Scene 1

180 9 5
                                    


Hujan. Langit yang biasanya cerah kini sedikit gelap. Melihat keluar jendela membuatku rindu sosoknya. Ku lihat handphone, tak ada notif seperti biasanya. Aku penasaran kenapa hari ini dia tidak membangunkanku? Haruskah aku mengirimkan pesan padanya? Tidak. Itu bukan aku. Sudahlah, aku harus kuliah hari ini.

Aku seseorang yang tidak mempunyai teman. Pendiam, itulah diriku. Pribadiku yang cuek dan tidak mau tahu urusan orang lain membuatku menjadi orang yang sendirian di kampus ini. Tapi, dia berbeda. Orang yang jahil, mengusik hidupku, dan selalu bersikap konyol di depanku. Hari ini tak tahu kenapa dia tidak menunjukkan batang hidungnya. Alhasil, aku sangat merasa bahwa aku kesepian.

Akhirnya kuliahku selesai juga. Hmmm.. masih siang. Aku akan mencarinya.

"Hyera-shi, kita satu kelompok. Mohon kerjasamanya ya?", sambil senyum yeoja itu melihatku.

"Mianhae, aku akan mengerjakan sendiri", jawabku.

Mata yang ramah itu berubah menjadi melotot. Senyum yang menghiasi bibirnya juga menghilang berganti dengan omelan terhadapku. "Ya sudah terserah kau. Mentang-mentang pintar kau tak mau berbagi ilmu eoh? Apa karena itu kau tidak punya teman? Cihh.. terlihat polos dan berlagak tidak punya teman untuk mendekati si cassanova. Dasar wanita murahan".

Aku tak peduli. Mereka terus saja mengoceh. Lebih baik aku membawa kakiku pergi. Ahh.. tenggorokanku kering. Aku haus. Ada baiknya aku membeli minuman terlebih dahulu sebelum mencarinya. Melewati salah satu ruangan aku mendengar suara yang familiar di telingaku.

"Kau hebat kuk, bisa dekat dengan Hyera"

"Sudah kubilang, si cassanova kampus ini dapat berbuat apa saja", suara yang kukenal mulai berbicara.

Aku bingung apa maksud percakapan ini. Tidak ingin beranjak aku tetap mendengarkan mereka bertiga. Ya, ada tiga orang disana. Tiba-tiba seseorang lainnya mulai berbicara.

"Lalu apa rencanamu selanjutnya kuk?", tanya suara orang ketiga itu.

"Si pendiam Hyera itu. Aku ingin dia tergila-gila padaku. Dia kan pintar, tentu harus dimanfaatkan. Hari ini aku tidak menghubunginya atau mengganggunya pasti dia mencariku", suaranya berkata dengan mantap sambil tertawa.

Mendengar semua itu aku menitikkan air mata. Aku juga tidak tahu kenapa. Padahal aku sangat jarang sekali menangis. Harusnya aku tidak peduli seperti biasanya kan?. Rasa kesal, kecewa, dan perasaan ingin menamparnya juga memenuhi pikiranku. Aku melangkah menjauh. Ku tekankan bahwa sikap ini bukan diriku. Aku harus tidak peduli. Anggap semua itu tidak penting. Tiba-tiba handphone ku berbunyi.

"Hyera-ya, bagaimana kabarmu?", tanya orang yang menelponku.

"Baik oppa"

"Kau kenapa terisak, kau menangis?", sial aku lupa bahwa aku masih sesenggukan gara-gara tadi.

"Amugeosdo (Tidak ada apa-apa)"

"Jinjja (Sungguh)? Jangan berbohong kepadaku. Jika terjadi sesuatu padamu kau tahu kan akibatnya?"

"Nan-gwenchana oppa (Aku tidak apa-apa oppa), hanya sedikit pilek", jelasku

"Kalau begitu aku nanti akan berkunjung", ahhh.. dia mulai berlebihan lagi.

"Baiklah, aku tunggu", jawabku.

Sebenarnya aku tidak ingin dia datang. Tapi jika kularang maka dia akan curiga dan bisa-bisa datang detik ini. Sudahlah lagi pula aku juga rindu padanya. Ahh.. sudah jam segini aku harus ke kafe.

-When I Can be Happy- {FF Jungkook}Where stories live. Discover now