Aku akan terus berjalan disampingmu. Jika kau tertinggal, maka aku akan berhenti untuk menunggu. Jika kau mendahului, maka aku akan berlari untuk mengiringimu.
***
Senja tersenyum cerah ketika melihat putra keduanya tengah menyuapinya makan. Keannu yang dingin, Keannu yang egois, dan Keannu yang pembangkang, hari ini hilang ditepis angin begitu saja. Hari ini hanya ada Keannu yang baik, yang hangat, dan yang menuruti perintah orang tua dan kakaknya, Azka.
"Bunda udah kenyang, A," ujar Senja.
"Satu lagi aja Bunda, ya. Habis ini sudah." ujar Keannu sembari menyendoki sayuran yang diberikan pihak rumah sakit untuk setiap pasien. Sebenarnya Senja bisa meminta semaunya, karena ini rumah sakit milik Bara, namun ia tak ingin dibedakan hanya karena kedudukan.
Keannu menyuapkan satu sendok lagi untuk Senja. Wanita itu memakan makanannya yang tak begitu terasa di lidah. Keannu tersenyum menatap Bundanya.
Senja mengusap kepala Keannu lemah. Tersenyum hangat dan menatap manik kopi dingin putranya. "Aa sudah sarapan?"
Keannu hanya tersenyum kaku. Senja pun menepuk kepala Keannu pelan.
"Kebiasaan kamu ya. Sana minta Ayah kamu sarapan!" suruh Senja pada Keannu.
"Aku udah makan dikit tadi sambil ngerusuhin Misha sarapan sama Ryan." ujar Keannu.
"Emang Ryan siapanya Himma ya, kok betah disini?" tanya Senja menerka-nerka.
"Sepupunya Teh Himma, Bun. Kalo soal betahnya sih, pasti betah karena ada Misha juga disini."
Senja hanya tersenyum. Ia bahagia karena Keannu berbicara dengan mudah hari ini. Tak seperti biasanya yang hanya bisa berdehem, bergumam, bahkan tak melakukan apa-apa.
"Eggy gimana?" tanya Senja menggoda sang putra.
"Apasih, Bun?"
"Itu loh! Temen kamu yang cantik itu, yang kemarin lusa kesini sama Misha. Kebetulan ya, dia ternyata kakak kelasnya Misha dulu."
"Nggak usah bahas itu bisa, Bun?"
Senja hanya tertawa kecil. Tangannya menepuk-nepuk lengan putranya dengan sayang. "Anak-anak Bunda udah besar semua masa? Bang Azka udah mau nikah, Adek kamu lagi kasmaran tuh sama si ketua osis, Aa juga Bunda lihat kayaknya suka deh sama Eggy."
"Suka apanya? Masa aku suka sama telor, sih?"
"Jangan gitu! Jangan seenaknya ngomong. Disaring dulu kalo mau berkata-kata, biar nantinya nggak nyesel."
Keannu hanya menganggukan kepalanya menurut kepada sang Bunda.
"Ken," panggil Azka yang baru saja masuk kedalam ruangan Senja.
"Apa, bang?"
"Nih, sarapan dulu." Azka memberikan bungkusan kepada Keannu. Adiknya itu hanya menerimanya sambil mengangguk.
"Abang sudah sarapan?" tanya Senja.
"Sudah, Bun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Langit Senja [Selesai]
Storie d'amore"Tentang awal yang tak pernah mengenal akhir." #2 - Jilbab (2/7/18) #52 - Hijrah (6/7/18) #27 - Hijrah (8/7/18) #35 - Islam (14/7/18) #28 - Islam (16/7/18) Seperti namanya, gadis berjilbab itu selalu bersemangat menunggu sore hari tiba. Hingga ia me...