Bagian Satu - Jakarta ke Bali

10 0 0
                                    

Kelas Bahasa Mandarin dirasakan Nala sebagai kelas yang paling sulit, mungkin karena penulisan Hanzi yang jauh lebih rumit daripada penulisan Hiragana pada Bahasa Jepang dan juga Hangul pada Bahasa Korea. Terlambat memang bagi Nala untuk mempelajari Bahasa Mandarin di usianya yang sudah diatas seperempat abad. Semasa SMA, Nala mengikuti kelas Bahasa Jepang di sekolahnya, lalu kelas Bahasa Korea diikutinya saat kuliah. Bukan apa-apa, saat ini kebutuhan akan penguasaan bahasa asing sangat diperlukan dalam bidang apapun.

"Memangnya kamu mau ke Tiongkok, La?" tanya April, sahabat Nala dari semasa kuliah.

"Ada rencana sih, Pril. Apa aku jadi TKI sekalian ya, kerja di sana?" sambung Nala tanpa berpikir panjang.

"Bagus juga itu, La. Kamu bisa mencari inspirasi untuk novelmu selanjutnya."

"Nah, nah, itu dia! Inspirasi untuk novel maksudku!" sambar Nala.

"Dih, baru ngeh dia. Ya iya lah untuk novel, untuk apa lagi memangnya?"

"Tadi aku kepikirannya kerja di company gitu, hahahaha.."

"Eh, tapi fokus dulu, minggu depan katanya mau ke Bali dulu?"

"Iya, Pril. Mumpung ada barengan. Intinya sih masing-masing ada kepentingan sendiri-sendiri, kami hanya mau share penginapan aja karena kebetulan lokasinya berdekatan."

"Baguslah, lumayan biar irit di kantong, bisa jajan. Jangan lupa cuci mata juga, Bali lho, Bali." April memberikan nasihat dengan senyum menyebalkan.

"Katanya disuruh fokus, malah disuruh cuci mata, yang mana nih yang bener?"

"Ya kan sambil menyelam minum air, Nala. Hahahaha.."

Begitulah, satu minggu berlalu dengan cepat, Nala akan menghabiskan waktu satu minggu di Bali bersama April dan dua orang teman kuliahnya yang kembar. Sekitar pukul 05.30 waktu setempat, mereka berempat telah mendarat di Pulau Dewata. Nala bertujuan untuk mencari inspirasi bahan novelnya, April, teman kuliah dan teman satu kantor Nala sebelumnya, bertujuan untuk hunting foto sebagai materi majalah yang dikerjakannya, dan Amarilis serta Azalea, si kembar teman kuliah Nala, bertujuan untuk berlibur.

"Guys, kita memang ke sini dengan tujuan yang berbeda-beda. Tapi jika ada apa-apa jangan sungkan untuk menghubungi ya." Ujar Nala setelah memperkenalkan April kepada si kembar, dan sebaliknya.

"Yup, untuk itulah grup WhatsApp ini ada kan?" timpal Lea, sapaan akrab Azalea.

"Iya, La. Kalau pada nggak capek, malamnya kita bisa ngumpul di lobby buat ngobrol atau main games." Tambah April, yang sepertinya tidak ingin datang ke Bali hanya untuk bekerja saja.

"Wah, boleh juga tuh, semacam truth or dare biar kita makin akrab. Atau mau ngobrol aja juga boleh, hehehe.." timpal Amy, sapaan akrab Amarilis.

"Nah, bisa kita jalankan nanti saat tiba waktunya. Sekarang kita sarapan dulu yuk, capeknya udah pada ilang kan habis penerbangan tadi subuh?" ajak Nala, berusaha untuk mengakrabkan suasana.

Dilain pihak, rombongan staf BigHit dan BTS yang baru saja mengadakan tur di wilayah Asia, tepatnya setelah konsernya di Jakarta, ingin melakukan refreshing sejenak di Bali. Jin, anggota tertua BTS, selalu membesar-besarkan ceritanya saat dia mengunjungi Sulawesi untuk sebuah variety show beberapa waktu yang lalu.

"Aku memang belum pernah ke Bali sih, tapi Sulawesi itu wow banget." Ulang Jin untuk yang kesekian kalinya saat seluruh anggota BTS mempersiapkan diri dengan penerbangan ke Bali.

"Iya, Hyung. Aku sudah mendengar kalimat itu untuk yang kesekian kalinya hari ini." Timpal Yoongi datar.

"Hahahaha, biar saja Yoongi Hyung, biarkan Jin Hyung senang hari ini. Kita semua harus bersenang-senang dan mengistirahatkan diri kita untuk saat ini." Ujar Jimin sambil memainkan telinga Hoseok yang sedang sibuk memainkan game di handphone-nya.

"Woy, Jimin. Geli nih. Mainin telinga Kookie saja sana. Gangguin main game nih, hahahaha." Hoseok terpaksa menghentikan permainannya untuk sementara sambil "mengusir" Jimin yang begitu clingy.

"Nggak ah, Hyung. Jungkookie suka marah kalau dimainin telinganya." Jimin berkelit.

"Lagian kamu ada-ada aja sih, Jiminie, siapa yang nggak marah kalau dimainin gitu telinganya. Ya setidaknya geli aja sih rasanya." Timpal Taehyung yang tergelak melihat kelakuan Jimin dan Hoseok.

"Pasti kalau Jimin Hyung melakukan itu padaku, sudah kulempar." Tambah Jungkook yang mengamankan diri dari Jimin dengan duduk di pinggir.

"Sudah, sudah, kalian jangan bertengkar. Sekarang kita lihat itu si Namjoon sedang asyik sendiri tuh." Lerai Jin sembari menunjuk Namjoon dengan dagu dan bibir yang dimanyunkan.

Seperti biasa, Namjoon selalu menikmati saat-saat "nganggur"nya dengan mendengarkan musik kesukaannya dengan headphone. Dia mengayun-ayunkan tangan dan kakinya sembari sesekali bergumam dengan nada-nada tertentu. Taehyung mulai meraih handphone-nya dan merekam Namjoon dari samping. Jimin yang sudah bosan dengan telinga Hoseok tidak ingin ketinggalan iseng. Dia menghampiri Namjoon dan menari-nari dengan ekspresi yang lucu di depan Namjoon. Sadar sedang digoda oleh dua dongsaeng-nya, Namjoon melepas headphone-nya dan menendang Jimin, tapi meleset. Taehyung yang mulai tertawa cekikikan juga tak lepas dari tendangan Namjoon, yang juga meleset. Sekarang Jimin dan Taehyung makin ahli menghidar dari serangan hyung-hyungnya.

"Ayo semuanya, kita bersiap take off sekarang juga." Manajer Sejin muncul sembari membawa tiket masing-masing anggota BTS. Terlihat beberapa orang staf juga telah bersiap di gate yang ditentukan.

"Siap Sejin Hyung!" seru seluruh anggota BTS hampir bersamaan.

Perjalanan singkat dari Jakarta ke Bali dimanfaatkan oleh seluruh anggota BTS untuk beristirahat. Mereka semua tidur di dalam pesawat.

Connected by The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang