Scene 12

45 3 7
                                    

*Maaf jika tersebar typo dan cerita membosankan*

Suaranya mengalun merdu. Tangan ini bergetar saat mendengar suaranya. Dan aku sebagai pemiliknya tak tahu apa sebabnya. Bahkan aku berusaha memfokuskan penuh pada tuts ini. Anehnya pikiranku berputar-putar menggemakan rasa penasaran terhadap apa yang terjadi.

Jeon Jungkook, namja yang mengusik kehidupanku. Setiap saat, ahh.. bukan. Setiap menit dia membuatku selalu memikirkannya. Menebar racun dalam otakku.

Bait lirik yang dinyanyikan tlah selesai. Dan tangan ini tak mau berhenti. Mengapa? Aku juga bingung. Aku berusaha tetap tenang. Parahnya para pelanggan café malah memberi tepukan-tepukan yang membuatku ingin menghilang. Apa aku melakukan improvisasi? Aku benar-benar tak bisa mendengar nada piano ku sendiri. Apakah aku masih tetap di nada lagu 2U? Aku gugup, aku takut membuat kesalahan.

Kuhembuskan nafas pelan. Aku harus membangun kepercayadirian. Aku mencoba tersenyum pada pelanggan café. Dan netra mataku berhenti tatkala seorang namja menatapku sendu. Dia menghampiriku, menggeser kursi hingga disampingku, dan terduduk disana sambil memandangku. Bodohnya mata ini tetap memandangnya. Seperti haus akan kerinduan, mata ini setia menatap wajahnya. Aku sudah tak menekan tuts piano lagi. Aku tak yakin apakah aku melakukan ending yang baik pada penampilan tadi. Tanganku kaku sulit kugerakkan.

Yang lebih mengejutkan. Aku meneteskan air mata.

Aku hanya menatapnya. Apa aku melakukan kesalahan? Apa dia marah karena aku tiba-tiba menyanyi bersamanya? Ahh.. ini benar-benar membuatku frustasi. Hyera sudah tidak memainkan pianonya lagi. Dia menatapku dengan linangan air mata.

Setelah itu dia berdiri. Membungkuk pada pelanggan café dan turun dari sana. Aku yang kikuk hanya meniru dan mengekor di belakangnya. Dia berjalan keluar cafe. Aku pun berusaha mendahului karena ingin mengucapkan banyak hal.

"Hyera-ah..."

Dia melepaskan pegangan tanganku pada lengannya. Kini matanya menatapku, menyiratkan jawaban 'apa?'.

"I..tu mengapa kau menangis? Apa aku melakukan kesalahan?", sambil ku menggaruk kepalaku yang tak gatal.

"Akulah yang harusnya bertanya untuk apa kau kesini?"

"Aku menemani Jimin-hyung  disini untuk bertemu Jisoo noona. Aku seperti orang ketiga dan aku bosan. Maka dari itu aku menya.."

"Kuharap ini yang terakhir"

"Wae (kenapa)? Kau tak suka dengan suaraku? Atau lagunya? Jelaskan padaku apa yang.."

"Aku tak ingin bertemu denganmu"

Setelah mengucapkan kata itu dia berlalu dari hadapanku. Menuju Jisoo noona. Senyum palsunya menutup percakapan yang terjadi pada mereka. Dengan langkah lebar dia keluar café sambil membawa tasnya.

"Apa yang kau lakukan Jeon Jungkook? Apa kau hanya berdiri disini dan melihatnya pergi lagi? Tidak dan tidak akan pernah", kata hatiku menyadarkanku.

Aku keluar café berlari padanya. Berusaha menggapainya dengan tanganku.

"Mengapa kau seperti ini?", tanyaku sambil menahan langkahnya.

"...", dia membisu.

"Apa kau masih merasa aku memanfaatkanmu? Hyera-ah hanya karena itu kau marah seperti ini? Sungguh kekanak-kanakan sekali", aku mendengus padanya.

Dia menatapku tajam. Terlihat kumpulan air mata di pelupuk matanya. Aku semakin tidak mengerti.

"Mianhae jika aku kekanak-kanakan, mianhae jika aku aneh, mianhae jika masalah yang kau anggap 'hanya' itu membuatmu kebingungan. Tapi perlu kau ketahui bahwa kau egois kuk-ah. Kau hidup bersama orang lain. Tak semua orang berpikiran sama denganmu dan memahamimu", ucapnya dengan kepala tertunduk.

-When I Can be Happy- {FF Jungkook}Where stories live. Discover now