1. Puisi Rindu

811 133 11
                                    

Prilly masih memberesekan beberapa buku yang sempat tercecer karena ulah beberapa pembeli yang hanya basa basi. Ini sudah sore, mungkin beberapa menit lagi Prilly harus segera menutup toko dan menghitung hasil penjualan buku dengan karyawan lain.

"Mbak Prilly ada nyariin tuh didepan" Prilly mengerutkan keningnya heran, siapa yang mencarinya? Tanyanya dalam hati. Setahu Prilly tidak banyak orang yang Prilly kenal selama 2 tahun disini.

"Mbak ih malah melamun, udah sana temuin dulu kasian nunggu. Biar Nunu yang beresin kerjaan mbak" Prilly tersadar dari lamunannya, lalu mengangguk dan melenggangkan kakinya.

"Maaf saya Prilly, ada perlu apa ya cari saya?" tanya Prilly pada sosok wanita cantik dihadapannya. Prilly taksir wanita itu seumuran dengannya, hanya saja perawakannya lebih dominan ras kaukasoid dibanding asiatik/malayan mongoloid. Jadi bisa dideskripsikan, rambutnya berwarna coklat keemasan tapi tidak terlalu terang, hampir sama dengan warna bola matanya. Tinggi badanya khas orang Eropa, menjulang dengan kulit putih seperti campuran pada umumnya.

"Saya Ameera Ashley Wibert, maaf mengganggu waktunya. Bisa kita bicara diluar?" Prilly kembali mengerutkan keningnya, dia tak kenal wanita dihadapannya, tapi justru Prilly diajak bicara diluar.

"Emz baik tapi saya harus membawa barang saya dulu dibelakang"

"Ok saya tunggu disini"

Akhirnya Prilly kembali kebelakang, sekedar mengambil tas butut dengan isinya yang ala kadarnya.

"Nu aku pulang duluan ya, bilangin Kak Haruka aku ga jadi kerumahnya, ada perlu" ujar Prilly menepuk bahu Nunu salah satu karyawan disana.

"Siap bos, eh tadi Kintan minta data pemasukan buku bulan ini loh mbak"

"Ok nanti saya kirim di email Nu" jawab Prilly sebelum pergi.

"Mari mbak"

"Oh sudah, ayo"

**

"Saya cuma mau mengucapkan terimakasih atas pertolongannya waktu itu, gak tau apa jadinya Mama kalau mbak ga datang tepat waktu" ucap Ashley sambil mengaduk minumannya.

"Sama-sama mbak, saya kan sudah bilang. Saya ikhlas kok nolongin. Oh iya jadi mbak Ashley ini anaknya ibu Cateliya ya?" tanya Prilly penasaran. Dan sebuah gelengan yang Prilly dapatkan.

"Bukan, Mama itu adik dari almarhum Papa. Dan ya, saya dan kakak saya diurus oleh mama jadilah kita seperti anaknya. Oh iya kita mungkin seumuran, gimana kalau manggilnya aku kamu aja, rasanya belibet lidah" tawar Ashley sambil tertawa dan Prilly pun setuju akan hal itu, terlalu formal memang saya dan anda.

"Ok jadi maksud aku datang nyari kamu itu adalah sesuai permintaan mama, dia mau ketemu kamu. Orang yang mama anggap penyelamat hidupnya. Dan satu lagi, aku harus ngasih tau keadaan mama yang sebenarnya biar kamu ngerti.
Mama itu jiwanya sedikit terguncang setelah Sheila anak satu satunya meninggal kecelakaan 4 tahun lalu. Mungkin malam itu juga mama kumat, akhirnya dia keluar sendiri dan akhirnya kerampokan dan tertabrak pula. Untung saja kamu lewat tepat waktu, dan terimakasihnya data penganggung jawab di rumah sakit itu kamu, jadi saat mama merengek meminta kamu, aku bisa cari kamu dengan mudah." Ashley kembali menyesap minumannya, menatap Prilly yang kini cenderung melamun.

"Prill, hei Prill" Ashley melambaikan tangannya di depan wajah Prilly.

"Eh iya, maaf jadi sekarang aku harus apa?"

"Intinya Mama minta ketemu kamu, kamu mau kan? Mama sering banget nanyain orang yang udah nolongin dia, dan oh ya kamu bukan orang Indonesia ya?" tanya Ashley lagi, dan Prilly hanya mengangguk samar.

Seerat Janji SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang