January 15, 2018

993 108 2
                                    

Seoul, January 15, 2018

"Katakan lagi padaku mengapa aku bisa sangat mencintaimu , Kim Mingyu."

Mingyu tersenyum tipis mendengar kalimat yang keluar dari mulut orang yang paling di cintainya itu. Dengan satu tangan yang masih menggenggam gagang telfon laki laki itu menggerakkan tangannya yang bebas dan menyentuh kaca di hadapannya.

Sial.

Dia tidak bisa menyentuh kekasih nya di balik kaca tersebut.

Meski ia ingin hingga rasanya ia akan mati, Mingyu tidak bisa melakukannya.

"Aku mencintaimu, Wonnie. Hiduplah dengan bahagia."

Wonwoo mendengus. Dengan mata berkaca-kaca di tatapnya lelaki yang masih tampak tampan meski berbalut baju abu-abu khas tahanan. "Bagaimana bisa—" Wonwoo menghela nafas berat, "jika kebahagiaanku terkurung di sini." Lanjutnya dengan suara parau.

Dadanya terasa sakit melihat lelaki di hadapannya yang begitu berantakan. Ada beberapa luka di wajahnya dan Wonwoo bisa melihat lebam baru yang tercetak di rahang bagian kiri. Kantung mata yang semakin hari semakin menghitam itu kini menjadi satu hal yang tidak lepas dari wajah seorang Kim Mingyu.

"Gyu, jangan biarkan mereka menyakitimu di sana. Bertahanlah sebentar lagi. Aku berjanji akan mengeluarkanmu dari sini." Mingyu tersenyum. Satu senyuman yang paling Wonwoo benci, karena senyuman itu menandakan bahwa Mingyu menyerah. Menyerah akan segalanya, termasuk Wonwoo.

"Wonnie, dengarkan aku."

Wonwoo tidak bisa lagi menahan air matanya, "Tidak. Aku mohon jangan." Ucapnya di tengah isakan.

"Jangan menangis sayang, aku tidak bisa memelukmu." Mingyu menundukkan kepalanya, ia tidak bisa melihat orang yang di sayanginya menangis dan dia tidak dapat melakukan apapun, seperti saat ini. "Jeon Wonwoo, kau dengar aku." Lanjutnya, "Hiduplah dengan bahagia. Lupakan aku. Hey Wonnie, sayang, dengarkan aku." Tapi tidak. Wonwoo tetap menangis dan menggelengkan kepalanya kuat.

"Wen Junhui, dia sudah berjanji padaku untuk menjagamu." Satu nama yang di ucapkan Mingyu membuat Wonwoo menengadahkan kepalanya.

"Kim Mingyu, jangan kau berani—" 

"Jeon Wonwoo, aku mencintaimu! Sungguh!" Wonwoo terdiam. Sudah puluhan kali Mingyu membentaknya, tapi yang satu ini terasa lebih menyakitkan, "hiduplah dengan bahagia. Aku mohon."

Tetapi Wonwoo tetaplah Wonwoo yang keras kepala dan tidak pernah mau mendengarkan orang lain, sekalipun itu Kim Mingyu. Ia menggelengkan kepalanya dan menatap kekasih nya itu dengan tatapan tajam.

"Aku akan mengeluarkanmu, meski aku sendiri yang harus melakukannya."

Dan dengan begitu, Wonwoo melemparkan gagang telfon itu dan beranjak dari duduknya, meninggalkan Mingyu yang tampak semakin kalut. Ia takut jika Wonwoo benar-benar akan melakukan apa yang laki-laki itu katakan, karena Mingyu tahu, Wonwoo tidak pernah main-main dengan perkataannya. 

no matter. - Meanie | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang