END

764 59 5
                                    


Mereka sudah berbaris, Levi sempat melihat Mikasa mengelus pipi Eren yang merah, meniup pipinya lembut, yang membuat Eren tertawa geli lalu berbagi pelukan perpisahan. Levi ingin sekali menjauhkan Mikasa dari Eren dan meneriakkan bahwa Eren miliknya, tapi apa dayanya? Mereka sudah tamat. Levi ingin sekali marah, tapi pada siapa? Tidak ada yang salah kecuali dirinya.

Dan permintaan maafnya tak akan pernah tersampaikan lagi, seumur hidupnya.

Off:

Levi memeluk tubuh orang yang dicintainya itu erat, memohon pada siapa saja agar dia bisa kembali. "Aku mencintaimu, oke? Kau harus sadar, ayolah berusaha untuk beregenerasi sedikit saja!! " Hanji memeriksa kedua matanya, lalu membatu di tempat. Levi menatapnya dengan tatapan yang menunjukkan seberapa besar harapannya pada teman berkacamatanya itu, namun yang ditatap hanya bisa menggeleng lemah. "Aku minta maaf... Aku tidak pernah melihatmu sebagai titan.. " Bisik Levi putus asa, tubuhnya lemas sudah. Sahabatnya mengusap punggungnya melingkar, berusaha menenangkan. Sang Ackerman menggenggam jari dingin Eren dengan jari hangatnya, menautkan jari-jari mereka. "Sekali saja.. Biarkan aku bersamanya sekali lagi saja.. Aku belum mengatakan semuanya.." Lirih Levi, lukanya sendiri yang juga perlu perawatan tak dihiraukannya. Pikiran dan atensinya hanya untuk bocahnya seorang.

Tiba-tiba Levi teringat sesuatu, yang membuatnya mencari-cari 'sesuatu' itu. Levi menghela napas berat dan menatap Eren yang kelihatan tenang di akhir hidupnya padahal dia mati dengan cara menyakitkan. "Hari ini, seharusnya hari jadi kita 'kan? Aku memang tak mengerti apapun tentang cinta, tapi aku akan tetap ingat. Hari.. dimana kau menyatakan perasaanmu, aku ingat hari dimana aku menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini. Aku sebenarnya ingin memberimu cincin janji yang sudah lama kau inginkan, tapi sepertinya tertinggal. Kalau saja aku punya waktu, aku sudah pasti akan mengambilnya untukmu. Sudah hampir 4 bulan sejak saat itu, Eren. Apa kau tak mau membuka mata sebentar untuk sekedar mendengarkanku berbicara selama 5 menit? " Levi sudah kehilangan suaranya, dia hanya bisa berbisik parau di telinga Eren.

"Aku bersalah, aku menyesal, Eren.. Aku tak bisa bertahan kalau kau tak ada lagi.. Aku janji tidak akan menyembunyikan apapun lagi. Hiks.... Eren, kau mendengarku? Aku janji akan menceritakan segalanya padamu.. Jangan menyiksaku seperti ini.. Sakit.. " Titan yang berusaha memakan mereka semua akhirnya musnah, Mikasa langsung berlari menuju tempat saudara angkatnya berada.

"Menjauh dari Eren! Kau memang siapa?! Kau bukan siapa-siapa untuknya! " Bentak Mikasa tak suka sambil menatap korporalnya marah. Erwin menahan gadis Ackerman itu agar tak menyerang Levi yang masih terguncang. "Aku kekasihnya! Sekarang menjauh dari hadapanku dan biarkan aku bersamanya! " Bentaknya sekuat tenaga, akhirnya. Setelah Eren pergi, akhirnya Levi berhasil memperjelas statusnya dengan Eren. "Mantan kekasih, anda bukan siapa-siapa lagi untuknya, korporal. " Ucap Armin sinis, entah darimana keberaniannya berasal. Levi tertohok mendengar perkataan Armin, kepalanya tertunduk menatap wajah Eren yang sudah membiru. Mikasa dan yang lain terkejut tak tahu harus bicara apa. Tak tahan dengan situasi dan juga realita yang menghantamnya, dia segera menaiki kudanya. Tak lupa untuk membawa jasad Eren bersamanya ke tengah hutan. "LEVI!! KEMBALI!! " Pekik Hanji, Erwin melepas pegangannya pada Mikasa dan langsung mencari kuda untuk mengejar Levi.

Levi terus berlari ke tengah hutan, tak peduli pada siapapun yang mengejarnya. Dirasa cukup jauh, dia melepaskan kudanya dan membaringkan Eren dan mencium bibirnya lembut. Levi benar-benar tak tahu harus berbuat apa lagi sebelumnya untuk meminta pengampunan Eren, dan kini dia tahu satu hal yang bisa dilakukannya.

Dia akan mengakhiri hidupnya dan menyusul Eren ke dunia sana, menyampaikan apapun yang ingin dia sampaikan, atau bahkan kembali menjadi sepasang kekasih di alam sana.

"Kau tak pernah memberiku pilihan, Eren.. " Ucap Levi tersenyum pedih sebelum tangan gemetarnya memposisikan tangan kaku Eren untuk menggenggam pedangnya, dan menusukkan tubuhnya sendiri ke pedang itu dan jatuh di atas Eren. "Biarkan.. aku menebus kesalahanku kali ini.. " Bisiknya tersenyum tipis sebelum benar-benar pergi, menyusul orang yang dicintainya.

Setelah dengan susah payah mencari, Hanji dan Erwin akhirnya menemukan mayat mereka, "LEVII! HUAAA!! TIDAAAK!! " Pekik Hanji menangis histeris, Erwin menatap keduanya dengan pandangan yang menyiratkan kesedihan yang amat jelas. Sisa pasukan datang beberapa saat setelah itu. Mikasa dan Armin hanya menatap para petinggi mereka dingin, terutama yang sudah meregang nyawa. Para cadet menatap pemandangan ini tak percaya, sang Harapan Terakhir dan Prajurit Terkuat gugur sekaligus. Erwin dan Hanji memutuskan menguburkan mereka ditempat itu berdampingan. Setelah mereka menguburkan mayat keduanya, mereka undur diri kembali ke markas.

Setelah sampai kembali ke markas, mereka banyak yang menjelek-jelekkan Pasukan Penyelidik. Namun, mereka juga menyadari menghilangnya sang Prajurit Terkuat dan Harapan Terakhir. Bukannya sedih, mereka malah merasa lega karena kematian sang titan shifter. Mereka juga berencana untuk membuat patung untuk menghormati jasa Levi Ackerman yang sudah gugur untuk membunuh titan itu. Andai saja mereka tahu, andai saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Schmerzen (Ereri/Riren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang