CHAPTER 3 : A Locked Door

548 87 4
                                    

Kupikir semua berakhir beberapa tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kupikir semua berakhir beberapa tahun lalu. Aku tidak mencoba menyusun kepingan puzzel itu. Baru kusadari kalau kepingan itu tertinggal beberapa. Baru kusadari kalau api itu dapat kembali menyala lantaran tertiup angin.

🎬🎬🎬

Knock knock

"Oh, halo. Kamu cari siapa?"

"Apa Yuna di dalam?"

Sekilas, wajah wanita yang lebih tinggi darinya itu nampak mencurahkan raut heran. Terlihat dari caranya menyatukan kedua alisnya sambil menatap ke arah Seokmin ragu.

"Eum, Lee Seokmin imnida. Aku tinggal di rumah sebelah. Apa Yuna ada di dalam?"

Ulang Seokmin setelah menunjuk ke arah rumahnya.

"Ah.. kamu pasti anak bibi Lee. Masuklah, Yuna ada di belakang,"

"Gomabseumnida, Noona."

Seokmin mengikuti langkah panjang Yura ke halaman belakang rumah keluarga Choi. Sesekali ia mengidentifikasi sekelilingnya. Rumah Yuna benar-benar terlihat sangat modern dengan berbagai ornamen kaca. Khas sebagaimana rumah orang-orang kota yang begitu mencolok dibanding ruamh di daerah itu. Cukup jauh dari kesan sederhana, namun tetap nyaman. Jika itu rumahnya, mungkin Seokmin akan berulang kali mendengar teriakan dari eommanya untuk tidak berlari-lari di rumah.

"Yuna ada di sana."

Seokmin mengintip, di serambi rumah itu, untuk kedua kalinya ia melihat Yuna sedang menari. Entah itu adalah hobi gadis itu atau sebuah tuntutan. Tapi setiap kali ia melihat Yuna menari, nampaknya gadis itu sudah mahir dengan tariannya.

"Ehm, Yuna-ya,"

Merasa namanya disebut, Yuna menoleh dengan air wajah yang sulit diartikan.

Seokmin berniat untuk meminta maaf pada Yuna perihal kejadian kemarin. Ia masih merasa tak enak hati lantaran Yuna menangis karena ajakannya bermain pasir. Sungguh semua itu terjadi di luar perkiraan Seokmin.

Ditambah lagi, ketika Yuna justru berlari kembali ke rumahnya melalui pintu penghubung halaman belakang rumah mereka tanpa meninggalkan sepatah kata pun. Jelas saja hal itu membuat Seokmin tak enak hati. Mereka baru saja mengenal, bagaimana kedepannya jika pertemuan mereka saja sudah jauh dari kesan baik.

"Eum, anu... aku ingin meminta maaf soal kemarin. Kau jadi menangis. Mianhaeyo,"

"Gwenchana. Aku hanya terlalu kaget kemarin. Aku tahu kau tidak nyaman,"

"Aniya, aniya. Aku tahu kau tidak terbiasa,"

"Aku tidak pernah bermain seperti itu di rumah lamaku. Bahkan aku jarang keluar rumah di akhir pekan untuk bermain. Eomma justru mendaftarku di tempat tari ballet sejak dua tahu lalu,"

PRELUDIUM | DK x YJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang