Di tengah perjalanan Nue merasa akan jatuh, dengan cepat ia memeluk seseorang yang ada di depannya. Nue masih mabuk dan tidak tersadar akan apa yang ia lakukan.Luna memelototkan matanya kaget, melihat ada tangan yang melingkar dengan erat di perutnya.
Jantung Luna berdetak kencang, ia bisa merasakan tubuh hangat Nue di punggungnya. Ditambah lagi napas Nue yang berhembus pelan di lehernya mampu membuat bulu kuduk Luna menegang.
Kali ini jalanan cukup sepi, Luna menambah kecepatan motornya agar cepat sampai di rumah Nue. Ia tidak ingin berlama-lama lagi dalam posisi Nue memeluknya. Ini tidak baik untuk kondisi jantung Luna.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di depan rumah yang cukup besar dan terlihat aesthetic, tetapi rumah ini terlihat sangat sepi.
Luna memapah Nue sampai di depan pintu.
Tok tok tok
"Permisi, ada orang di dalam?"
Tidak ada balasan dari sang penghuni rumah.
"Permisi, assalamualaikum," ucap Luna kali ini lebih keras. Namun pintu tidak kunjung terbuka.
Luna mengedarkan pandangannya ke samping kanan pintu, dan ternyata ada bel disitu. Ia kemudian menekan bel itu tiga kali dengan tangan kanan, sedangakan tangan satunya menahan tubuh Nue yang hampir terhuyung ke belakang.
"Ternyata ada belnya to,"
Dung ting tung, dung ting tung, dung ting tung
Pintu terbuka, menampilkan sosok perempuan paruh baya yang mengenakan daster bunga-bunga.
"Siapa yaa? Lho ini den Nue kenapa?"
"Ini, Bi. Nue tadi mabuk."
"Kok bisa, aduh Den Nue ini kenapa?"
Luna merasa pegal sedikit di bagian pundaknya. "Gak tau, Bi. Tadi saya gak sengaja ketemu Nue di depan club udah dalam keadan begini. Mending Nue nya dibawa ke kamar dulu deh, Bi."
"Oiya, ayo sini Bibi bantu bawa den Nue ke kamar."
Bibi ikut membantu Luna memapah Nue. Mereka menaiki anak tangga dengan pelan-pelan, karna kamar Nue ada di lantai dua.
Sesampainya di kamar, Nue langsung ditidurkan diatas ranjang dengan posisi terlentang. Bibi melepas sepatu yang masih dikenakan Nue, sedangkan Luna malah mengamati kamar Nue yang penuh dengan lukisan.
"Mari, mbak," ucap bibi setelah selesai melepas sepatu Nue.
"Eh iya, Bi." Luna mengalihkan pandangannya.
Bibi mendekat kearah Luna, lalu mengajaknya keluar kamar.
"Makasih ya mbak udah mau nganter Den Nue. Mbaknya ini pacarnya Den Nue ya?" tanya Bibi sewaktu menuruni tangga.
"Bukan, Bi, saya cuma temen sekelasnya."
"Ohh saya kira pacarnya."
Luna tersenyum ramah, lalu ia merogoh kantong celananya. "Ini, Bi, kunci motornya Nue. Oh yaa motornya Nue saya titipin di parkiran indomaret jalan anggrek."
![](https://img.wattpad.com/cover/135705194-288-k936457.jpg)