Bye, Everyone.

1.1K 79 4
                                    

Ekspedisi kembali dimulai, ekspedisi kali ini seharusnya hanya untuk cek lapangan dan mencoba formasi baru untuk menilai sejauh apa mereka bisa keluar dari dinding.

Seharusnya.

Namun satu titan abnormal tiba-tiba muncul sambil berteriak kencang, pandangan tim paling depan hingga tengah terhalang kabut yang entah darimana berasal. Formasi hancur berantakan, para prajurit dan kudanya panik seketika dan meninggalkan timnya. Eren, Mikasa, dan Armin kehilangan jejak pasukan mereka dan mulai memacu kudanya agar sampai ke tim terdekat secepatnya. "Eren!! Kalian tak apa?! " Tanya Hanji, mereka menghembuskan napas lega dan segera bergabung dengan tim Hanji.

Tiba-tiba, titan berbagai jenis bermunculan dari berbagai arah dan menyerang mereka. Membuat Eren terpaksa berubah menjadi titan dan menghalangi mereka sekuat tenaganya, Hanji dan yang lain berusaha membantu Eren. Namun titan tak berotak itu seakan tak habis-habis, mereka takkan sanggup mengalahkannya sekaligus.

Entah apa maksud mereka, tapi mereka sepertinya hanya mengincar Eren. Membuat Eren terdesak, terkepung di antara titan dengan tinggi bermacam yang menyerbunya sekaligus dan menggigitinya. Eren sudah hampir kehilangan seluruh tenaganya, Mikasa dan yang lain sudah berusaha mengeluarkan Eren dari kepungan titan itu, tapi mereka tahu kalau mereka takkan mampu. "Eren!! Ereen!! " Panggil Mikasa dan Armin, airmata sudah mengalir deras di wajah mereka. Salah satu titan berhasil merobek daging di tengkuknya, menampakkan Eren yang sudah hampir pingsan. Titan itu menariknya kasar dan memakan sebagian tubuhnya, lalu memakan pundak kanannya. Eren berteriak kesakitan sebelum benar-benar pergi. Titan itu mencampakkan sisanya begitu saja ke dekat kaki Mikasa dan Armin.

Di saat itulah, Levi datang bersama sisa dari timnya. "Oi! Mana Jaeger?! " Tanya Levi, namun akhirnya matanya melihat orang yang dicarinya terbaring tak berdaya dan kehilangan setengah tubuhnya. Mikasa dan Armin menangis di sisinya. "T-ti-tidak mungkin kan? " Bisik Levi lalu memacu kudanya menuju Eren lalu jatuh terduduk di samping Eren. Mikasa dan Armin pergi membunuh titan dengan perasaan kalut. Levi menatap wajah Eren yang dipenuhi darah dengan pandangan tidak percaya. "Ti, tidak mungkin.. Tidak.. Tidak... " Bisiknya tak percaya, disentuhnya pipi dingin itu lembut sebelum menangkup kedua pipi Eren, airmata mengalir perlahan di pipinya. "Bocah? Ha! Jangan membuatku tertawa. " Ucapnya sambil mengusap keningnya berkali-kali. Dicobanya memasang topeng dinginnya yang sudah retak itu, gagal, dicoba lagi, gagal. Sampai akhirnya topeng itu hancur berkeping-keping bersama dengan hatinya. "Eren!! Tidak lucu!! Ini sama sekali tidak lucu.. " Ucapnya dengan suara makin pelan sambil mengguncang pipi pucat itu lembut, tak ada balasan dari Eren. Levi menutup matanya erat-erat dan menangis kencang. "Eren!! EREENN!!! MAAF!! MAAFKAN AKU!! EREENN!! BANGUNN!! " Pekiknya memeluk Eren erat, "Kumohon... Jangan tinggalkan aku.. Aku mencintaimu.. Aku mencintaimu.. " Bisiknya, airmata tak henti-hentinya turun di pipinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Levi tak peduli yang lain sibuk menghabisi titan, Levi tak peduli seragamnya kotor terkena darah Eren, atau tangannya sekarang sudah berlumur darah Eren, dia tidak peduli semuanya. Yang dia inginkan hanya pria di dekapannya ini kembali bernapas, meskipun tubuhnya tak sempurna lagi. Yang terpenting hanya kadet kesayangannya ini kembali bersamanya. Tapi pria dalam dekapannya sudah tak bernyawa lagi, semua sudah terlambat.

"Aku minta maaf, oke? Aku benar-benar menyesal, Eren.. Aku akan perbaiki semuanya! Aku akan lakukan segalanya! Tapi buka matamu!! " Pekik Levi menyandarkan keningnya di kening Eren, tapi tidak ada reaksi sama sekali dari si surai brunette itu. "Aku sangat, sangat mencintaimu.. Jangan tinggalkan aku.. " Levi mulai terisak sambil menenggelamkan hidungnya di rambut Eren, mencium surai coklat itu berkali-kali, "Eren.. Eren.. Eren.. " Bisiknya memeluk tubuh dingin itu, memori bermunculan di kepalanya. Menyerangnya, menghujamnya dengan penyesalan yang tak tertahankan.

"Kalau saja aku memberitahu semuanya.. Kalau saja aku tak menghindarimu.. " Gumamnya mencium kening Eren berkali-kali. "Semua salahku!! Eren!! bunuh aku!! Hukum saja aku... Kumohon, Eren!! Bangun!! " Levi mengecup bibir dingin itu berkali-kali, berharap Eren membuka matanya dan balas menciumnya tapi usahanya tak berarti apa-apa.

Hati Levi sakit, lebih sakit dari saat ibunya meninggal, lebih sakit dari saat Isabel dan Farlan meninggal, lebih sakit dari saat dia kehilangan tim spesialnya. Ini lebih sakit dari yang sebelumnya, airmatanya tak bisa berhenti mengalir, setiap detakan jantungnya terasa menyakitkan, napasnya tercekat, dia memegang Eren erat, seakan bila Eren dipisahkan darinya, napasnya akan putus saat itu juga. Teringat olehnya semua kejadian yang membawanya kesini, kepada kematian satu-satunya orang yang pernah dia cintai seumur hidupnya.

 TBC

Ini cerita pertama, jadi harap maklum ya..

Cinnamon2005

Schmerzen (Ereri/Riren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang