C H A P T E R 11

1.4K 245 40
                                    

Tiga hari.

Sudah tiga hari berlalu.

Dan pada hari itu, langit sudah kembali cerah. Tidak ada lagi langit yang menitikkan air hujan dan tidak ada lagi awan hitam yang menyembunyikkan hangatnya sinar matahari.

Seolah-olah berkata pada Seongwoo dan Daniel untuk berhenti menyedihi kepergian Taeyong dan Jaehyun.

Dan ya, hari kehari, mereka berdua semakin membaik. Mereka sudah dapat kembali tersenyum seperti biasa, tertawa seperti biasa, meskipun di tengah-tengah itu mereka masih suka menatap kejauhan dengan tatapan kosong, tapi ya, mereka semakin membaik.

Namun semenjak hari dimana mereka menguburkan jasad Taeyong dan Jaehyun—

—dan juga hari dimana Daniel mencium Seongwoo tepat di bibir—

Hubungan mereka seperti merenggang.

Tidak, mereka berdua tidak seperti orang yang sedang marahan. Hubungan mereka seperti merenggang karena setiap kali Daniel dan Seongwoo saling bertatapan mata, Seongwoo akan selalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, sementara Daniel akan menundukkan kepala dengan wajah sedikit memerah.

Apakah Daniel membuat kesalahan dengan mencium Seongwoo?

Tidak, Daniel tahu dia menyukai Seongwoo, dan dia tidak menyesal telah mencium Seongwoo.

Tapi yang menjadi masalah adalah apa Seongwoo membenci ciuman itu? Apakah Daniel terlalu cepat? Daniel juga tidak tahu, dia tidak bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran pemuda manis itu.

Tapi hanya berarti mereka merenggang, bukan berarti Daniel tidak berhenti memerhatikan dan menjaga Seongwoo. Daniel akan selalu memastikan pemuda itu akan selalu aman dan berada tidak lebih dari jarak 5 meter darinya.

Daniel tidak lagi mau kehilangan orang lain. Khususnya Seongwoo.

Karenanya hari ini, di hari yang cerah ini, Daniel tidak menyetujui ucapan Seongwoo yang ingin ikut mencari persediaan dengannya. "Tidak usah Seongwoo... kamu diam saja di rumah ini." Tetaplah aman.

Namun Seongwoo selalu berdebat dengannya. "Aku sudah cukup lama berdiam di rumah ini Daniel-ah, aku mau ikut."

Daniel menghela nafas. "Di luar sana tidak aman—"

"Hei, aku bukan orang lemah Daniel." Ketus Seongwoo. "Aku bisa manjaga diri, lagipula kamu tidak bisa menjamin kalau di dalam rumah sendirian aku akan lebih aman. Bagaimana kalau ada gerombolan zombie yang tiba-tiba menyerang ruman ini dan aku terperangkap? Atau—bagaimana kalau ada sekelompok pencuri dan aku sendirian?"

Pemuda berbahu lebar itu merengut tidak suka hanya dengan membayangkan apa yang Seongwoo katakan. Setelah lama mereka berdua saling beradu mata akhirnya Daniel menghela nafas mengalah. "Baiklah... kamu boleh ikut, tapi dengan satu syarat!"

Seongwoo melipat tangan di depan dada. "Apa?"

"Jangan jauh-jauh dariku. Tetap disampingku."

Deg.

Seongwoo membuang muka, tidak mau Daniel melihat wajahnya yang memerah. "Ba—bawel. Aku bukan anak kecil yang harus kamu jaga 24 jam sehari!"

"Iya, memang bukan. Tapi aku yang mau menjagamu." Tukas Daniel tegas. Aku tidak mau kehilanganmu.

Seongwoo membalikkan badan. "Iya iya, aku tidak akan jauh-jauh. Sudah sana, ambil perlengkapan senjatamu." Suruhnya pada Daniel. Pemuda bersurai coklat itu menatap punggung Seongwoo untuk beberapa detik terlebih dahulu sebelum beranjak mengambil tas ransel dan senjata-senjatanya.

FEARS // ONGNIEL [ZOMBIE APOCALYPSE AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang