"Jika tidak bisa membuatku bahagia dengan satu cinta, jangan membuatku terluka dengan sejuta harapan sia-sia."
Entah semesta yang sedang bercanda atau aku yang terlalu memaksa. Terkadang, ada cerita di mana aku dipertemukan oleh seseorang yang selama ini aku cari, namun nyatanya tidak bisa sepenuhnya aku miliki. Dengan satu alasan sederhana; berbeda pemikiran misalnya.
Aku pernah memperjuangkanmu dengan segala usaha, meski kau runtuhkan bahkan dengan satu kata saja. "Tidak," jawabmu saat itu. Terdengar sederhana, namun meruntuhkan segala asa yg pernah ada. Mungkin, keputusanku untuk berhenti, sudah semestinya aku pilih. Entah ini pilihan tepat atau keputusan yang terlalu cepat, aku tak peduli. Aku harus pulang dari segala tualang. Pulang dan belajar mencintai diriku sendiri, baru kemudian mencintai lain hati.
Melupakanmu memang bukan hal yang mudah, tapi aku tak mau terus berharap pada orang yang salah. Maafkan aku jika banyak berbuat salah padamu, yang kerap mengganggu atas nama rindu. Dan perlu aku akui, aku tak sekuat pahlawan yang berjuang tanpa pamrih, jika harus mengikuti caramu yang pandai berdalih. Seharusnya, jika tidak bisa membuatku bahagia dengan satu cinta, jangan membuatku terluka dengan sejuta harapan yang sia-sia. Kamu mengelak jika ditanya perihal perasaan, namun kamu terus saja bertingkah seolah memberikan harapan.
Kini, biarkan cerita kita berjalan sebagaimana mestinya. Sebagai dua orang yang pernah saling kenal namun tak pernah saling tinggal. Dua orang yang pernah bahagia ketika bersama, meski tak pernah dilandasi atas dasar cinta. Yang pernah bersanding, sebelum akhirnya hanya menjadi dua orang asing.
Sempat ada keinginan untuk kembali menjemput waktu yang telah jauh berlalu, sebelum aku nyatakan perasaan yang aku pendam padamu. Mungkin, jika bisa, kita masih bersama. Meski hanya sebatas teman saja. Setidaknya, keadaannya tak akan seperti sekarang, yang sudah tak layak dinobatkan sebagai teman. Bagaimana tidak, bahkan sapaan nama pun tak lagi ada. Kita hanya saling diam saat bertemu, dan sekejap menatap dengan pandangan semu. Berpapasan tanpa berhenti untuk sekedar menanya kabar, lalu hanya melihatmu dari kejauhan yang memudar.
Namun, waktu tetaplah waktu. Kita telah berlalu. Kita tak lagi abu-abu. Semua telah jelas bahwa tidak ada yg istimewa diantara kita. Hanya ada sedikit cerita, yang kelak akan terlupa. Entah untuk menenangkan hati, atau hanya dikenang sesekali.
Teruntuk kamu, yang pernah mengisi hari-hariku dulu. Yang pernah menjadi peran kerinduanku. Yang pernah menjadi alasan kuatku untuk menunggu. Terimakasih pernah ada, meski hanya singgah sekejap saja. Darimu aku belajar; bahwa cinta adalah perihal sabar. Sebelum akhirnya aku pergi meninggalkanmu yang tak kunjung sadar.
Dan teruntuk diriku sendiri, yang pernah tersakiti. Aku tak boleh membiarkan kesedihan ini terus berlarut, yang hanya menjadikan sakit hati ini terus berlanjut. Aku harus menghargai siklus waktu yang berjalan; melihat masa depan, dan meninggalkan kenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Permata
Ficção Adolescente"Tak bisa dipungkiri, bahwa cinta adalah perihal memiliki." -ikhsan bumantara "Terkadang, senja yang jingga adalah pelerai dari luka-luka." -ikhsan bumantara "Perlu kamu ketahui, aku jatuh cinta padamu berkali-kali. Terhitung dari pertemuan kita kal...