Bagian 1 "Matahari"

11 3 0
                                    

Happy reading^^

Jakarta, 05 Maret 2010 (Ata POV)

"Kak Ata!" Teriak adik kelas yang saat ini ada di belakangku. Aku menoleh dan tersenyum padanya.

"Eh ada apa Yumna?" Aku sedikit menggaruk tengkukku salah tingkah. Karena semua murid yang ada di sekitarku menolehkan kepalanya seperti penasaran apa yang akan dibicarakan Yumna selanjutnya. Argggh dasar Yumna nyebelin. Uppss aku tak sengaja mengumpat.

"Enggak kak, gue cuma mau nanya, rapat osis untuk pemilihan calon anggota osis yang baru, nanti diadain jam berapa?" Ucap Yumna sambil sesekali melirik kanan dan kiri.

"Ohh nanti balik sekolah jam setengah empat sampai jam lima. Emang lo mau ikut daftar ya Na?" Ucapku penasaran.

"Enggh iya sih kak, nyari kesibukan aja." Yumna cengengesan. Aku hanya menggelengkan kepala.

Lalu berpamitan meninggalkan Yumna menuju kelasku, 11 Mipa 2. Aku berjalan sesekali bersenandung kecil dan menjentik-jentikkan jari kelingking dengan ibu jariku.
"Huftt, padahal jam menunjukkan pukul 07:25, tapi... kok belum pada datang ya. Ahh emang murid jaman sekarang gak pada disiplin." Ucapku dalam hati berlagak seperti orang perfectionis. Ah padahal aku sendiri gak terlalu disiplin juga.

Teeet teeett~~

"Ah untung saja sampe kelas tepat waktu"

"Hai Zeen! (Dibaca Zin) Tumben lo udah dateng aja. Padahal biasanya lo kan datengnya satu menit setelah bel" ucapku pada teman baikku sekaligus teman sebangkuku, Zeenia olviera

"Ah lo bisa aja Ta. Dateng cepet salah, lambat salah. Ah ribet deh lo"
Ucapnya sembari mengunyah permen karet kesukaanya. Oh ya dia juga sedikit bandel sih. Bisa beladiri juga. Eh tapi walaupun dia bandel dan petakilan, tapi dia peduli dan mau ngertiin gue, loh. Setia dan gak bermuka dua.

"Eh emang gue nyalahin lo. Dasar lo badgirl melankolis!" Ejekku lalu mengeluarkan buku pelajaran jam pertama.

"Selamat pagi anak-anak," ucap Bu Mega, guru sejarah di SMA N 1 Satya Indah ini.

"Pagi bu!" Koor teman-temanku memenuhi ruangan kelas.

"Buka bab dua..."

Ata Point Of Views on

SMA N 1 Satya Indah. Ya itu memang nama sekolahku. Sekolah ini sangat asri. Termasuk jajaran sekolahan favorit di sini.
Udaranyapun sangat sejuk. Masih banyak pepohonan rindang yang meneduhi sepanjang jalan untuk menuju sekoalahku ini. Muridnyapun didominasi dengan budi pekerti yang baik. Mungkin 25% ada yang bandel. Huh semoga saja tidak bertambah dari tahun ketahun. Salah satunya sekolompok murid pria yang sekarang berjarak 6 meter di depanku. Aku tidak terlalu kenal. Namun, mereka begitu terkenal dengan kenakalannya. Baru-baru ini berita hangat mereka yang berantem dengan adik kelas. Huh jangan pikirkan mereka. Okk skip. Sekolahku ini memiliki 3 lantai. Lantai satu, halaman tengah kadang untuk olahraga dan upacara, kelas 10, ruang guru dan kepala sekolah. Lantai dua, kelas 11, ada kantin pusat. Yah agar sedikit adil untuk kelas 10 dan 12. Kalian tahukan maksudku? Lantai 3, tentunya kelas 12, perpustakaan dan ruang lab bahasa, ipa, dan yang lainnya, ruang ekstra musik dan ekstra lainnya, dan masih banyak lagi. Ada lantai paling atas juga. Aku sering datang ke sana. Ke roof top untuk sekedar bersantai. Oh ya di setiap lantai mempunyai toilet tersendiri. Di sekolah ini memiliki jumlah taman yang terbilang cukup banyak. Tentunya dilengkapi tempat duduknya. Oh ya guru-guru di sini juga terkesan ramah loh.
Tapi juga ada yang galak sih. Hihi pastinya ada.

"Hei Ata! Kenapa sih lo? Dari tadi ngelamun terus, gue dicuekin kaya kulit kacang!" Mulailah dia. Zeen teman yang paling jahil namun kusayang. Bikin jantungku mau copot saja.

"Ih lo ngagetin tau gak. Untung aja gak punyat riwayat penyakit jantung. Tanggung jawab deh lo!" Ucapku sembari menoyor lapangan sepak bola di wajah Zeen. Kalian tahu kan apa yang ku maksud? Biarin deh aku dicap sebagai teman yang tidak baik
Hihi, toh itu real.

"Aduh sakit ogeb. Gila lo! Bikin tambah lebar tau gak!" Tuhkan dia sendiri juga menyadarinya. Aku gak jadi salah deh.

Oh ya. Sekarang ini aku dan Zeen sedang mengisi energi di kantin.
Namun kericuhan yang ada di pintu masuk kantin menyita perhatianku. Siapakah dia?
Apa yang terjadi?
Akupun juga tak tahu..

"Woyy jangan ngehalangin jalan gue dong!"

"Eh dasar lo. Emang ni jalan punya nenek moyang lo!

"Aduhhh ganteng busetttt!"

"Boleh gue bawa pulang gak?"

Suara-suara mulai terdengar. Satu sama lain saling bersahutan. Membuatku bertambah penasaran.

"Zeen?" Aku menolehkan kepala. Dan ternyata Zeenpun ikut menghilang.

Ahh, ternyata diapun ikut berdesak-desakkan dikerumunan.
Ah kurang kerjaan sekali.

"Zeenn! Ke sini gak? Kalo gak bakal gue tinggal!" Zeen menolehkan kepala padaku. Namun ia tak juga beranjak.

"Aduh.. kakcog kenalan dong! Eneng Fiya. Kakcog sendiri?"

"Eh enak aja lo main ngajak kenalan calon pacar gue!"

"Woyy situ pede. Kenal aja enggak. Mimpi mbak mimpi!!"

"Woyy suka-suka gue dong. Dasar banci buntet!"

"Sembarangan ae lo mbakkk!" Awas aja!"

"Kakak boleh minta pin bbm gak?"

Dan seterusnya. Kericuhan bertambah. Kepalaku berdenyut. Pusing sekali rasanya.
Dan kini kegelapan menguasaiku..

Ata point of views off

"Ih lo sih Zeen. Bukannya ngajak Ata pergi dari kantin malah ikutan nonton murid baru. Dasar lo!"

"Ih ya maaf. Abisnya si kakak ganteng abis"

Gadis yang tengah terbaring di brankar itupun membuka matanya karena suara bising yang ia dengar. Retina menyesuaikan dengan pencahayaan yang belum terbiasa dengan matanya. Bau obat merah tercium menusuk indera penciumannya.
Ia menolehkan kepala pada dua sahabatnya.

"Zeen? Dinar?" Ucapnya dengan suara yang lirih.

"Ata, lo udah bangun. Syukur deh," ucap Mesha Fadinar. Sahabat Zeen dan Ata. Sayangnya mereka beda kelas. Dinar 11 Mipa 3.

Ata ingat. Karena bising ia pingsan di Kantin. Lantas siapa yang membawanya ke sini?

"Siapa yang bawa gue kesini?"

"Yang bawa lo...

***

Hai teman. Maaf jika banyak typo dan kesalahan tanda baca. Kesamaan nama tokoh, tempat tidak disengaja. Murni imajinasi saya.
Jangan lupa voment. Dan tunggu kelanjutannya.

Miss♥

Mellisadina,
01 April, 2018

Matahari di Hati Bintang (Slow Update)(HIATUS Sampai Pluviophile Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang