Jackson

21 0 0
                                    

Siang itu matahari menyengat lebih agresif daripada seharusnya. Berlama-lama bersentuhan dengannya sama saja dengan membakar diri sendiri. Keringatku bercucuran sementara cairan di dalam tubuhku terasa menguap menjadi awan dengan cepat. Itu sebab aku membawa langkahku menuju sebuah gedung berlantai lima di sisi kiriku. Pulang dapat ditunda, namun suhu badan yang naik ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Jalan-jalan di dalam mal selama beberapa menit rasanya merupakan usaha yang tepat untuk mendinginkan diri.

Maksudku, jalan-jalan secara harfiah. Jadi, aku hanya akan berjalan tanpa berkunjung ke sesuatu tempat atau membeli barang-barang menarik yang dijajakan. Dengan uang tak lebih dari lima puluh ribu, aku tak ubahnya gelandangan yang tengah tersesat. Semua barang di sini begitu mahal bagiku. Yang kulakukan sekedar memandangi mereka sambil berucap pada diriku sendiri bahwa ketika aku telah memiliki cukup banyak uang untuk dihambur-hamburkan, maka aku akan membali untuk membelinya. Tetapi, sepertinya, hal tersebut membutuhkan waktu yang terlalu lama. Jadi, lupakan.

Satu hembusan napas kasar aku keluarkan tanpa sadar. Bukan karena aku memerlukan waktu yang lama untuk kembali kemari dan mendapatkan barang yang aku incar, melainkan karena rasa lelah yang tiba-tiba menyerang padahal aku baru berjalan beberapa menit saja. Kanan-kiri aku menoleh dan mendapati bahwa kursi panjang yang berderet di depan toko serba-serbi wanita dipenuhi oleh laki-laki yang nyaris mati kebosanan karena terlalu lama menunggu kekasih atau istri mereka berbelanja. Mendengus kesal seraya mengumpal di dalam hati merupakan reaksi yang wajar sebab jumlah mereka benar-benar banyak. Bahkan, tak jarang aku menemui lelaki yang rela berjongkok akibat tidak kebagian tempat duduk.

Baru dilantai lima aku menemukan beberapa tempat duduk kosong. Sebenarnya, ada kursi panjang di depan kedai-kedai makanan, sebagian bangku di food court pun kosong, tetapi aku lebih memilih duduk di kursi berbentuk semangka di area time zone. Duduk di tempat-tempat tersebut tanpa sebuah makanan atau minuman di tangan membuatku makin terlihat seperti gelandangan yang tengah tersesat. Jika aku duduk di area time zone, paling parah orang-orang mengira aku merupakan babysitter yang tengah menunggu anak majikannya bermain. Siapa yang tahu? Pandangan seseorang memang kerap kali terdengar aneh.

Ah, sepertinya aku bekerja terlalu keras hari ini, sambil memijat kaki aku berpikir. Kerjaku memang hanya paruh waktu, tetapi pekerjaanku sama saja dengan pegawai tetap. Sungguh bukanlah hal yang mudah bekerja di restoran masakan Cina terkenal, lebih-lebih mereka menyediakan fasilitas pesan-antar. Tiap harinya bagai berlari di atas lapisan es yang menyelimuti danau. Aku harus cepat, namun tidak boleh melakukan kesalahan. Sebab kesalahan sekecil apapun dapat berakibat fatal.

Berada di lingkungan orang mampu seperti ini membuatku ingat akan betapa indahnya dunia. Mereka menikmati setiap momen yang dihabiskan di sini tanpa beban apapun. Mereka tertawa lepas, dengan mudah merogoh kantong walau untuk hal yang tidak benar-benar dibutuhkan.

Aku menggeleng heran. Adakah seseorang di antara banyaknya manusia di bangunan ini yang harus bertahan hidup dengan uang makan kurang dari seratus ribu per minggu, selain diriku? Kantong mereka semua tampak sangat tebal. Mungkin uang yang mereka habisakan selama beberapa menit di sini dapat aku gunakan untuk hidup selama satu sampai tiga bulan.

Itulah pikiran sempitku sebelum mendapati seorang pemuda bertampang kusut tengah berjongkok di dekat pintu sebuah kedai makanan cepat saji. Sepertinya dia seumuran denganku. Selain air muka yang seperti kaos belum disetrika, keseluruhan penampilannya tampak rapi. Maka dari itu, aku mengira bahwa dia adalah lelaki yang sedang sedih karena baru saja putus dengan sang kekasih. Namun, sebuah amplop putih di genggamannya serta usiran seorang perempuan berseragam pelayan kedai mematahkan perkiraanku.

Aku pernah berada di dalam situasi yang sama persis. Jadi, kali ini pasti tebakanku tidak salah. Dia merupakan pelayan yang baru saja dipecat secara tidak terhormat. Mungkin pekerjaan tersebut ialah satu-satunya sumber penghasilannya. Makanya lelaki tersebut terlihat sangat frustasi.

Who is He?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang