Flashback

260 26 0
                                    



Flashback On

"Bagaimana keadaanmu dan Yoongi-hyung?" tanya Jun yang datang bersama member lainnya. "Apa hyung baik-baik saja?" tanya namja bermata sipit khawatir, Hoshi. "Sstt... Pria itu bisa mendengar kita!" ucap Vernon pelan. Seungkwan mengelus pundak Woozi perlahan. Ia tahu bahwa hyung dinginnya itu tertekan karena hal yang sedang terjadi. "Tolong... selamatkan... Yoongi-hyung!" pintanya dengan terputus-putus. Mereka semua memandangnya bingung. Mereka baru sadar bahwa Suga tidak ada di sana. "Di mana Yoongi?" tanya namja tertua di sana. Namja dingin itu hanya tertunduk diam. "Di mana dia, Lee Jihoon?!" Jin yang habis kesabarannya tanpa sadar membentak namja yang tengah tertekan itu. "Sabar Hyung! Lihatlah dia sedang tertekan!" Ucap Jungkook lembut. "Mianhae..." ia mulai menyadari apa yang baru ia lakukan. "Jihoon-hyung, Di mana Yoongi-hyung?" tanya DK pelan. Ia takut semakin membuat hyung-nya tertekan. Woozi pun menjelaskan semuanya dari awal. Kejadian di toilet waktu itu sampai kejadian di negeri orang yang mereka datangi saat ini.

Mereka memandang tak percaya, seorang Min Yoongi bisa melakukan hal seperti itu. Namja es dengan mulut yang tajam itu memegang kata-katanya saat di café dulu. "Biar kami yang masuk! Kau tunggu saja di sini. Kami yang akan mengurusnya." Jin yang sempat termakan emosi pun mulai mereda. "Biar aku saja yang masuk! Kalian siapkanlah rencana dan panggil bantuan!" terang Jun yang sudah beranjak memasuki gudang tersebut.

Flashback Off

"Ini bukan salahku!" teriaknya tidak terima. Ia meronta menyebabkan Mingyu yang tidak siap terjatuh. "Kalian pikir aku selemah itu?" ia kembali beteriak. Mereka semua menjadi panik. Tiba-tiba salah seorang namja di antara mereka melompat dan menendang punggung pria itu hingga jatuh tersungkur. Namja itu adalah salah satu dari Chinesse line, The8. "Jangan pernah bermain-main dengan teman-temanku!" ucapnya dingin dengan tangan yang terkepal kuat. Ia langsung memukul perut pria itu berkali-kali dan menamparnya hingga pingsan. Mereka menatap tidak percaya adegan itu dalam diam. "Sekali lagi kau mengganggu mereka, Aku akan menghabisimu!" sekali lagi mereka dibuat kaget dan merinding mendengar ucapan namja yang dingin itu. Ini pertama kalinya mereka melihat The8 se-menyeramkan itu. Biasanya, ia hanya diam dan melihat jika ada sesuatu terjadi. Ketika marah pun ia akan tidur dan bertingkah seperti tidak terjadi apapun saat bangun. Everyone has their evil's side, just wait until it appears!

"Gomawo..." senyum manis itu tak lepas dari bibirnya. Mereka merasa sangat lega. Mungkin akan banyak orang yang berpikiran negative tentang kejadian ini, tapi yang terpenting sekarang adalah mereka sudah selamat. Kejadian ini juga memperlihatkan bahwa siapapun itu, dia harus dihargai. Setiap orang memiliki hak untuk berpendapat. Bukan berarti, orang tersebut ingin bebas dari kesalahannya. Bisa jadi mereka hanya ingin menjelaskan kejadian yang sesungguhnya. "Hyung  juga pernah menolongku waktu itu" jawabnya lembut. Entah sejak kapan hubungan mereka menjadi seperti itu.

Flashback On

Namja dengan hoodie dan masker hitam sedang berjalan di sekitar sungai Han. Ia ingin meringankan sejenak pikiran dari tuntutan pekerjaan. Menikmati indahnya pemeberian dari Tuhan. Everything that we have is the gift from the God! When you're tired with this world, that's the time you will realize how beautiful are them. Matanya memandang sungai itu penuh arti. "Bruk..." Tanpa sengaja ia bertabrakan dengan seseorang yang juga menggunakan hoodie dan masker hitam. "Mianhaeyo..." ucap namja yang bertabrakan dengannya tadi. Ia pun membantunya berdiri. "Gwenchana... Nan jeongmal mianhae..." jawabnya dengan meneriman uluran tangan putih pucat itu. Mereka bertatap sejenak. "Kau?!" ucap mereka bersamaan. Kedua namja itu pun membuka masker yang tadinya hanya menyisakan dua pasang mata indah mereka. "Kenapa aku selalu bertemu denganmu?" rutuk namja yang lebih tinggi. Moodnya kini kembali kacau. Baru saja ia menikmati malam, tapi kesialan langsung menghampiri. "Hyung pikir aku mau bertemu denganmu?" tanya namja yang menabraknya tadi. Mata mereka sama-sama tajam. Begitu juga wajah mereka yang datar. "Saranghaeso... Saranghadaneun mari..." benda elektronik berbentuk persegi yang berada di sakunya bergetar. "Yoboseyo, hyung!" ucapnya sambil menghadap ke arah sungai. "Ah ne..." ia pun memutuskan sambungan dan memasukannya kembali. "No... Not today..." kini hp dari namja lainnya berbunyi. "Yoboseyo" ucapnya singkat. "Ne" jawabnya sambil memutar bola matanya kesal dan memutuskan sambungan tersebut. Mereka beranjak pergi.

"YA! Jihoon! Kenapa mengikutiku?" kedua namja itu sama-sama menghentikan langkahnya. "Jangan menuduhku sembarangan! Atau kupotong lidahmu!" ucapnya tajam. "Dasar dingin!" lanjut namja itu merutuk. "Aku disuruh untuk membeli makanan di restaurant biasa!" ucap namja yang lebih tua. "Jangan bilang kalau tempat itu di sana!" kini Woozi memandang curiga. Menyadari hal itu mereka bertatap tajam dan memalingkan muka sambil berdecak sebal. "Aish... Kenapa harus kau?" ucap Suga dan melenggang pergi. Mengingat hari yang sudah larut, Woozi pun mengejar namja yang sudah cukup jauh di depannya. Tiba-tiba ia menginjak bola kasti yang entah darimana asalnya. Karena tidak siap, tubuhnya oleng ke tengah jalan. Suga yang tak sengaja melihat kejadian itu pun berlari ke tengah jalan. Matanya menangkap sebuah mobil yang terlihat sengaja melaju ke arah namja yang berada beberapa meter di depannya. Ia langsung mendorong tubuh mungil itu dan terpental ke arah lain. Namun, saayangnya kaki kecil Woozi masuk ke selokan yang cukup luas. Sedangkan namja yang mendorongnya tadi terluka di bagian siku. "Argh..." erangnya saat berusah untuk mengeluarkan kaki itu. "Naiklah!" titah Suga yang ternyata sudah berada di depannya. "Aku bisa sendiri!" ucapnya datar. Bagaimana pun namja di depannya ini adalah orang yang membenci sekaligus dibenci olehnya. "Baiklah! Bridal style!" putus namja yang lebih tua itu langsung berbalik. Ia membelalakan matanya tak percaya. "Ok! Berbaliklah!" Woozi langsung mengalungkan tangannya di leher putih itu.

"Ia hanya terkilir sedikit. Sudah bisa langsung pulang, tapi jangan terlalu banyak bergerak" saran pria berjas putih yang baru ke luar dari ruangan tempat Woozi berada. "Kamsahamnida..." ucap namja berkulit putih itu sambil membungkukkan badanya 90°. Ia langsung menuju kamar yang ada di depannya. "Sudah bisa jalan?" tanyanya datar. Yang ditanyai pun menatap datar dan mengangguk. Woozi pun berdiri, namun karena kakinya yang masih belum benar-benar pulih membuat tubuhnya oleng. Jika saja Suga tidak menangkap tubuhnya, mungkin sekarang kepalanya sudah terbentur kaki meja yang ada di sana. "Biar ku gendong! Atau kupatahkan langsung kakimu!" ancamnya dingin. "Dasar batu es!" ia pun mengalungkan kembali kedua tangan putih itu ke leher Suga. "Ck... Tidakkah kau pernah bercemin?" tanyamya sarkastik sembari membetulkan tubuh namja mungil yang kini berada di punggunganya.

Tak lama, kedua namja itu sampai di sebuah gedung yang cukup besar. Lebih tepatnya dorm dari Seventeen. "Ting...", "Chan-ah... Bukakan pintu!" suara baritone milik S.coups terdengar dari depan pintu. "Hyung!" teriak maknae Seventeen itu kaget. "Ada ap—Jihoon!" ucap Jeonghan tak kalah kaget. Ia melihat salah satu kaki dongsaengnya diperban. "Tenanglah! Ini cuma terkilir!" ucap Suga menenangkan. "Bagaimana bisa? Kenapa Suga-sunbae ada di sini?" tanya Mingyu yang baru saja datang. "Terserempet mobil!" jawab Suga sekenanya. "Dan jangan panggil aku Suga-sunbae! Panggil saja Yoongi-hyung. Aku lebih menyukai nama asliku dan jangan buat aku seperti orang asing!" jelasnya setelah itu. "Mingyu-ya, Cepat ambil Jihoon dari Yoongi-hyung. Biar kecil, tapi dia tidak ringan" titah sang leader. Woozi pun turun dan menolak untuk digendong. "Papah saja! Jika dia menolak, potong saja kedua kakinya" ucap Suga dingin. Yang membuat semua orang di sana bergidik ngeri, kecuali Woozi. "Hyung... Kau terlalu pendek. Wonwoo-hyung saja" ucapnya dengan polos. Yang dikatakan pendek oleh sang dongsaeng pun memberikan deathglare. "Bersiaplah menerima gitarku!" ancamnya tajam. Mingyu menegak ludahnya kasar. "Aku pulang dulu!" pamit Suga memecah ketegangan, namun tangannya ditahan oleh Jeonghan. "Tanganmu terluka hyung" jelasnya. "Gwenchana... Hanya luka kecil" jawab namja itu seadanya. "Masuklah atau aku patahkan tanganmu!" ancam Woozi sudah dipapah oleh Wonwoo, seperti yang dilakukan oleh Suga tadi. Ia memutar bola matanya malas, sedangkan yang lain bergidik ngeri. Entah mengapa suasana malam itu terasa sangat dingin. Ditambah lagi dua namja es itu saling memberikan tatapan dan ucapan dingin yang turut menurunkan suhu. "Sudahlah Jihoon-ah! Biarkan saja! Jangan memaksanya!" Hoshi mengingatkan teman segrupnya itu. "Masuk atau kupisahkan tangan itu dari tubuhmu, hyung!" namja putih pucat itu kembali mengeluarkan senjatanya. "Baiklah!" jawab Suga datar.

Flashback Off

Tak lama...



To be continue...

Sorry for all the mistakes...

We Are FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang