Why People Love Bad Boys

9.6K 1.5K 557
                                    

Hari ini gue akan membahas mengenai topik yang sering sekali disinggung yaitu bad boy.  Gue minta maaf kalau ada yang tersinggung di paragraf atau kalimat berikutnya.

Also this is gonna be a long explanation. So, please sit comfortably and enjoy.

Okay, let's start.

Wattpad mempunyai sebuah kampanye bernama #ProjectBadBoys dan hal tersebut bisa mencerminkan betapa banyaknya penggemar laki-laki nakal tersebut.

Mungkin kamu sering bertanya "Why people like it?"

Gue akan mencoba menjelaskan based on pengamatan kasar di lingkungan.

Pertama, teenage era adalah masa raging hormones. Kita suka menantang diri dengan berbagai hal. We challenge each other through friendships and chats.

Nah, hal apa sih yang sering diomongin dan dijadikan tantangan?

Kalau gue amati khususnya di anak perempuan. Hal yang sering dibicarakan adalah laki-laki.

Kenapa?

Gue yakin mungkin zaman SD, kebanyakan perempuan menganggap laki-laki sebagai makhluk yang jorok, suaranya cempreng, suka ngeganggu, dll. Intinya cewek sebel banget sama makhluk berjenis cowok.

Sampai satu titik bernama pubertas. Cowok berubah yang dulunya cempreng jadi ngebass suaranya, dulu urakan sekarang mulai gaya, dulunya bau badan sekarang pakai deodorant.

Well, most guys do that kecuali cowok nakal. Hal ini bikin cewek penasaran karena dia beda sendiri dibanding cowok umumnya.

Dalam konteks ini cowok nakal yang ganteng. Gue rasa cewek sebagai pembaca ngerasa kesel karena "Sayang banget, udah ganteng, keren, macho, sayang nakal."

Sampai di situ adalah keadaan pikiran yang kamu alami ketika baca judul sampai paragraf yang menjelaskan bahwa si pemeran utana itu nakal tapi ganteng. Especially kalau diceritakan background keluarganya kaya tapi dia kesepian.

Perasaan "sayang banget" itu kan sebuah problem buat pembaca. Kamu pas baca rasanya kayak ingin ngomong "Uh, kasian banget sih. Coba kamu nyata, udah aku kenalin ke mama, aku jadiin calon."

Simplenya, pembaca yang masih remaja dan raging hormones pasti ngerasa empati. Soalnya digambarkan usianya dekat dengan kamu dan lingkungan.

Pinternya penulis, dia memanfaatkan empati kamu sebagai bahan mainan. To be honest, kami sebagai penulis emang jahat senengnya mainin perasaan orang unconsciously.

Which is cool. Di dunia nyata kalau mainin perasaan dihujat. Kalau di dunia fiksi, penulis pintar mainin perasaan malah dipuja.

Oke, balik lagi.

Ya, jadi gitu. Bad Boy disukai karena dia punya background menarik empati yang kuat.

Sekarang ke pertanyaan berikutnya. Apakah salah menyukai cerita bad boy?

Nggak salah, cuma di sisi lain bukan hanya empati yang terbentuk tapi ekspektasi.

Di cerita bad boy sering digambarkan bahwa cewek baik bisa menaklukan cowok nakal. Kemudian si cewek ini dipuja dan dituruti seakan-akan dia itu orang yang melahirkan dia.

Sebagai pembaca, kamu juga ingin dong diistimewakan kayak si karakter cewek, punya bodyguard yang nurut sepenuhnya sama kamu, ganteng pula cowoknya, kamu dianggap center of attentionnya dia, ditambah gambaran cowok nakal itu tidak terduga.

Makin aja adiksi dan empatimu naik. Again, disebabkan karena raging hormones.

Padahal tokoh utamanya bukan kamu tapi si ceweknya. Tetep aja kamu ngerasa kayak dia soalnya kamu adalah saksi langsung secara fiksi mengenai kisah hidup si cowok nakal ganteng ini. It feels like you are her.

In fact, di dunia nyata. Boys always be boys. Bagi laki-laki yang nggak nakal ya hidupnya normal. All is Well. Makanya muncul sebuah ungkapan "Good boys are boring."

Bukan boring, they live normally. You also live normally.

Satu lagi, manusia mudah dialihkan dengan hal berbeda yang mencolok. Mau nggak mau pasti bakalan keliatan.

Bad boys live while bending rules and customs. You like it cause they are different.

Mereka terlihat mencolok makanya pembaca suka.

Oke penjelasannya udah melebar. Balik ke pertanyaan awal. Apakah suka cerita bad boy itu gapapa?

Nggak apa-apa asal in moderation. Menimbang faktor-faktor di atas.

Kemudian, gue ingin mengomentari bahwa fenomena menjamurnya bad boy ini bisa menjelaskan bahwa ternyata masih ada ya orang yang mikir bahwa the baddest one is the ruler.

Jujur gue ngerasa kayak heran. It's like modern tarzan, cuy.

Sepertinya juga secara umum cerita tersebut mensugestikan bahwa kadar empati seseorang mungkin masih pilih-pilih fisik dan keadaan.

That's sad.

All in all, fenomena ini nggak akan bisa dihentikan karena setiap hari pasti ada aja remaja raging hormones yang butuh ruang berempati, suka cowok ganteng, dan berharap lebih.

Satu-satunya cara biar nggak bosen adalah menulis hal lain. Well, walaupun nggak selaku bad boy sebuah karya tetaplah sebuah karya.

Have a nice day!
Thank you!

How Not To Be Pro On WattpadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang