Yep. Akhirnya publish juga. Dan, author mau menyampaikan beberapa hal. Pertama, terbentuk sedikit perubahan dengan nama judulnya yang mulanya "Invisible Wings" menjadi nama judul cerita ini yang sekarang.
Kedua, cerita ini sengaja dibuat misteri dan saling berkaitan antara part satu dengan part selanjutnya. Seperti, kalo ada suatu kejadian mencurigakan atau kemunculan sosok misterius -lebih tepatnya di luar tokoh yang sama sekali nggak ada hubungannya dengan cerita sebelumnya, itu memang disengaja, author nggak bisa jawab siapa itu, kenapa itu. Itu termasuk hal yang 'terahasiakan', bukan yang aneh. Jadi ikuti terus kelanjutannya (enak aja :v) bakal diungkapin, kok, ketika 'waktunya terungkap'-nya tiba.
Agar nggak mau ambil pusing ato bingung, ikuti alur ceritanya agar sambung-'menyambung' menjadi satu (apasih :v) yang penting tahulah, oke oke?
Happy reading~
🍃
"Kau, Grindella Alvishetth... jangan dekati vampir... jangan dekati!...bahaya yang disebabkannya telah melampaui batas. 15 tahun lalu... Ancaman yang dulu disebabkanya berdampak buruk pada bangsa... dia akan melakukan tindakan di luar batas, seorang vampir diantara mereka yang hampir mencekammu dan hampir melindungimu... di antara mereka, jangan dekati... dia akan merasa beruntung, sedangkan kau hanya merasakan penyesalan yang sangat buruk."
Vish tak merasakan apa-apa. Dia masih memejamkan mata. Tak lama, ia hanya merasakan sinar matahari yang menyengat.
Sesaat dia tersadar, dia membuka mata sedikit. Rambut berwarna putih bergerak perlahan, menjuntai hingga punggung seorang yang tidak jauh dari tempatnya. Dan menghilang menampakkan semakin jauhnya langkah yang ia tempuh.
Saat terbangun dia tak sengaja melihat teriknya matahari. Matanya menyipit bersamaan tangan kanannya menutupi wajahnya. Tubuhnya bergerak perlahan, mencoba untuk bangun. Setelah bangun terduduk, ia menyandarkan dirinya ke pohon dekatnya.
Beberapa saat, dia mulai berdiri. Ia harus bisa keluar dari hutan ini apapun yang terjadi, sekarang juga. Ia bangkit lalu mengibas-ngibaskan tangannya di jubahnya yang terdapat daun-daun dan tanah-tanah yang menempel di sisi jubah. Dia menegakkan badan lalu berjalan perlahan, dia merasa sedikit kaku setelah tidur tanpa sadar sedari -entah, ia sendiri tak tahu dari kapan.
Sedikit langkah demi langkah, ia lewatkan dengan gontai. Sedikit merasakan berpapasan dengan sesuatu yang aneh. Tercium aroma yang seperti familier. Aroma yang seperti menusuk hidung, memberikan ingatan suatu kejadian beberapa tahun lalu.
Bayang-bayang yang masih dibayanginya. Almarhum ayahnya memberikan jubah yang tidak didapatkan secara dijual dan diberi, namun didapatkan dengan 'cara menemukan tanpa pemilik'.
Tak lama bau itu menghilang seiring berjalannya waktu. Ia tersentak, di depannya, berdirilah sosok makhluk. Tampaknya dia telah mengawasinya dari tadi. Melihat seorang-lebih tepatnya ia vampir.
Karena ia tak ingin makhluk berstatus vampir itu manghalangi jalannya untuk keluar dari hutan aneh ini sekali lagi, ia berbalik dengan kaku. Pura-pura tak melihat. Sebelumnya ia merasa ragu tapi, mungkin inilah yang lebih baik, ia melanjutkan berjalan dengan langkah yang lebar. Semakin cepat langkah yang dilaluinya, ia merasakan semakin cepat pula vampir dibelakannya itu mencapainya. Dia berbalik, dan, "siapa kau?!"
"Apa katamu? Vampir, aku vampir. Kau tahu sendiri." Nada yang begitu santai, membuat Ginger makin heran.
Meski ragu, ia pun memberanikan dirinya untuk berkata tenang, "ah! kenapa seharian ini aku bertemu hal gila dan aneh. Bahkan, makhluk yang seharusnya tidak ada didunia ini!"
"Kau... tak ingat?"
"Apa?"
Dia mengembuskan napas berat, "aku yang membawamu ke tempat ini. Aku menyelamatkanmu dari mereka." Jawabnya pada akhirnya. Ia berjalan pelan melewati gadis itu yang masih menunjukkan raut tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Memories of Vampire
Vampirgeschichten"Kami semua takut, zaman modern ini, kami sangat sulit mencari darah manusia. Dulu, kami melihat manusia dengan mata yang berbinar, namun abad ke-21 kali ini, Kami melihat mereka dengan rasa takut. Seolah jika keberadaan kami terlihat mereka, memebe...