Prolog

42 3 0
                                    

"Hei, kamu tahu cerita yang berjudul seorang pangeran yang berjuang mendapatkan cinta dari seorang putri?" tanyanya kepada ku dengan tatapan lembut.

"Nggak pernah tuh, ceritain dong, secara garis besar aja," pinta ku dengan tak sabaran ingin mengetahuinya. "Jadi..." dia sengaja menggantungkan perkataannya agar aku bisa mencubit pipinya yang sedang tersenyum, lantas aku menabok punggungnya dengan kesal, "ihhh, jangan gitu dong. Ayo aku pengen tau.."

Bukannya merasa bersalah malah ketawa, "Hahaha, kamu kalo lagi kesel lucu, gemes. Oke jadi pangeran itu telah mendapatkan cinta dari sang putri nya, tetapi takdir berkata bahwa beberapa hari setelah cintanya didapati sang pangeran jatuh sakit yang sangatlah parah dan seminggu kemudian, pangeran itu meninggal. Meninggalkan sang putri. Sendirian."

Padahal hanya cerita secara garis besar sudah membuatku termenung akan sesuatu, lalu aku pun bertanya, "lalu, apa yang dilakukan oleh sang putri?" Sebelum ia menjawab, ia membenarkan posisi duduknya yang berada di rumput taman belakang rumahku lalu menjawab, "Sang putri pun tetap tegar dalam menjalani hidupnya, walaupun ia masih teringang akan wajah sang pangerannya. Yang aku suka adalah sikap sang putri nya."

"Mengapa?"

"Karna, biasanya orang kalau sudah ditinggalkan oleh seseorang yang amat dicintainya akan merasa sedih dan berniat bunuh diri. Tapi ini tidak, ia tetap tegar dan bisa menjalankan hidupnya dengan normal," tutupnya sambil tersenyum miring dan menatapku. Termenung lah aku, memikirkan pendapat dia tadi, memang benar itu, tapi ia rasanya ingin menyampaikan sesuatu. Dan benar itu terjadi.

"Alicia, bisa kan nanti kalau aku tidak ada di dunia ini, kamu bisa menjadi sikap sang putri tadi?"

--oo--

Still Missing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang