Another Tragedy

308 19 0
                                    



Waktu sudah menunjukan tengah malam. Seorang pria masuk ke ruang rawat Suga dan Woozi. Ia menyuntikan obat bius ke dalam selang infus milik salah seorang namja di sana. Selang beberapa detik, ia langsung mengeluarkan sapu tangan dan membekap namja putih lainnya. Merasa terusik, namja itu pun membuka matanya dan sedikit memberontak. Namun, obat bius di sapu tangan itu sudah terlanjur bereaksi membuat kepalanya terasa sangat berat hingga akhirnya tak sadarkan diri. Pria asing tadi langsung melepas infus dan menempelkan plester agar darahnya tidak menimbulkan kecurigaan. Dengan sigap, pria asing itu mengangkat namja yang pingsan itu ke atas kursi roda. Lorong rumah sakit sangat sepi memudahkan pria itu untuk membawa korbannya.

"Bagaimana mungkin?!" wajah Jeonghan sudah memerah menahan amarah. Bagaimana bisa namja es-nya menghilang? Bukankah itu rumah sakit ternama? Tangannya mengepal kuat. Petugas rumah sakit hanya menunduk diam. "Tenanglah hyung!" ucap namja dengan gigi kelinci. "Aku benar-benar akan menghabisi kalian jika terjadi sesuatu pada dongsaeng-ku!" ancam namja tertua di sana dingin. Seoalah tak pernah ada status Angel Without Wings pada dirinya. Kini ia telah berubah menjadi Deadly Demon. "Mianhae, hyung!" ucap namja putih yang masih berada di ranjang rumah sakit itu, namun tak digubris olehnya dan langsung melenggang pergi. "Jika sudah begini, hanya Yoongi-hyung yang bisa menenangkannya" gumam V pelan. "Jika sudah begini hanya Woozi yang bisa menenangkannya" gumam Wonwoo tak kalah pelan. Tapi bagaimana? Sekarang malah kedua namja es itu yang memancing kemarahan seorang Kim Seokjin dan Yoon Jeonghan. Namja yang masih berada di ranjang rumah sakit itu juga merasa bersalah. Padahal mereka satu kamar, tapi ia tidak menyadari bahwa temannya diculik. "Mianhae!" gumamnya pelan. "That's not your fault, hyung!" ucap Jungkook menenangkan. "Ayo kita cari dia!" ajak S.coups sembari melenggang pergi dan diikuti yang lainnya.

Seorang namja putih pucat terbaring lemah di ranjang putih dengan tangan dan kaki yang terikat di sisi ranjang. Sepasang mata yang masih enggan untuk terbuka itu ditutup oleh kain hitam. Ruangan itu terlihat berantakan dengan pencahayaan yang kurang. Terlihat seorang namja sedang duduk di samping ranjang putih itu. "Akhirnya aku mendapatkanmu!" gumamnya sambil mengelus pipi putih itu. Merasa terusik, ia pun terbangun. "Di mana ini?" ia mulai memberontak. "Tenanglah!" ucapnya. Seluruh tubuh namja itu menegang. Ia sangat mengenal suara ini. Suara orang dari masa lalunya. Orang yang tidak pernah lagi ia lihat semenjak kejadian itu dan berharap tak kan pernah lagi melihatnya. "Sepertinya kau sudah mengingatku!" kini ia mulai mencengkram dagu namja tersebut. "Jangan berfikir aku akan dengan mudah memaafkan kalian" lanjut namja itu membuat aliran darahnya melaju dengan kencang. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Ia menghempas wajah putih itu ke bantal dan berlalu pergi. "Maldo andwe" batinnya masih tak percaya.

Kedua leader dari masing-masing grup sedang mengamati CCTV rumah sakit tersebut. Mereka memutar ulang rekaman dari saat mereka meninggalkan kedua namja yang tengah di rawat itu. Setelah beberapa saat, mereka akhirnya menyaksikan kejadian penculikan tersebut. Tubuh salah seorang dari mereka menegang. "Maldo andwe" batinnya. "Kamsahamnida!" ucap salah satu leader itu dan menyadarkan yang lainnya. Mereka pun beranjak pergi.

Another place...

"Tidak! Aku tidak mau kehilangan dia! Aku harus mencarinya!" segala pikiran negative tengah berkecamuk. Tanpa pikir panjang, ia langsung melepas selang infus dengan paksa. Darahnya pun mengalir deras dari bekas infus tersebut. Ia mencuci tangannya dan segera berganti dengan pakaian yang dibawakan oleh teman-temannya.

Sudah lebih dari sejam ia berkeliling, namun tak ada satu pun tanda keberadaan namja yang dulu selalu bertengkar dengannya itu. Baru saja ia merasa dekat dengan namja itu, tapi sekarang ia harus kehilangannya. Tak hanya itu, tubuhnya pun mulai lelah. Jelas saja, ia belum pulih sepenuhnya dan sekarang ia berkeliling cukup lama di bawah terik matahari. Kepalanya pun mulai berputar dan pandangannya mengabur. Segera ia mendudukan diri di bangku terdekat. Ia memijit pangkal hidungnya guna mengurangi rasa sakit kepala itu. Tak sengaja ia melihat dua orang namja yang sepertinya bersahabat sedang bersenda gurau. Pikirannya pun melayang mundur mengingat kejadian beberapa waktu lalu sebelum ia kehilangan namja itu.

Flashback On...

Dua namja putih pucat itu tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Belum ada satu pun dari mereka yang berniat membuka percakapan. Mereka sama-sama memandang kosong ke arah langit-langit kamar. "Hyung... apa yang sedang kau pikirkan?" tanya namja yang lebih muda itu tanpa mengalihkan pandangannya. "Hmm... bulan dan matahari" jawab namja yang ditanyai singkat. Ia mengernyit bingung. Menyadari hal itu, Suga hanya tersenyum. "Kau tau? Matahari dan bulan menyampaikan rasa sayang mereka dengan cara yang jauh berbeda. Matahari menyampaikan rasa sayang dengan cerahnya pagi dan siang juga rasa hangat yang ia berikan. Sedangkan bulan, ia menyampaikan rasa sayangnya segelap dan sedingin sang malam. Meskipun berbeda, namun mereka memberikan rasa sayang yang sama besarnya. Matahari secara langsung dan bulan secara tidak langsung." Jelas namja itu sambil menatap Woozi penuh arti. "Tapi hyung, merekakan dua hal yang sangat berbeda. Bagaimana kau tau jika mereka memiliki rasa kasih sayang yang sama besar?" tanyanya bingung. Otaknya tengah berpikir keras mencerna setiap kata yang dikeluarkan namja di ranjang sampingnya. "Karena mereka berdua adalah keluarga yang saling melengkapi" jawaban itu membuat lipatan di dahinya semakin banyak. "Hahaha... Mengapa kau masih belum mengerti?" ejek Suga. "Tsk... Kau itu sedang berpuisi atau bercerita, hyung? Mengapa tidak kau jelaskan dengan sederhana saja?" kini wajahnya sudah ditekuk. "Baiklah... Bulan dan matahari itu adalah keluarga meskipun mereka tidak memiliki ikatan darah. Kenapa? Karena mereka adalah sahabat. Sahabat adalah keluarga yang ikatannya tidak dapat dilihat ataupun dapat digambarkan. Ikatan itu hanya dapat dirasakan dan dibuktikan. Seperti bulan dan matahari, mereka membuktikannya dengan perbedaan yang sangat mencolok namun justru saling melengkapi. Mereka terpisah namun selalu menjaga dan menyadari kehadiran satu sama lain. Ketika salah satunya tak bersinar, yang lain tak pernah meninggalkan. Disaat yang satu tak terlihat, yang lain menunggu. Disaat yang satu menghilang, yang lain mencari. Mencari dengan kata lain bertemu menjadi gerhana. Mereka saling menguatkan dan memberi cahaya, namun tetap menjalankan tugas sesuai takdirnya. Mereka adalah lambang kasih dan sayang yang bertolak belakang. Yang satu hangat dan cerah sedang yang satu dingin dan gelap. Jika keduanya digabungkan maka akan tercipta rasa sejuk dan suasana yang teduh juga keindahan seperti langit senja dan fajar." Jelas Suga panjang lebar. Ia tersenyum hangat. "Aku mengerti! Seperti aku dan Seventeen juga hyung dan BTS, kita semua adalah keluarga, tanpa ikatan darah karena kita saling melengkapi dan menjaga juga menguatkan." Kini senyum hangat menghiasi wajah keduanya. Seolah es dalam diri mereka telah mencair. Memberikan suasana damai bagi yang melihatnya.

Flashback off...

Tanpa sadar butiran kristal bening jatuh dari pelupuk matanya. "Maafkan aku, hyung!" gumamnya. "Sekarang biarkan aku yang berusaha menyelamatkanmu, hyung! Tunggu aku!" tekadnya. Woozi segera bangkit dan kembali melanjutkan pencarian.

Member-member lain juga tengah sibuk berpencar mencari Suga. Mereka sudah mencari ke seluruh sudut di kota itu, namun tak ada satupun jejak yang ia tinggalkan. Bahkan mereka sudah menghubungi pihak kepolisian. Namun, sampai saat ini belum juga ada angin segar tentang hyung gula mereka. "Bagaimana ini? Kenapa belum juga ada kabar?" tanya seorang namja yang berperawakan lebih tinggi. "Tenang Mingyu-ah! Yoongi-hyung itu kuat! Ia pasti bisa bertahan." Ucap Wonwoo menenangkan. Sebenarnya mereka sama-sama khawatir dan panik. Sebagai yang lebih tua, ia tetap harus menenangkannya. Mingyu pun membuang nafas kasar. Begitu juga dengan member-member di tempat lainnya. Mereka semua pun merasakan hal yang sama. Apalagi para member BTS. Kejadian itu kembali berputar dalam memori mereka seperti kaset rusak.


Another side...




To be continue...

Sorry for all the mistakes...

We Are FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang