Part 6- Psikopat

82 7 2
                                    


"Eh, Lun? Udah kelar? Tadi Derin ngapain lo?", pertanyaan keluar dari mulut Sarah.

"Ga berat sih. Cuma disuruh beliin bakso, soto, sama jus.", lalu membuka botol air minum yang tadi ia beli di kantin. Kelelahan akibat tugas dari Derin tadi.

"Gitu doang?"

"Em, ga sih sebenernya. Dia nyuruh gue buat nunggu terus beresin tapi gue ga mau trus yaudah gue cabut. Selesai.", tersenyum senang dan lega rupanya Derin tak melakukan apa yang dipikirannya horor.

"Masa sih? Setahu gue Derin orangnya ga gitu. Kalo soal ngebuli dia paling jago, ga pandang cowok atau cewek tapi kok sama lo beda ya.", Sarah menatap Luna heran.

"Gue ga peduli soal itu. Yang penting gue nebus kesalahan gue dan hidup tentram dan aman.", Luna menatap langit-langit kelasnya membayangkan betapa bahagianya nanti seminggu lagi bebas dari seorang Derin.

"Serah lo deh. Tapi kok gue ngerasa ada sesuatu ya.", Sarah berpikir dalam.

"Udah. Gausah dipikirin. Sekarang ayo ikut gue ke kantin. Gue traktir deh.", merangkul Sarah menuju kantin.

"Oke. Beneran ya lo yang bayarin?"

"Iya. Santai aja kali."

Luna tengah sibuk mencari sesuatu. Dirogoh tas sekolahnya, rak almari sampai bawah kasur tapi tetap tak menemukan yang dicarinya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka.

"Cari apa, sayang?" berjalan menghampiri anak semata wayangnya.

"Nyari handphone ku. Mama liat ga?" tangannya masih tak mau diam.

"Kan tadi kamu taruh di meja makan. Kamu sih, kalo mau makan, handphone nya jangan ikut makan." memang tadi setelah pulang sekolah Luna langsung menuju meja makan tanpa mampir ke kamarnya terlebih dahulu. Akibat permintaan Derin yang melampaui batas di sekolah tadi ia jadi kecapekan.

"Oiya, Luna lupa. Hehe" Luna menepuk jidatnya sendiri lalu berjalan keluar kamarnya. Sementara, Wina hanya bisa geleng-geleng melihat putrinya kadang pelupa.

Sarah S : Lun, weekend ini jalan yuk. Bosen gue dirumah terus.

Luna P : Ayo. Sekarang ya, ketemuan di mall deket sini. Gue tunggu.

Luna bergegas ke kamar mandi dan memakai baju yang ala kadarnya. Ia memang tidak suka yang terlalu mewah, hanya simple tapi tetap ada gaya trend masakini.

"Ma, Luna pergi ya ma sama Sarah." menghampiri mamanya yang tengah berada di dapur.

"Mau kemana, sayang." berbalik menghadap Luna.

"Ke mall bentar, ma. Bosen dirumah. Sekalian biar tau Jakarta juga kan."

"Yaudah, hati-hati ya. Sebelum magrib harus udah pulang." mengelus puncak kepala Luna.

"Iya ma. Yaudah, Luna pergi dulu ya, ma." mencium punggung tangan kanan mamanya. Lalu pergi menaiki taksi. Walaupun sopir sebenarnya tidak ada tugas saat itu tapi Luna tidak ingin mengajak sopirnya saat jalan-jalan bersama temannya. Tak bisa bebas mungkin.


Ia tengah sibuk memilih sesuatu di dalam tempat "keperluan anak-anak". Pertama ia memilih baju tapi masih ragu-ragu, lalu beralih ke mainan anak, masih tetap saja. Lama-lama ia frustasi sendiri. Sebenarnya apa yang dicarinya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang