Aku adalah biji tajam kopi
berserakkan terpanggang api.
Kau tak menyadari itu
singkirkan aku dari kebun kopi.
Aku biji tajam kopi
terbuang tak ingin sia-sia.
Kau tak pernah tahu
bergerak tubuhku terbakar.
Aku menjelma kedai kopi
menganga memakan langit.
Ada di setiap sudut kota
menghadang kerajaanmu.
*) Hotel Pum, Sabang,Pulau Weh, 3 Mei 2013
YOU ARE READING
AIR MATA KOPI
PoetryKumpulan puisi "Air Mata Kopi" (Gramedia, 2014) yang mendokumentasikan politik ekonomi di Indonesia. Melalui nasib petani kopi, Gol A Gong menuliskan kegelisahannya. Selama 50 hari, mulai dari Sabang hingga Lampung, April - Juni 2013, Gol A Gong ma...