xxxv

124 33 1
                                    

adam gagal berkonsentrasi. penyebabnya tidak lain tidak bukan adalah kata-kata danilla di surat gadis itu yang terakhir.

adam memang sudah selesai membaca surat itu, tapi rasanya apa yang telah ia baca masih saja berputar di kepala dan enggan disuruh menjauh walau untuk sejenak.

hani, yang duduk di sebelah adam tentu saja sadar kalau adam tidak menaruh fokusnya di mana pun. padahal, mereka sedang rapat dan nama adam sudah beberapa kali disebut. tapi sepertinya, diantara panggilan itu tidak ada satupun yang sampai di telinga adam.

"dam?" tangan hani mendarat di bahu adam. "adam?"

adam perlahan menoleh, tanpa terlihat terkejut. cowok itu memandang wajah cewek berambut sebahu itu dengan tatapan tanya.

"dipanggil satya," kata hani sambil melirik perempuan yang berdiri tidak jauh dari mereka.

benar saja. ketika adam kembali menoleh, satya-ketua klub fotografi-tengah berkacak pinggang menatapnya dengan raut wajah kesal.

"tadi gue ngomong apa?" tanya satya dengan suara tinggi. terlihat sekali dia jengkel karena adam tidak menaruh perhatian sedikit pun.

adam tentu saja hanya bisa membisu. dia membenarkan posisi duduknya dan menggeleng. yah, dia memang tidak tahu kalau satya sedang bicara. pikirannya terlalu penuh oleh danilla. sampai-sampai menulikan indra pendengarannya.

"lo, sama danis," satya menunjuk adam dan seorang perempuan yang duduk di salah satu sudut ruangan secara bergantian. "yang gue wakilin buat pensi februari. kenapa-kenapanya lo bisa tanya danis yang dari tadi dengerin gue bacot."

belum sempat adam mencerna apa yang dia dengar, satya sudah mengundurkan diri meninggalkan adam dan yang lainnya dengan entah alasan apa.

mungkin tidak ada yang tahu, dan juga adam juga tidak pernah menyuarakan ini kepada siapa pun. tapi selain mendapati kameranya rusak, dipasangkan dengan danis adalah hal kedua terakhir yang mungkin dia inginkan.

danillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang