Duapuluh Empat

2.8K 117 3
                                    

Jangan menangis, karena melihatmu menangis adalah suatu bencana bagiku.

***

Fajar dan Bara berjalan dengan menuntun Senja menuju ke dalam rumah. Ditemani warna jingga yang berseru menyambut kedatangan sang senja di dalam langit.

"Aku bisa jalan sendiri padahal."

Senja terus menyerukan kalimat itu mulai dari ia turun dari brankar rumah sakit hingga sekarang sudah duduk mendarat di atas ranjang yang sangat ia rindukan itu.

"Nah, udah. Sekarang kamu istirahat." ucap Bara sambil ikut duduk di ranjang mereka.

"Ya Allah, aku udah istirahat selama berhari-hari dan sekarang mas nyuruh aku istirahat?" tanya Senja terdengar frustasi.

Tapi malah Bara tertawa dan mengusap kepala Senja dengan cepat. Lalu ia meninggalkan Senja dan Fajar di kamar dan menuju ke ruang tamu, dimana para orang tua sedang berbincang.

"Kamu beruntung banget lho punya suami kayak dia. Bara itu kayak cerminan abang masa. Udah ganteng, baik, sholeh-"

"Bang." Senja menyela. Sementara Fajar terkekeh pelan lalu duduk di samping Senja yang sedang menempelkan punggungnya di kepala ranjang itu.

"Senja, abang mau ngomong." mendadak, suara Fajar berubah serius namun tetap halus.

Senja menoleh sambil mengeryitkan dahinya, ia bingung dengan perubahan nada yang dilontarkan kakak satu-satu nya. "Kapan sih abang nggak aku izinin buat ngomong." ucapnya sambil tertawa.

"Abang serius. Ck! Coba liat mata abang." ujar Fajar sambil memegangi bahu Senja dan menghadapkan kearahnya. Senja menurut, perempuan itu tau, dimata Fajar hanya ada keseriusan, dan semua itu membuat jantung nya berdetak kencang.

"Jangan buat aku takut, bang. Cepetan ngomong." ujar Senja lalu menunduk, melihat tangannya yang sedang memainkan ujung baju yang di pakainya.

"Kamu masih ingat Leo?" tanya Fajar, membuat Senja semakin mengerutkan dahinya lalu sedetik kemudian ia terperanjat dan membulatkan matanya sempurna.

"Oh! Kak singa? Wahh apa kabar dia bang? Kok abang nanya itu?" ujar Senja antusias.

"Sebelum abang kesini, abang ketemu dia di Bali. Ternyata dia tinggal di sana juga. Dia sukses besar sekarang, padahal usia nya aja sama kayak abang. Sampe dia traktir ab-"

"Bang!"

Fajar meringis, namun sedetik kemudian matanya kembali serius.

"Dulu, sebelum Leo ke Paris, dia ngomong apa aja sih ke kamu?" kali ini Fajar balik tanya.

"Udah lima tahun, kali bang. Mana aku bisa ing..at" Senja menhentikan bicara nya, tubuhnya kaku, dan pandangan matanya menuju lurus kedepan. Kosong.

"Senja!" Fajar menepuk-nepuk pipi Senja. Dengan cepat, wanita itu menoleh lagi kearah Fajar.

"Emang dia bilang apa aja ke abang?" tanya Senja.

"Di-dia, itu.." Fajar tergagap, membuat Senja semakin memandangnya dalam.

"Dia mau ngelamar kamu."

Cinta Langit Senja [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang