01

435 33 31
                                    

Hari sudah gelap, padahal baru saja memasuki jam 02.00 siang, seperti nya hari ini akan turun hujan lagi.

Nama ku Hanum Maesyana, mahasiswa semester akhir, jurusan keperawatan di universitas Medistra Bangsa.

Jam kuliah ku sudah selesai, saatnya pulang ke rumah. Tapi cuaca sedang bersahabat dengan ku dan sejak kapan aku ingin bersahabat dengan nya?aku harap tak pernah turun hujan selama aku hidup.

baru saja aku melangkah kan kaki ingin keluar dari gedung universitas ku dan menuju halte tetapi hujan sudah turun dengan derasnya.

"Ahh bagaimana ini, aku lupa membawa payung" ucap ku seraya melihat jam yang ternyata bus yang aku tumpangi akan terlewat.

Ku berlari ditengah derasnya hujan, dari pada menunggu hujan reda dan ketinggalan Bus dan harus menunggu Bus selanjutnya.

Saat sampai di halte hanya ada aku dan seorang laki-laki yang berpakaian seperti Dokter.

Ah seperti nya dia seorang dokter di rumah sakit depan universitas ku, yang biasanya tempat mahasiswa magang di sana.

"Subhanallah tampan sekali" ucap ku, memang dokter itu sangat tampan, kulitnya yang putih, alis yang tebal dan hidung yang mancung.

"Astagfirullah zina Num itu zina mata" gumam ku, saat tersadar menatap orang yang bukan mahram nya terlalu lama karena itu perbuatan yang tidak disukai allah.

Sesekali ku melirik lelaki itu lewat ekor mata ku, dalam hati ku berdoa agar aku tak di laknat oleh allah karena mencuri-curi pandang dengan lelaki yang bukan mahram nya.

Hujan nya semakin deras, dan suara gemercik hujan juga semakin kuat. Aku mengeluarkan ponsel ku dari dalam tas dan memasang headset, mencari folder musik dan menyetel nya sangat kuat, sampai aku tak bisa mendengar suara gemercik hujan.

Aku membenci hujan, aku membenci suara gemercik hujan, suara hujan seakan-akan membisikan ku kejadian masa lalu yang sangat ku benci.

Sedari tadi aku memejamkan mataku, sebenarnya aku ingin melihat lelaki yang bersama ku tadi, tapi karena hujan yang semakin deras aku tak bisa melihatnya karena kebencian ku pada hujan.

suara hujan sudah tak terdengar, ku buka mata ku dan benar saja, langit perlahan mulai mencerah, mungkin karena volume musik ku terlalu keras sehingga aku tak tau kalau hujan sudah reda sedari tadi.

Saat ku menengok ke arah di mana lelaki tadi berdiri, ternyata sudah tak ada. Aku mencari nya menengok ke kiri dan ke kanan, tapi tak ada jejak ia pergi. apa aku berhalusinasi atau lelaki itu sudah pergi sedari tadi? Aku sangat penasaran dengan namanya, seandai nya aku tak takut dengan suara hujan dan memberanikan diri membuka mata ku, pasti sudah ku ajak berkenalan lelaki tadi.

Astagfirullah Hanum, pikiran mu ini sangat berlebihan.

Tak lama dari hujan reda Bus yang ku tumpangi datang, aku masuk ke dalam Bus dan bangku nya penuh terpaksa aku harus berdiri.

Assalamualaikum guys haha.
Bawa cerita spritual, belum mahir tapi sedang mencoba. Maafkan kalau ada kesalahan kata-kata nya

Terimakasih.

HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang