Prolog

913 126 15
                                    

Harusnya sekarang dia sekarang masih bisa menikmati musim semi, saat salju mulai mencair dan sakura mulai muncul bermekaran.
Tapi sayang, sudah beberapa tahun ini dia hanya mampu melihatnya dari layar ponsel.
Prilly, ya dia adalah Prilly. Gadis cantik yang harus berpisah dengan keluarganya, dengan negaranya juga harus rela ditinggalkan cinta palsunya.

Entah setan apa yang merasukinya waktu itu, kenapa ia bisa seceroboh itu tanpa berfikir ulang. Hingga senyum ejekan ia ciptakan sendiri.

"Melamun lagi? Jangan kebanyakan melamun nanti cepet tua. Lihat nih aku ga tua tua kan?" Prilly tersenyum kecil mendapati kakak seniornya berusaha menghiburnya. Haruka namanya, dia sama seperti Prilly asli Jepang. Bedanya, Haruka adalah seorang mahasiswi disini. Dan Prilly hanya gadis bodoh yang terjebak cinta buta.

"Hehe enggak melamun kak, cuma merenung. Oh ya aku siap siap dulu ya kak, mau langsung pulang" ujar Prilly sambil berjalan meninggalkan Haruka

"Haha ok, besok jangan terlambat ya. Aku butuh beberapa buku" teriak Haruka lagi. Dan Prilly hanya berbalik dan mengacungkan jempolnya.
Ya Prilly bekerja sebagai pegawai sebuah toko buku milik keluarga Haruka. Dan itu sudah Prilly tekuni sejak 2 tahun lalu, ya sejak terang yang diimpikan namun gelap yang didapatkan.

*

Berjalan kaki saat senja mulai muncul, menerawang nasib yang terasa begitu kejam menguliti hati. Tinggal di Jakarta bukanlah suatu PR yang mudah bagi siapapun, disini tidak ada anak kandung semuanya anak tiri. Begitupun Prilly, tidak ada lagi nyanyian sakura yang berdendang saat angin semi datang, dan betapa cerianya gadis gadis desa dengan kulit putih salju yang merona seperti warna sakura. Atau tangisan sedih saat angin gugur menyeret kelopak sakura hingga ia benar benar lenyap tiada. Yang ada hanya suara bising dan gaduh dari hilir mudiknya kendaraan ibukota, atau bunyi klakson yang berdenging dan berlomba seolah mencari juara.
Hingga Prilly berbelok memasuki kawasan yang dikatakan cukup asri, terdapat beberapa pohon dipinggir jalan, juga tanaman yang setidaknya bisa memberi sedikit udara segar disini. Kompleks perumahan ini memang terkenal asri dan nyaman, sedikit berbeda dari kawasan jakarta pada umumnya. Hingga lamunan Prilly terhenti saat melihat seseorang tergeletak dipinggir jalan dengan suara rintihan pilu.

"Ya Tuhan, ibu kenapa? Tolong... Tolong"

Jakarta 19 februari 2018

Bismillah
New story

Seerat Janji SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang