ALL OF JIN YOUNG POV
***
Aku mendudukkan tubuhku di salah satu sudut terpencil di kantin. Berharap tak akan ada yang menyadariku.
Aku kembali menatap kertas lusuh itu. Kertas dengan tulisan-tulisan indah di dalamnya.
Dunia…
Benarkah…
Aku bisa bertahan?
Ini.
Bait terakhir ini jelas menyiratkan keputusasaan. Ketidakpercayaandiri. Tapi bagaimana mungkin?
Aku mengedarkan pandang. Tanpa sengaja mataku kembali menemukan jasad pujaanku. Seperti biasa, berada di tengah keramaian yang mengelilinginya. Memesona tak hanya dengan raga, tapi juga talenta.
Aei tengah tertawa di sana. Tapi entah bagaimana, aku merasa semua yang ditunjukkannya adalah palsu. Terlebih setelah aku mengetahuinya.
Ya. Puisi itu.
Puisi itu adalah tulisannya. Bodohnya aku! tak pernah sampai singgah di otakku bahwa kemungkinan besar penulisnya adalah juga seorang peminat sastra seperti Aei. Seandainya aku tak menemukan coretan masa lalu itu, mungkin aku belum bisa menebak siapa penulisnya.
Apa yang membuat seorang yeoja yang mendekati sempurna itu seolah mempertanyakan kebahagiaan dan arti?
Itukah yang kau rasakan, Aei?
***
Aku menghela nafas.
Kertas itu telah tertempel rapi di sana. Di papan mading. Aku menguatkan tekadku untuk mengungkapnya.
Perasaanku.
Tidak peduli dia memiliki rasa yang sama atau hanya kesalahpahamanku, aku sudah bulat.
Entah bagaimana, aku berhasil menulisnya. Sebuah puisi yang, semoga membuatnya mengerti.
***
“Hei!”
Aku mengalihkan wajahku ke kanan, sumber suara. Aku tersenyum melihatnya.
“Kau sering di sini, sepertinya.” sapanya.
“Ne! Tempat ini tenang.”
Aku membaringkan tubuhku di antara rerumputan. Aei menganga melihat tingkahku. “Wae?”
“Anya!” ucapnya sambil tertawa. Ia ikut membaringkan dirinya.
“Kau tidak takut dress-mu kotor, Aei-ya?” tanyaku sekilas.
Langit saat itu tengah berduka. Tidak masalah buatku. Toh mereka belum menangis. Aku menatap wajah di sisiku. Sama seperti yang disuguhkan langit.
“Biar saja!”
Aku kembali menantang langit. Membiarkan hanya suara angin yang bertahta di antara kami. Entah berapa lamanya. Aku ingin membuka suara, tapi beberapa kali pula menutupnya lagi.
“Aku sudah membacanya.”
“Eo?”
“Puisimu. Aku sudah membacanya, Young-ah! Bagaimana kau tahu itu aku?”
Aku menghembuskan nafas. Akhirnya dia yang memulai. “Hanya sebuah ketidaksengajaan.”
“Aku suka!” katanya lembut.
Aku menatapnnya, yang ternyata tengah menatapku juga. “Gomawo, Young-ah!” Dan dengan senyum, yang sangat manis. Bukan luka yang biasanya kutangkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling (Complete)
FanfictionKetika seseorang yang kamu pikir sempurna, justru mempertanyakan artinya.. Ketika berbagai pertanyaan tentang ketidaksempurnaan si sempurna secara tak sengaja membuatmu lebih dekat.. Ketika isi hatinya seperti terbaca olehmu..