Anyang, January 13, 2016
"Mingyu-ya!"
Mingyu yang tengah duduk di halaman rumahnya segera menolehkan kepalanya.
"Eoh, Wonwoo hyung!" Dengan cepat Mingyu berlari menghampiri Wonwoo. "Hyung, sudah kubilang jangan pernah ke tempat ini. Kau bisa menungguku di depan lorong." Ucap Mingyu disertai dengan kerutan amarah di dahinya.
Wonwoo tersenyum tipis lalu melangkah kan kakinya dan menyadarkan kening nya pada bidang Mingyu.
"Hyung ap—"
Belum selesai Mingyu bertanya, suara isakan Wonwoo mengalun di telinganya. Tanpa bertanya lagi dengan segera Mingyu membawa lelaki itu ke dalam pelukannya. Ia tahu yang di butuhkan Wonwoo saat ini bukanlah ucapan penenang. Tetapi sebuah pelukan.
Mingyu memutuskan membawa Wonwoo ketempat biasanya mereka bertemu.
Rooftop bangunan kosong tepat di luar lorong.
Tak ada yang berbicara di sana. Suara semilir angin mengisi kekosongan di antara mereka. Mingyu hanya menatap Wonwoo yang tengah menatap lurus ke depan. Tidak ada objek spesifik yang lelaki itu amati. Ia hanya menatap kosong ke arah angin yang berhembus.
Hening selama beberapa saat.
Hingga ketika matahari sudah tenggelam kedasar laut, akhirnya Wonwoo membuka mulutnya.
"Appa."
Mingyu masih terdiam.
"Eomma."
Lagi-lagi Mingyu masih saja diam.
"Mereka bercerai."
"Bukankah itu hal yang bagus?" kata-kata Mingyu membuat lelaki yang lebih tua terperanjat. Demi dewa! Apa yang bagus dari sebuah perpisahan di antara orang tua?
Mingyu merogoh kantung celananya dan mengeluarkan sekotak rokok yang baru di belinya. Dengan cekatan iya meraih sebatang dari kotak putih itu dan mengapit benda itu di antara kedua bibirnya. Ia melirik ke arah Wonwoo sekilas lalu menyalakan rokok itu.
"Kurasa itu hal yang bagus. Kau tahu hyung, dengan perceraian itu, ibumu tidak akan merasakan sakit lagi. Begitu juga dengan ayahmu yang tidak perlu merasa bersalah lagi kepada ibumu." Satu hembusan nafas Mingyu keluarkan dari mulutnya diikuti dengan asap putih tipis yang keluar dari sela-sela bibirnya.
Wonwoo terdiam dan menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya.
"Keluargaku bahkan lebih hancur darimu. Tapi lihatlah. Aku baik-baik saja. Ayahmu orang terpandang begitu juga dengan ibumu yang punya harta begitu banyak. Lagipula," Mingyu menengadahkan kepalanya, "mereka menyayangimu."
"Jika mereka menyayangiku, mereka tidak akan berpisah, Kim bodoh." Ucap Wonwoo sembari merebut rokok dari tangan Mingyu dan menyesap nikotin itu dalam-dalam.
Mingyu terkekeh ketika Wonwoo terbatuk karena asap rokok.
"Tidak tahukah kau alasan mereka berpisah adalah agar kau tidak lagi mendengar dan melihat pertengkaran mereka? Mereka tidak ingin kau menangis tiap malam karena menyaksikan pertengkaran itu."
Lagi-lagi Wonwoo hanya bisa terbungkam oleh kata-kata Mingyu.
"Wonnie hyung."
Wonwoo menoleh. Ia memberikan rokok itu kembali pada Mingyu setelah ia menyesapnya dua kali.
Mingyu melakukan hal yang sama. Dan setelah asap putih itu di lemparkan ke udara, ia berkata,"Aku akan pergi." Ucapan Mingyu membuat Wonwoo dengan cepat mengalihkan pandangannya pada sang lelaki di sampingnya.
"Kemana?" tanya Wonwoo cepat.
"Kemanapun. Menjauh dari ibuku dan lorong jahanam ini. Aku akan pergi." Kini Mingyu menatap Wonwoo dengan sebuah senyuman tipis. Bukan senyuman kebahagiaan atau kesedihan, lebih tepatnya senyuman yang menandakan bahwa laki-laki itu sudah lelah.
"Aku ikut denganmu." Tanpa berpikir dua kali, Wonwoo mengucapkan satu kalimat yang membuat Mingyu mendengus.
"Jangan." Mingyu menggelengkan kepalanya lemah, "aku tidak punya apapun. Aku tidak punya uang, rumah, bahkan tujuan. Aku tidak ingin membuatmu semakin menderita."
Hening menyelimuti keduanya selama sesaat.
"Kim, apa kau tahu tentang perumpamaan bahwa cinta itu buta?" tanya Wonwoo membuat Mingyu mengerutkan keningnya.
"Itu bodoh." Mingyu tersenyum miring sembari sekali lagi mengapit rokok di mulutnya.
"Memang." Wonwoo tersenyum, "dan akulah si bodoh itu."
Wonwoo mendekatkan duduknya pada Mingyu dan menyandarkan kepalanya di bahu kokoh sang pria. Mingyu menyodorkan rokok yang tinggal setengah itu ke arah Wonwoo dan lelaki itu meraihnya.
"Kau tahu aku menyukaimu, bukan?" tanya Wonwoo sekali lagi setelah menghembuskan asap—tanpa terbatuk kali ini.
Mingyu mengangguk, "dan kau juga tahu aku juga menyukaimu."
"Maka, jadilah kekasihku Mingyu." Wonwoo bisa merasakan tubuh Mingyu menegang. Pria itu menegakkan tubuhnya dan menatap Mingyu dalam, "dan bawa aku bersamamu."
Mingyu tidak bisa berucap apapun karena Wonwoo membungkam nya dengan sebuah ciuman hangat dan lembut. Tidak terlalu dalam dan lama karena keduanya belum handal dalam ciuman. Hanya sentuhan ringan namun mampu membuat Mingyu tercengang, sebelum akhirnya berbalik Mingyu yang mencium Wonwoo dan memeluknya.
"Aku tidak bisa menjanjikanmu seisi dunia, tapi aku janji akan memberikan seluruh duniaku padamu."
"Aku pegang janjimu, Kim."
z|
![](https://img.wattpad.com/cover/137714866-288-k895600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
no matter. - Meanie | ✔
FanfictionKetika memang aku sudah tidak peduli lagi tentang apapun dan siapapun kau. #hitmeanie2ndgiveaway This story inspired by Camilla Cabelo ft Machine Gun Kelly's song - Bad Things. p.s : please PAY attention to the DATE and YEAR in this story because I'...