Scene 9

50 5 28
                                    

"Kau harus ikut Hyera", ucap hal-abeoji.

"Naneun shireo (Aku tak mau)", jawabku sebal.

"Ingat Hyera kau adalahh...."

"Aku tau jadi jangan bahas itu. Tolong jangan paksa aku. Aku masih ingin diluar bahkan ini baru saja berjalan 4 bulan", elakku.

"Jangan membantah dan laksanakan saja", lembut dan menusuk kata-kata hal-abeoji.

"Hal-abeoji!!! Jangan paksa aku. Dari kecil aku selalu diatur. Hidupku adalah milikku. Aku hanya ingin seperti yang lain..nya", nada kemarahan kukeluarkan.

Hal-abeoji berdiri menghampiriku. Lalu sebuah tamparan mendarat di pipiku. Dia menamparku. Aku terkejut. Aku kaget dengan perlakuannya. Selama ini dia memang sering memarahiku tapi tak pernah menyakitiku secara fisik. Perlahan butir air mataku berjatuhan. Aku tak bisa menahannya.

"Terserah apa mau hal-abeoji. Tapi aku tak akan melakukannya", sambil memegangi pipi bekas tamparan tadi. Aku ingin pergi tapi tertahan oleh omongan kakek.

"Lihat ini anakmu. Kau benar-benar tak becus mengurus anak sehingga dia tumbuh seperti ini", tukas kakek sambil menatap eomma. Eomma hanya diam. Aku kesal dengan situasi ini. Mengapa eomma harus dibawa juga.

"Jangan salahkan eomma. Aku seperti ini karena hal-abeoji sudah keterlaluan!", ucapku keras.

"Kau lihat anakmu benar-benar tidak bisa diatur. Sudah kubilang jika melahirkan anak perempuan harusnya kau tinggalkan", hal-abeoji memandangku sinis.

"Hal-abeoji!! Jangan membahas hal itu lagi", oppa mulai tersulut emosi.

Kata-kata kakek benar-benar lambat kucerna. Aku tidak mengerti situasi apa yang ada di depanku. Apa maksudnya aku harus ditinggalkan. Apa yang harusnya tidak boleh dibahas. Aku mulai mengeluarkan suara..

"A..pa mak..sud hal-abeoji?", tanyaku terbata.

Kakek menatapku tajam. Awalnya melirik Seunggi oppa dan eomma. Menyiratkan bahwa mereka harus diam. Lalu mata itu tertuju padaku.

"Kau adalah seseorang yang tidak dibutuhkan disini", jelas hal-abeoji.

Aku tertohok oleh jawaban kakek. Mataku berair. Tatapanku beralih pada eomma untuk meminta penjelasan. Kulihat oppa hanya menunduk dan memejamkan matanya. Aku hanya diam membisu.

"Kau bisa lihat sendiri dalam keluarga kita tak ada silsilah anak perempuan. Hanya kau saja. Dan kau malah bertindak seperti ini. Harusnya kau berterimakasih karena kami semua membiarkanmu berada disini", ucap kakek.

"Eom..ma apa itu be..nar?", bahkan suaraku terdengar parau. Aku terduduk di lantai tak sanggup dengan apa yang dikatakan hal-abeoji. Kakiku lemas, bahkan menopang tubuh sepertinya sulit.

Eomma hanya diam. Sama sepertiku dia meneteskan butir-butir bening di wajahnya. Oppa menghampiriku. Dia berusaha membuatku berdiri. Memegang kedua bahuku. Lalu berkata...

"Hyera-ah percayalah, kami memang dulu menentang keberadaanmu. Tapi sekarang kami semua menyanyangimu"

Aku menatap mata sedih oppa. Aku ingin sekali menganggap semua ini hanya candaan belaka. Tapi oppa membenarkan yang dikatakan hal-abeoji. Tentang keberadaanku. Lalu aku harus bagaimana?

"Ka..lian sayang padaku karena a..ku pin..tar?", sungguh aku tak tahu jika ini memang benar juga.

"Tak ada yang mengira sebelumnya bahwa kau sangat cerdas. Jadi ada baiknya kami membuatmu tetap disini. Itulah mengapa kau tidak bisa dikenalkan pada dunia secara terang-terangan. Cukup mereka tahu bahwa kami mempunyai seorang anak perempuan", ucap hal-abeoji.

"Hal-abeoji!!! Sudah cukup", oppa berteriak pada kakek.

"Harusnya dengan kepintaranmu itu kau terlahir sebagai namja bukan yeoja!", kakek bersikukuh membuka mulutnya.

Aku tersenyum remeh.

"Jadi aku ini hanya anak yang terpaksa diangkut. Bukan hanya keberadaanku yang kalian sesali tapi statusku sebagai seorang yeoja juga tak diinginkan", kataku lemah.

Tangan oppa di bahuku ku singkirkan. Jika disini aku tak diinginkan untuk apa aku berlama-lama disini. Aku keluar dari sana. Keluar dari rumah yang menolak keberadaanku.

Aku terus berjalan tanpa tahu arah. Pikiranku benar-benar blank. Ku tengok ke belakang Haejin sudah tidak ada. Ternyata mereka hanya menjagaku saat memberi tugas padaku. Benar, aku ini tak terlalu penting. Mereka hanya membutuhkan otak sialan ini. Butir-butir yang kutahan akhirnya keluar juga. Aku berjalan dengan menangis sesenggukan. Aku tahu bahwa semua mata memandang. Menganggapku aneh. Bahkan penampilanku sangat berantakan. Tapi apa peduliku?

Tanpa kusadari aku sampai di universitas. Tempat kuliahku. Senyum tipis terlukis di wajahku saat melihat gedung ini. Kata-kata yang berulang kali terpikirkan mulai menggema. 'Kebahagiaan', benar-benar kata yang semu untukku. Aku menjauh dari gedung itu, pergi. Tapi langkahku terhenti. Ada seseorang yang berdiri di depanku. Dia.... 'Jeon Jungkook'. Ekspresinya terkejut saat melihatku.

Menatapnya membuat air mataku tak terbendung lagi. Aku tak tahu mengapa aku bertindak seperti ini. Tapi aku berjalan cepat kearahnya, memeluk tubuh namja itu dengan erat. Membenamkan seluruh wajahku dalam pelukannya. Tangannya mendekap tubuhku.

Tanpa kata, hanya suara tangisku yang menggema. Aku yakin dia sebenarnya penasaran. Tapi tingkah diamnya membuatku semakin menangis sesenggukan. Dia menepuk-nepukkan tangannya di punggungku. Berusaha menenangkanku.

Tangisan yang harusnya tak kutampakkan pada sembarang orang, kini harus lepas begitu saja di depan namja ini.

"Hyera-ah kita cari tempat duduk", ajak Jungkook. Aku hanya mengangguk saja.

"Kau masih ingin menangis? Mau meminjam pundakku?", tanyanya dengan sedikit tawa.

Aku memukulnya pelan. Tapi bukannya aku menghindar. Aku malah memeluknya. Lagi. Sayup-sayup aku mendengar sebuah suara yang mengucap kata dengan sebuah nada. 

Jungkook menyanyi. Aku mengeratkan pelukku padanya. Isak tangisku semakin menjadi. Tak lupa dia tetap menepuk-nepuk punggungku sambil terus bernyanyi. Lama dalam posisi tersebut. Dia masih tetap saja bernyanyi. Kini isakku tlah mereda dan nyanyiannya membuat mataku mulai berat. Aku ingin terus terjaga untuk mendengar suara ini. Tapi aku benar-benar tak bisa menahannya. Aku... tertidur dalam peluknya.


Woww.. Semalem aku tak bisa tidur karena suatu hal

Alhasil aku menyelesaikan ini..

Maaf kalo buruk banget struktur kata dan jalan ceritanya

Aku masih bingung gimana mau lanjutinnya

Haruskah aku bongkar segera status Hyera sebenarnya

Ahhh Jungkook juga belum diketahui bagaimana kehidupan keluarganya

Tapi aku ingin Yoongi muncul lagi setelah ini

Taehyung bagaimana dengan taehyung aku harus memunculkannya lagi setelah ini

Aku harus mulai darimana

Ahhh.. molla molla

Yang jelas aku harap kalian suka scene ini

Mohon Vommentnya oke?

Kamsahamnida bagi para readersku...

Saranghae

-When I Can be Happy- {FF Jungkook}Where stories live. Discover now