The Question

23 0 0
                                    

Aku terpana menatap tulisan itu…

Tulisan tangan yang indah! Tapi bukan itu yang membuatku tertarik untuk membacanya. Isinya. Hanya terdiri dari empat bait.

Dunia…

Apa benar

Aku hanya sebuah kerikil di antara ribuan butir pasir?

Lalu

Bagaimana aku bisa muncul dan disadari? 

Aku tercenung!

Sederhana, memang. Pertanyaan yang mungkin memang sering diungkapkan oleh kebanyakan orang. Aku juga, terkadang. Wajar jika keraguan itu tiba-tiba saja muncul dan dipertanyakan.

Kulirik bagian bawah kertas itu. Menemukan penulisnya, tentu.

Tidak ada!

Yang tertera di sana hanya sebuah inisial.

J.H

Tidak ada yang lain. Hanya itu!

***

Aku masih menatap salinan puisi itu. Puisi yang berhasil membuatku sukses menguras otakku.

Mungkin aneh, karena sebenarnya isinya tidaklah begitu istimewa. Tapi entah bagaimana aku begitu tertarik.

“Aei-ya, kudengar kau menjadi salah satu kandidat untuk lomba sastra Korea-Asean.”

Aku mengalihkan mataku ke sumber suara. Bukan suaranya yang kucari, tapi nama yang tercetus itu.

“Eo, ne!” Aei tampak tersenyum kecil mendapat perlakuan itu.

“Gyaaa, chukka, Aei-ya! Kau benar-benar menakjubkan!”

“Aniya! Itu bukan sesuatu yang besar.” Ucapnya sambil mengibaskan tangan.

“Mwo? Kau terpilih sebagai salah satu dari 10 wakil Korea, masih bilang seperti itu? Yaa!! Kau ini bercanda, Aei-ya!”

Dan begitulah!

Mereka msih terus mencecar yeoja itu dengan rentetan puji dan tanya. Sedangkan yeoja itu hanya menjawab dengan anggukan kecil, senyum simpul, dan hal ringan lainnya.

Yeoja itu, Hyun Aei.

Aei adalah satu-satunya yeoja yang berhasil menarik perhatianku. Aku bersamanya sejak kelas 1 SMA. Hingga sudah di bangku universitas, aku masih mengaguminya.

Bagaimana tidak?

Aei adalah yeoja yang, tidak hanya menurutku, tapi juga kebanyakan namja, adalah yeoja yang sangat cantik. Rambutnya yang hitam sebahu seringkali dibiarkannya tergerai dengan mempertontonkan gelombangnya. Kulitnya tidak seperti kebanyakan kulit yeoja korea. Putih, tetapi tidak pucat. Warna kulitnya jauh lebih terang dan bercahaya. Seorang yeoja anggun dan feminin, baik dari tutur kata maupun bersikap, dengan tinggi badan bak model.

Dan dia anak seorang konglomerat!

Tidak! Jangan pikir aku menyukainya karena itu. Tidak kupungkiri, itu adalah faktor yang wajar. Mutlak, semua namja menginginkannya dengan kesempurnaan itu. Tapi, sekali lagi, bukan itu yang menarik perhatianku padanya.

Dia, Hyun Aei, adalah yeoja yang tidak hanya sempurna fisik, tapi juga batin!

Aei adalah yeoja yang pintar. Semasa SMA dia selalu masuk 5 besar. Bukan 5 besar kelas, tapi 5 besar sekolah!

Dan dia punya hati yang tulus. Sangat, bahkan! Karena aku menyaksikannya secara langsung.

***

“Annyeong, Young-ah!”

Aku tersedak.

Suara yang menyapaku tertawa. Aku meraih air minum yang tergeletak di meja dan mulai meminumnya. Berharap itu bisa menetralkan tenggorokanku. Meski aku tahu, dengan dia di sampingku, tidak akan mungkin aku bisa bersikap netral.

“Eo, Aei-ya! Waeyo?”

“Apa aku harus terus mempersiapkan alasan untuk menyapamu?” tanyanya, masih dengan senyum.

Aku menggeleng lemah.

Tidak!

Aku justru sangat senang kau menyapaku, Aei-ya! Tidak ada yang salah.

“Bagaimana persiapanmu untuk lomba?” tanyaku.

Dia tertegun. “Eo? Kau juga sudah tahu?”

Aku mengangguk.

Aei mengalihkan wajahnya ke depan. Menatap emndung yang kala itu singgah di langit Korea. Kudengar ia menghela nafas berat. Ekspresinya mun mulai berubah. Keceriaannya tak tampak.

“Gwaenchanha?”

“Ne, jigeum!”

Aku mengernyit. Apa maksudnya? Kenapa dia terdengar begitu putus asa?

Ia masih memasang wajah itu.

Memang, ini bukan pertama kali. Terkadang aku menangkap ekspresi itu ketika tanpa sengaja tidak ada yang memperhatikannya. Ekspresi tertekan.

Apa yang sebenarnya disimpannya?

#The Question finish#

Feeling (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang