June 16, 2016

416 67 2
                                    


Seoul, June 16, 2016

Wonwoo tengah duduk di atas tangga undakan yang menuju ke sebuah pintu masuk akademi yang kini sudah tutup. Matanya terus berputar mencari keberadaan seseorang yang sudah daritadi di tunggunya. Malam semakin larut tetapi tak membuat Wonwoo lelah menunggu kekasih nya itu kembali.

Wonwoo menghela nafas untuk kesekian kalinya. Ia menekuk lututnya dan menyandarkan kepalanya di sana. Ia mulai bosan sendirian. Sekali lagi mata rubahnya menyusuri segala arah, belum terlihat tanda-tanda kedatangan Kim Mingyu. Hanya lampu-lampu kota yang menyala dan mobil berwarna-warni yang melintas di depannya yang lelaki itu tangkap.

Wonwoo menegakkan tubuhnya lalu berjalan turun dari anak tangga itu. Orang-orang masih banyak yang berlalu lalang di sekitar sana. Dan banyak di antara mereka yang melihat Wonwoo dengan tatapan aneh.

Wonwoo menatap dirinya sendiri. Ia tampak baik-baik saja dengan jaket jeans kebesaran milik Mingyu, kaus hitam, jeans yang dihiasi dengan robekan di sana sini – hasil merampas milik temannya, Hong Jisoo – dan sepatu sneakers lusuh berwarna putih yang sekarang lebih tampak seperti abu-abu.

Menurutnya ia tampak baik-baik saja, kecuali jika orang-orang itu melihat bercak kepemilikan —yang di berikan Mingyu semalam—di sekitar lehernya. Wonwoo mengumpat. Dia harusnya mengenakan turtle neck atau syal sebelum keluar. Ya, salahkan Kim Mingyu yang dengan seenaknya memberikan hiasan merah di sekujur tubuhnya. Laki-laki itu memang susah mengontrol nafsunya di hadapan Wonwoo.

"Berhenti di sana!" suara teriakan diiringi dengan suara peluit yang di tiup membuat Wonwoo mengalihkan pandangannya. Tubuhnya tersentak ketika ia merasakan seseorang menarik pergelangan tangannya kuat dan memaksa nya untuk ikut berlari.

Wonwoo selama sesaat tak mampu berpikir dan ketika akhirnya orang itu menariknya ke sebuah lorong gelap dan bersembunyi di balik tong-tong besar, barulah Wonwoo menyadari bahwa yang menariknya adalah orang yang sudah di tunggunya sejak tadi, Kim Mingyu.

"Mingyu? Apa yang kau lakukan?!" bentak Wonwoo.

Mingyu yang masih terengah-engah hanya tersenyum kecil lalu meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya – tanda bahwa ia menyuruh kekasih nya itu untuk diam.

"Katakan padaku apa yang kau lakukan!" bisik Wonwoo tepat di depan wajah Mingyu.

Mingyu tidak mengatakan apapun. Ia hanya merogoh kantungnya dan mengeluarkan sebuah slayer kecil berwarna hitam dari sana. Slayer itu tampak indah dengan pola rumit yang menghiasi serta gradasi warna abu-abu pada tepiannya. Selama sesaat Wonwoo menatap Mingyu dengan pandangan bingung.

"Selamat ulang tahun, sayang." Ucapnya dengan sebuah senyuman hangat. Wonwoo mematung di buatnya. "Maafkan aku belum bisa membelikanmu apa-apa."

"Kau mencuri lagi, Gyu?" Tanya Wonwoo.

"Maafkan aku." Ucap Mingyu sambil tersenyum getir. Di lingkarkannya slayer hitam itu di leher Wonwoo dan mengikatnya.

Tidak. Sebenarnya Mingyu tidak ingin memberikan barang hasil curian kepada Wonwoo, tapi apa daya uang pendapatannya belum cukup untuk membelikan slayer yang sudah Wonwoo incar dari lama itu.

Wonwoo terbungkam. Di satu sisi ingin rasanya ia memarahi Mingyu karena tingkah bodoh laki-laki itu, tetapi di satu sisi ingin sekali ia memeluk lelaki jangkung di hadapannya ini.

Mingyu masih tersenyum tipis, menunggu reaksi kekasih nya.

Dan senyuman itu memudar sesaat setelah ia mendengar jawaban Wonwoo.

"Kau bodoh. Jangan melakukan ini lagi. Aku tidak menyukainya." Balas Wonwoo dengan tegas.

Mingyu tersenyum miring.

"Ah iya, maaf. Kau bisa melepaskannya kalau begitu. Maaf aku hanya bisa memberimu barang curian, hyung." Mingyu menggaruk kepalanya lalu memutuskan untuk berdiri dan keluar dari lorong itu.

Sakit. Itu yang Mingyu rasakan ketika mendengar jawaban Wonwoo. Tidak, dia tidak mengharapkan Wonwoo yang menangis terharu atas tingkah lakunya yang jauh dari kata benar itu. Tapi setidaknya, ia berharap Wonwoo tersenyum mendapat hadiah darinya yang dengan susah payah ia dapatkan.

Mingyu melangkah dengan tatapan kosong. Ia menyesal dan marah pada dirinya sendiri dan pada Wonwoo. Tetapi laki-laki itu tidak bisa berbuat apapun. Ia ingin membahagiakan Wonwoonya, namun keadaan berkehendak berbeda.

Mingyu menjatuhkan dirinya ke depan pelataran toko dan menghembuskan nafasnya. Ia menyandarkan tubuhnya di sana dan memejamkan matanya. Ia ingin beristirahat.

Dan tiba-tiba Mingyu merasakan sebuah pelukan menghampiri tubuh tingginya. Wangi ini, pelukan hangat ini, Mingyu benar-benar mengenalnya. Ia membuka kedua matanya dan melihat Wonwoo yang duduk di sampingnya dengan kedua tangan rampingnya yang memeluk Mingyu.

"Aku tidak suka ketika kau harus sengsara hanya untuk membahagiakanku, Mingyu-ya. Kau tidak sempat mendengarku tadi." Wonwoo mengangkat wajahnya, "Aku menyukai hadiahku, sangat. Tapi aku tidak suka jika kau membahayakan dirimu sendiri untukku." Lanjut Wonwoo.

"Hyung."

Wonwoo berdeham. Tangan Mingyu bergerak merapikan poni Wonwoo.

"Apa kau tidak ingin pulang dan kembali ke Anyang? Hyung, aku tidak bisa memberikanmu hidup yang layak. Kembalilah. Usia mu masih muda, harusnya kau meraih cita-citamu dan menjadi sukses. Bukan berada di jalanan seperti ini."

Wonwoo tidak mengelak, ia malah menganggukkan kepalanya.

"Memang. Harusnya aku bisa kembali ke Anyang. Menata hidupku dari awal dan menjadi sukses seperti appa atau eomma." Jawab Wonwoo. Mingyu merasakan seperti godam menghantam hatinya, "Tetapi hatiku menginginkan untuk tetap di sini. Bersamamu."

Lega, itu yang di rasakan Mingyu. Mendengar Wonwoo tetap ingin bersamanya membuatnya lega dan bahagia. Tapi dengan cepat ia menyingkirkan perasaan itu.

"Hyung, dengarkan aku. Kau—"

"Mingyu, aku lelah. Ayo kita pulang ke rumah."

"Kau memang benar-benar keras kepala, Wonnie." Wonwoo tersenyum lalu menarik laki-laki itu untuk berdiri.

Mungkin bisa,

Wonwoomendapatkan semua yang terbaik di dunia ini. Tapi dibanding mendapatkan semuayang terbaik, bisakah dia hanya mendapatkan Mingyu? Hanya itu yang ia inginkan.Berada di sisi Mingyu hingga nanti.

no matter. - Meanie | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang