahku. Aku tidak bisa mengartikannya. Yang aku tahu, aku harus segera mengalihkan pandanganku.
Tidak merasa lega sedikitpun. Sudut mataku tanpa sengaja menangkap sosok itu bergerak dan melangkah mendekat.
Astagfirullah, aku harus apa? Tidak mungkin aku lari dan meninggalkan Mrs. Dustin. Aku sudah berjanji padanya.
Tidak sampai tiga menit, sepasang kaki bersepatu yang aku tahu seperti sepatu conversse berwarna hitam merah berhenti tepat di sebelah kananku. Aku semakin menundukkan kepalaku.
"Maaf, a-...".
"Shareefa!".
Alhamdulillah ya Allah. Seruan wanita yang tak lain Mrs. Dustin menyelamatkan ku. Akhirnya tanpa menunggu laki - laki itu melanjutkan ucapannya, aku segera pergi menghampiri Mrs. Dustin yang menungguku tak jauh dari mobilnya.
Mrs. Dustin memeluk dan mencium pipiku lalu menuntunku untuk ikut masuk ke dalam mobilnya. Sebelum aku masuk ke dalam mobil, ku sempatkan untuk berbalik melihat tempat tadi. Nyatanya, kini kami malah bertatapan.
"Ada apa Shareefa?". Tanya Mrs. Dustin lembut.
Aku menggelengkan kepala dan segera masuk ke dalam mobil. Tak lama mobil melaju meninggalkan jalan, tanpa aku berani mengangkat wajahku.
Bismillah, bersenang - senanglah dengan Mrs. Dustin, Shareefa.
***
Pagi ini, Hulwah membangunkanku begitu awal. Padahal sudah sedari tiga hari yang lalu aku sedang dalam bulananku, dan Hulwah tahu itu.
"Bangun gadis pintar. Hari ini kita punya banyak jadwal. Ayo bangun". Ucap Hulwah sambil sesekali menepuk pelan lengan kiriku.
Dengan malas aku bangkit dari tidurku, menatap sebal kakak perempuanku satu - satunya itu. Hulwah hanya tersenyum dan menarik paksa aku untuk turun dari ranjang kesayanganku ini. Oh, betapa penyabarnya kakakku ini.
"Kau tidak lupa kan, akan apa kita hari ini?". Tanya Hulwah ketika aku tengah menyiapkan handuk dan pakaian ganti untukku.
Ku hentikan gerakanku, berbalik menatap Hulwah yang masih menunggu jawabanku. Dahiku mengkerut tanpa aku perintah, membuat Hulwah mendesah berat.
"Masya Allah, Shareefa. Bukankah semalaman kita sudah membicarakan hal ini?".
Ya Allah, aku benar - benar melupakannya. Maafkan aku Hulwah, aku memang pengingat yang buruk.
Akhirnya, dengan lesu aku menghampiri Halwah. Ku peluk dan meminta maaf karena lupaku. Setelahnya aku meninggalkan Hulwah dan masuk kedalam kamar mandi.
Tak lama lagi Hulwah akan menikah dengan Aland. Bahagianya mereka, Alhamdulillah Allah memberikan Hulwah laki - laki baik dan sholeh.
Hari ini aku akan membantu Hulwah menyiapkan pernikahannya. Insya Allah akan jadi sangat menyenangkan.
***
Hari ini rumah begitu banyak orang. Semua terlihat sibuk, begitu pun Hulwah dan Mrs. Dustin.
Sejak lima hari yang lalu aku dan Hulwah tinggal di rumah besar keluarga Dustin. Mrs. Dustin sendiri yang memintanya pada Aland. Walaupun kami menolak, tetap tidak akan merubah keputusan Mrs. Dustin.
"Hulwah akan menikah sebentar lagi, aku tidak mungkin membiarkanmu tinggal seorang diri, Hulwah juga Insya Allah akan merasa lega jika kau tinggal bersamaku Shareefa". Tutur Mrs. Dustin.
Akhirnya tanpa persetujuanku, Hulwah menuruti ucapan calon ibunya itu. Dan kini pun aku menetap di rumah kakak iparku.
Besok adalah hari pernikahan Hulwah dan Aland, dan aku tidak akan bersama Hulwah lagi.
Astagfirullah, Shareefa apa yang ada didalam pikiranmu.
Aku menggelengkan kepala, berusaha menepis pikiran tak baik yang bersinggah di dalam otak. Aku pun memutuskan menuruni tangga, berniat menemui Hulwah atau Mrs. Dustin.
"Assalamualaikum, ".
***
"Assalamualaikum, ".
Suara itu menghentikan langkah Shareefa. Gadis itu mengangkat wajahnya menatap tepat pada wajah laki - laki di dasar tangga.
Shareefa bergerak gelisah. Jemarinya meremas rompi panjangnya. Bibirnya kelu hanya untuk menjawab salam laki - laki itu.
"Maaf, kau melihat Mrs. Emma Dustin?". Tanyanya.
Berulang kali Shareefa membuka dan mengatupkan mulut kecilnya itu. Ia tidak mengenal laki - laki di hadapannya.
"Rayyan?".
Baru saja Shareefa membalikkan tubuhnya, berniat kembali ke kamarnya dan meninggalkan laki - laki tak dikenalnya itu. Suara Mrs. Dustin menghentikan gerakannya.
Rayyan, laki - laki itu membalikkan tubuhnya menghadap seseorang yang menyerukan namanya.
"Aunty!". Serunya sambil menghampiri wanita itu, memeluk dan mencium sebelah pipinya.
"Masya Allah, Rayyan. Kenapa baru mengunjungiku sekarang? Kau melupakanku". Tajuk Mrs. Dustin.
Rayyan tertawa.
"Oh, maaf bibiku sayang. Kau tahu bukan apa yang aku lakukan selama ini dan tepatnya dimana aku, hum?".
Mrs. Dustin menganggukkan kepalanya. "Huh, benar. Kau terlalu sibuk".
"Ya ampun bibi. Jangan merajuk, tidak cocok dengan usiamu. Lagi pula, mana mungkin aku melupakan bibiku yang paling cantik ini".
"Uh, dasar!". Mrs. Dustin mencubit pinggang keponakan nya itu.
"Ah, Rayyan. Lihat siapa ini!". Seru Mrs. Dustin tiba - tiba. Seakan baru menyadari sosok lain yang sedari tadi mereka acuhkan.
Tatapan keduanya beralih pada sosok gadis yang masih setia berdiri diatas anak tangga ke 11 itu. Mrs. Dustin memanggil Shareefa untuk menghampirinya.
Shareefa masih menundukkan kepala nya begitu ia sampai di sebelah Mrs. Dustin.
"Nah, Rayyan kenalkan ini Shareefa Bryden. Anakku". Ucap Mrs. Dustin.
"Huh?". Rayyan mengerutkan dahinya. Menatap Mrs. Dustin dan gadis disebelanya bergantian. Setahunya, bibi kesayangannya ini tidak mempunyai anak perempuan. Ah, atau mungkin.
"Oh, kakak ipar?". Tanyanya kemudian.
Mrs. Dustin tertawa. "Bukan tampan. Dia bukan calon istri Aland. Dia adik dari Hulwah, calon istri Aland".
"Ah, aku mengerti. Senang bertemu denganmu Shareefa. Aku Rayyan, Rayyan Parker".
Shareefa diam, masih menundukkan kepalanya. Tidak ada niat sedikitpun untuk menjawab sapaan laki - laki itu. Jemari lentiknya menggapai lengan baju Mrs. Dustin dan menariknya pelan.
Mengerti dengan maksud perbuatan gadis itu, Mrs. Dustin kembali tertawa. Sungguh, hari ini ia jadi begitu banya tertawa.
"Maaf Rayyan. Shareefa, dia ini orang nya sangat pendiam".
Rayyan tersenyum.
"Ya, aku tahu itu, Aunty".
Tbc
>>>>
Lalalalilalilalilaaaa... alhamdulillah....
Cie cie siapa itu di Rayyan...haha