setelah shalat magrib aku membantu bunda menyiapkan makan malam.
"Num kamu kapan nikah?" tanya Bunda tiba-tiba.
"Astagfirullah Bunda, pertanyaannya gitu banget!" ucap ku menyangakal pertanyaan Bunda. Cita-cita ku menikah setelah lulus S2 dan mempunyai pekerjaan, ini wisuda S1 saja belum sudah di tanyai menikah.
"Loh kok nyebut? Bunda gak salah loh, setiap orang kan harus menikah dan mempunyai pasangan masing-masing" ucap bunda ku.
"Iya bun, tapi nanti Hanum belum dapet imam yang cocok untuk Hanum. Hanum juga mau S2 dulu dan dapet pekerjaan dulu baru nikah"
"Kelamaan tau Num, keburu kamu tua" ucap bunda, aku tak mengerti mengapa bunda tiba-tiba bertanya kapan aku menikah, kalau hanya meledek ku mengapa bunda tak meledek ku dari dulu-dulu, mengapa baru sekarang?
"Gak kok bun, gak terlalu tua banget"
"Kalo kamu dijodohin mau gak?" ucap Bunda membuatku tertegun, maksud bunda aku ingin di jodohkan dengan laki-laki pilihan mereka? Apa Ayah tau? Atau ayah dan bunda yang sepakat ingin menjodohkan ku?
"Bun serius?" ucap ku lirih, dan memberhentikan kegiatan ku mengiris sayuran.
Bunda hanya diam, prinsip bunda diam adalah iya. Aku di jodohkan? Dengan siapa? Banyak sekali pertanyaan yang ada di otak ku ini.
Aku melanjutkan kegiatan ku memasak makan malam. Setelah selesai aku menata piring-piring yang sudah terisi dengan lauk-pauk di atas meja makan.
Kami makan dengan khidmat, tak ada yang berbicara. Aku sibuk dengan pikiran ku sendiri, aku harap perkataan bunda tadi hanya bercanda.
"Alhamdulillah" ucap ayah ku setelah selesai makan.
"Ayah" panggil ku lirih, ayah melihat ke arah ku dan di ikuti oleh bunda.
"Apa benar Hanum akan di jodohkan?" tanya ku, ku lihat ayahku melirik ke arah bunda yang berada di sebelah ku.
"Bener Num, apa kamu mau? Tapi kalau kamu gak mau Ayah dan Bunda gak maksa kamu kok Num. Ayah sih mau nya kamu jawab iya" ucap ayah ku. Tawaran macam apa itu? Tidak maksa tapi ingin aku menjawab ya, sama saja.
Jadi tidak tega dengan Ayah, sepertinya ia sangat berharap dengan perjodohan ini. Tapi aku tidak mau, aku ingin mencari teman hidup ku sendiri, yang ku ingin kan dan menikah dengan orang yang mencintaiku tulus apa adanya bukan karena paksaan.
"Hanum pikir-pikir dulu Yah" ucap ku dan langsung pergi ke kamar.
Sampai nya di kamar aku merebahkan tubuhku di kasur, memikirkan tentang perjodohan yang di bicarakan tadi. Pikiran ku kacau bagaimana kalau lelaki itu sudah tua berumur 50 tahunan, bagaimana kalau kulitnya sudah keriput. Dan kalau lelaki itu sudah memiliki istri dan aku di jadikan istri mudanya?
Ah aku tak suka, apa jangan-jangan ayah dan bunda memiliki hutang dengan rentenir dan mereka tak mampu membayar jadi rentenir itu yang memintaku agar jadi istri mudanya? Tidak tidak itu tak akan terjadi, itu hanya ada di film sinetron-sinetron yang memperebutkan harta.
"Bismillahirahmanirahim" ucapku menghapus semua pikiran yang membuat ku bergidik ngeri.
assalamualaikum,Halo hai annyeonghaseyo. Hehe
cuma sedikit curahat :vIni cerita ada yang baca gak sih :v kok kayak nya ada yang vote tapi gak baca cerita :D bingung aku tu wkwkw.
Apa ceritanya kurang panjang?? Kalo kurang panjang ya dipanjangin :D hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN
SpiritualDijodohin sama pak dokter impian? Alhamdulillah Rezeki anak solehah. -hanum maesyana Nikah sama perempuan yang belum dikenal rasanya mau nyebur di laut aja -Davin Ashofa.