kala | 02.09.18

98 10 3
                                    

LAGI-LAGI pikiranku kembali berkelana. Ada saja hal yang membuatku tak bisa terlelap dalam malam. Lantunan lagu yang kuputarkan saat tak bisa larut dalam tidur, tak berhasil membuatku memejamkan mata.

     Pikiranku berkeliaran. Kali ini, soal waktu dan kepergian seseorang.

     Ada yang bilang, kamu tidak akan mengetahui seberapa penting keberadaan seseorang sampai ia tidak ada di sampingmu.

    Dan kali ini, aku menyalahkan waktu.

    Daridulu, aku selalu memiliki masalah terhadap waktu. Bagiku, waktu adalah peran antagonis yang selalu menikmati perannya sebagai dalang kejahatan yang terjadi di atas panggung semesta ini.

    Ia biasa disebut dengan kala​. Setiap detiknya, ia membuat apapun di dunia ini terlihat relatif. Dan ia pula yang membuat semua orang berubah.

    Bermula ketika bertemu di lingkungan baru. Kenal dengan seseorang lalu menjadi akrab. Sebuah siklus memang. Tapi, setelah itu, apakah ada jaminan waktu membuat kita terus akrab setelah ini? Atau malah membuat kita menjauh seperti orang asing?

     Pada akhirnya, takkan ada jaminan suatu saat nanti, bahwa kita semua akan terus menjadi orang yang sama seperti saat ini.

     People do change.

     Selama ada kuasa kala, di situ pula relativitas terasa nyata. Seberapa yakinnya kita, karena kuasa waktu, semula orang-orang berada di samping kita pada akhirnya keberadaan mereka akan sirna.

     Layaknya keberadaan seseorang, yang membuatku terus menyesal.

     Banyak yang bilang itu karena takdir. Tapi terkadang aku berpikir, mungkin ada campur tangan waktu di balik takdir yang telah dituliskan di atas langit. Termasuk kepergian orang itu, yang kehadirannya takkan pernah kembali. Karena ia baru saja terkubur beberapa meter di dalam bumi ini.

      Fri. 02. Feb
      8.38 p.m.

m

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Well AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang