3. Sakura

355 65 6
                                    

"Debar jantung yang beradu
Seperti dendang sebuah lagu
Irama beralun menguntai syahdu
Dari purnama yang cemburu "

"Jadi Prilly, yang semalam gendong kamu ke kamar bukan Papa. Tapi Ali, kakak kamu.Belum kenalan kan? Nah sekarang biar lebih akrab lagi, Mama kenalin ke kamu secara resmi, ini adalah Ali, Abram Ali wibert kakak kandung dari Ash, dan juga yang akan menjadi kakak kamu. Dan Ali ini Prilly, Prilly Keinara Rein dia resmi jadi anak keluarga Wibert sekarang, jadi otomatis dia juga jadi adik kamu. Ayo salaman"

Ali tersenyum dalam hati, melihat rona merah menjalar dari pipi hingga telinga gadis yang kini duduk dihadapannya, suasana pagi biasanya heboh dengan suara adik centilnya yang katanya tidak ada dirumah karena pertukaran pelajar. Untunglah, tidak hanya cantik dan cerewet adiknya itu bisa dibanggakan juga otaknya. Ini pagi pertama Ali di rumah setelah melanglang buana beberapa bulan lalu. Ada yang beda disini, aura mama nya lebih segar dan ceria. Bisa Ali lihat dari dandanan yang mulai seperti dulu, ah mungkin benar karena kehadiran gadis itu.
Gadis yang semalam Ali bopong dan pindahkan kekamar karena tak kunjung membuka mata setelah 3 jam meringkuk memeluk perut Ali. Dan ya semalam Papa sudah menceritakan semuanya, syukurlah jika kehadiran nya bisa sedikit mengobati luka hati sang Mama.

"Prilly kak" dengan ragu Prilly mengasongkan tanganya dan disambut dengan uluran tangan hangat yang membungkus jemari kecilnya.

"Hemz, Ali." singkat dan sangat jelas, hanya nama yang terucap.

"Ya sudah kenalan nya kan sudah selesai sekarang lanjut sarapannya, Papa sama Mama mau cek up ke Rumah sakit jadi Prilly nanti di antar kakak kamu aja ya, mau kan Li?"

"Eh ga usah Pah, aku naik bis aja. Hari ini ada janji sama kak Haruka mau ke toko buku dulu mau mampir"

"Ga bisa gitu dong sayang, tiap pagi kamu harus naik bis desek desekan, lari ngejar2 bis, sampai kampus udah capek duluan. Gpp pokoknya diantar Ali, iya kan Li?"

"Tapi Mam"

"Li? "

"Hemz, ya udah ayo" Ali bangkit dari duduknya, meraih tas yang sudah ia siapkan sebelumnya, lalu beranjak mengecup pipi mama Catie dan beralih meraih tangan Papa Agung untuk salaman. Bahkan Ali kembali melirik gadis yang menjadi adik angkatnya itu hanya merunduk malu, Ali yakin pasti dia malu teringat siapa yang menggendongnya kekamar. Oh ayolah apakah dia sepolos itu, dengan ragu Ali menepuk pundaknya memberi isyarat agar segera bangkit dan berangkat.

"Eh, eum ya udah Mam, Pah aku berangkat dulu ya Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, hati hati dijalan. Li jangan ngebut, dan Prilly telpon Mama kalau sudah sampai ya sayang"

"Iya Mama"

**

Prilly duduk gelisah disamping Ali yang hanya fokus menatap jalanan, tak ada sepotong kata pun yang terucap dari bibir tebalnya, aish lupakan bibir itu.

"Kamu kenapa? Gak usah takut saya ga bakal buang kamu di jalanan"
Tuhkan suara pertamanya saja bikin berdiri bulu kuduk, mungkin makan kulkas tiap hari ni orang pikir Prilly. Auranya tuh dingin, mencekam kaya duduk dibawah pohon beringin tiba tiba ada tiupan angin, itulah yang Prilly rasakan saat ini.

"Eu anu, enggak kok kak. Itu tadi apa, eum saya mau itu, mau minta maaf semalam ngerepotin."

"Gpp, besok besok hati hati ketiduran diluar, kamu tidur seperti mayat." demi apa kata katanya sungguh menakjubkan menyakitkan hati. Tidakah ada istilah lain, 'kamukan tidur seperti putri tidur' dan dia bilang seperti mayat.

"Em iya kak, kemarin kecapean"

"Terserah, saya cuma mengingatkan dan itu kampus kamu"

"Oh iya, kalau gitu saya permisi dulu. Makasih kak sudah mau antar saya, Assalamualaikum"

Seerat Janji SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang