CHAPTER 4 : A Missing Piece

504 88 4
                                    

Seandainya aku bisa mengunci semua dalam diriku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seandainya aku bisa mengunci semua dalam diriku. Akan kukubur semua hal yang sangat berharga dalam diriku. Akan kupendam sedalam mungkin hingga tak akan ada sebuah tanganpun yang dapat mengeruknya dan membawanya ke permukaan. Membuatnya hilang dan tak kembali.  





🎬🎬🎬







"Eomma, aku pulang"

Samar-samar, Seokmin dapat mendengar suara eommanya berseru dari dapur menyambut kedatangannya ditemani bunyi air mengalir. Mungkin eommanya sedang mencuci piring-piring kotor di dapur.

Tanpa terasa, sudah tujuh tahun berlalu. Seokmin kecil yang tiap harinya selalu duduk termanggu di depan layar TV menunggu kartun favoritnya telah tumbuh lebih tinggi beberapa senti. Tapi masih belum dapat menyaingi tinggi wanita tua itu.

Seragam sekolahnya masih melekat bersama keringat yang turun di sepanjang tengkuknya. Seokmin melepas seluruh kancingnya. Dapat dilihat kalau kaus polos di dalamnya telah sempurna basah akibat keringatnya. Biar pun begitu, tak ada niatan sama sekali untuknya segera mengganti pakaian. Justru berjalan menghampiri eomannya.

Bukan, bukan untuk menyapa wanita itu, melainkan mencari sesuatu di meja makan.

"Tidak ada roti bakar seperti biasa. Bibi Hong sedang tidak berjualan."

Suara halus eommanya memperjelas penampakan meja makan yang bersih tidak seperti biasanya.

"Ah.. aswibda." (sayang sekali)

Jadilah Seokmin hanya berjalan ke lemari pendingin, meraih sebuah minuman kaleng untuk menyejukkan tenggorokannya.

"Eomma, sekarang tanggal berapa?"

Bunyi seruput dari bibirnya membuat suasana di dapur terasa lebih sejuk. Eommanya baru selesai mencuci piring-piring, sembari mengibaskan tangannya agar kering dan reflek mengelap pada apron yang melilit di tubuhnya.

"Kalau tidak salah, tiga. Oh iya, benar tiga! Eomma baru melingkari kalender di kamar tadi pagi. Waeyo?"

Seokmin hampir saja menjatuhkan minuman di genggamannya, untung saja ia masih bisa mengendalikan diri. Jika tidak, mungkin ia akan mendapat omelan dari wanita di sebelahnya ini yang entah sejak kapan ikut memperhatikan tanggalan di depannya.

Hari ketiga di bulan Oktober. Itu artinya besok adalah ulang tahun Yuna.

Oh, Seokmin lupa untuk memberi tahu satu hal. Ia dan Yuna sekarang bersekolah di tempat yang sama. Kabar baiknya lagi, mereka berada di kelas yang sama.

Hari demi hari sejak pertemuan mereka hari itu, baik Soekmin maupun Yuna seakan tak memiliki jeda untuk melakukan hal bersama. Mereka tumbuh bersama. Bersekolah bersama. Membuat ikatan di antara mereka kian erat. Bahkan keluarga mereka pun begitu.

PRELUDIUM | DK x YJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang