"Nona Im Yoona?"
"Ya saya sendiri."
"Saya pengurus di daycare tempat Im Jae In, Nona. Bisakah anda datang ke rumah sakit sekarang? Jae In jatuh pingsan saat bermain tadi." Tak menunggu lama, Yoona langsung menyambar tas tangannya dan berlari menuju lobby untuk segera ke rumah sakit.
Jantungnya rasanya berhenti berdetak begitu berita tadi ia terima. Padahal sudah setengah tahun ini Jae In tidak pernah pingsan lagi. Dengan tangan bergetar dan bibir yang tak henti merapalkan doa Yoona akhirnya sampai di rumah sakit. Berlari ke ruang yang dikirimkan oleh pengurus daycare lewat pesan tadi.
"Dokter bagaimana keadaan Jae In?" tanya Yoona begitu masuk dan seorang dokter paruh baya yang sudah dikenalnya sejak 2 tahun lalu sedang memeriksa keadaan Jae In.
Dokter itu menghela Napasnya, menyuruh Yoona agar mengikutinya ke ruangannya. Yoona mengelus sayang kepala Jae In sebelum kembali keluar untuk menyusul dokter tadi.
"Jadi bagaimana?"
Dokter itu membaca ulang hasil laporan media Im Jae In sekali lagi. Lalu melepas kacamatanya sebelum menatap kearah Yoona yang sudah duduk dengan wajah pucat.
"Operasi. Hanya itu jalan satu-satunya. Jantungnya sudah semakin lemah." Dokter itu menghela napasnya lagi. "Jangan khawatir masalah biayanya aku akan membantumu semampuku."
Dokter yang sudah menangani kasus Jae In sejak masih bayi itu sedikit banyak tahu penyebab penundaan operasi cangkok jantung anak kecil ini.
Yoona menggeleng. "Anda tidak perlu melakukannya, Dokter Park. Anda sudah membantu saya terlalu banyak." Dokter Park Hae Jin ini memang sejak awal membantu biaya pengobatan Jae In yang menurutnya mirip dengan sang cucu yang tinggal di Jepang sana.
"Yoona-shii.."
"Saya akan mengoperasinya secepatnya, Dokter Park. Anda tidak perlu khawatir. Tolong masukan daftar nama Jae In kedalam pasien prioritas cangkok jantung," pinta Yoona yang diangguki Dokter paruh baya itu dengan mantap.
Karena setelah mendaftar pun tidak akan mudah untuk mendapatkan jantung baru. Prosedur yang panjang, antrian yang tak sedikit dan pemeriksaan kecocokan membuat mereka kembali menunggu dan mungkin cukup memakan waktu. Namun setidaknya sudah mendaftar, tinggal berdoa semoga donor itu segera datang.
Yoona masuk lagi ke ruang ICU tempat Jae In dirawat. Selang oksigen dan alat yang dipasang di dadanya masih setia menjadi accesoris pada badan kecil Jae In. Malaikat kecilnya.
"Kau harus bertahan, aegi-ya. Jangan tinggalkan eomma lagi," bisik Yoona dalam hati sambil mengusap punggung tangan Jae In yang dipasangi selang infus.
***
Siwon keluar luar perawatan ibunya dengan lesu. Ibunya kolaps begitu tak sengaja mendengar fakta bahwa calon menantunya ternyata sedang hamil. Meski Siwon tahu akar pikiran ibunya bukan karena dirinya yang ketidak jelasan pernikahan tapi akibat rasa malu yang akan dihadapi sang ibu didepan para wanita sosialita yang sering berkumpul dengannya.
Ibunya tentu lebih khawatir selentingan buruk itu ketimbang nasib sang anak.
Kondisi ibunya sudah normal, hanya masih perlu bedrest satu dua hari dan sudah boleh pulang.
Perutnya lapar, sangat lapar. Membaca denah rumah sakit di lift, Siwon turun di lantai 3 dimana kantin berada. Namun langkahnya berubah arah saat matanya menangkap punggung yang ia yakini milik wanita yang dinikahinya, Im Yoona.
Siwon mengikuti langkah Yoona, menjaga jarak aman agar tidak ketahuan. Meski sejujurnya dirinya tak paham apa faedah dari hal yang sedang ia lakukan ini. Yoona ternyata berhenti di apotek tak jauh dari canteen.
Yoona duduk dibangku menunggu antrian yang tidak begitu panjang. Sampai pada gilirannya, Yoona menyodorkan resep dokter dari Dokter Park. Kasir itu menyebutkan biaya obat itu, Yoona lalu membuka dompetnya memaki dirinya yang sudah kehabisan uang cash.
"Bisa menggunakan kartu?" tanyanya.
Sang kasir menggeleng. "Maaf Nona mesin kami sedang mengalami kerusakan."
Yoona meringis mendengar ucapan kasir. Artinya ia harus turun dulu ke lantai satu. Padahal ia sudah cemas meninggalkam Jae In sendirian.
"Berapa?" tanya suara itu dari balik punggung Yoona.
Kasih yang tadi untuk sesaat tampak terpesona sebelum dengan kikuk menyebutkan nominal uang yang harus dibayarkan. Pemilik suara itu -Siwon- lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyerahkannya pada sang kasih yang kini menunduk malu dengan pipi merona.
"Ini." Siwon mengulurkan tangannya memberikan memberikan plastik berisi obat yang baru ia bayar.
"Tu.. Tuan Choi.."
Part 2 PERFECT FAMILY sudah meluncur. Bisa di cek di work PERFECT FAMILY yaa
YOU ARE READING
The Billionaire's Wedding
FanfictionChoi Siwon, pewaris TF Grup tampan yang digilai wanita dengan segala pesonanya didesak untuk segera menikah oleh orang tuanya. Dia yang benci segala hal berbau komitmen pun akhirnya hanya bisa menuruti kemauan orang tuanya dengan rencana perjodohan...