Bab 2

14 1 0
                                    

Di rumah yang sederhana bertingkat 2, terjadi pertengkaran antar suami dengan istri. Permasalahan bayi. Sang suami menentang adanya bayi di keluarga mereka sedangkan sang istri justru menginginkan adanya bayi di keluarga mereka. "Kenapa kamu tega banget, gak mau ada bayi di antara kita?! Kenapa?!" tanya sang istri histeris kepada sang suami, "karna memang dari awal aku gak mau ada bayi, aku maunya kita berdua saja!" jawab sang suami. Suami istri ini memang sudah bertengkar sejak lama dan mungkin ini adalah akhir dari pertengkarannya. "Apa? Sejak kapan kamu mengatakan itu? Kamu tidak pernah mengatakannya, sayang, tidak pernah," jawab sang istri yang akhirnya mulai menangis, "kalaupun kamu sudah bilang begitu sudah aku lakukan pengobatan untuk tidak memiliki anak," lanjutnya. Sang suami menutup mukanya sambil berfikir sejenak. Dan kemudian,

"Bagaimana kalau kita kasih anak ini ke seseorang, atau siapapun? Atau lebih tepatnya panti asuhan?" jawabnya dengan mata yang sangatlah serius.

Seketika sang istri menjadi tidak rela untuk mengasih anaknya ke panti asuhan, sang istri menangis dengan emosi sambil memeluk anaknya, Alexander Steven. Lalu ia bilang ke sang suami bahwa ia butuh waktu sehari untuk memikirkannya, sang suami memakluminya dan membiarkan ia tenggelam dalam pikiran masing-masing. Lalu setelah hari itu entah mengapa sang istri menjadi lebih positif unutk mengasih anaknya ke panti, lalu ia bilang ke suaminya "Sayang," panggilnya dengan halus kepada sang suami yang sedang duduk memakan rotinya, "ayo, kita ke panti." jawabnya sambil tersenyum. Sang suami menatap istrinya dengan aneh dan bingung, kemarin istrinya tak rela sekarang malah mau. Yasudah. "Ok, sayang, ayo kita langsung berangkat," ajak sang suami kepada istrinya. Ia pun menggendong Alex dengan halus dan membawanya ke mobil untuk menuju ke panti. Sesampainya di panti mereka tidak langsung ke dalem, melainkan mereka hanya mengetuk pintu panti dan meninggalkan Alex di depan pintu. Dengan cepat mereka berdua langsung masuk kedalam mobil dan pergi. Bu Laras pun membuka pintu dan melihat ada seorang bayi. Ya ampun kasihan sekali. Lalu Alex dibawa mask oleh Bu Laras. Dalam perjalanan pulang sang istri kembali menangis, namun menangis dengan ikhlas.

--oo--

"Ohh jadi gitu cara pengertian kimianya, oke deh gua langsung maju aja ah," James, Juniko James Ratuntiga yang sedang mencoba memberanikan dirinya kepada guru killernya demi mendapat sebuah nilai yang sangatlah berharga, "weh, lu serius mau maju? Gua aja nanti setelah istrahat," tanggap Alex dengan muka yang sedikit ingin ketawa. Jadi James ini murid ranking 2 di kelas Alex dan anehnya mengapa James dapat ranking 2 sedangkan hafalan pun lemah. "Biarin lah, kan lebih cepat lebih baik," jawabnya sok bijak,"iya, iya James silakan lu maju," dengan pasrah Alex membiarkan James berhadapan dengan guru killernya. Nama guru killernya adalah Pak Suwarno, dia memang terkenal garang dikalangan siswa SMP Jakarta Nest, tetapi para guru selalu menganggap bahwa Pak Suwarno itu baik dan ramah. Iyain aja deh ya. "Pak, saya ingin hafalan tentang pengertian kimianya besi," kata James dengan santai tapi hati berdegup kecang, mendengar itu Pak Suwarno langsung melepas kacamatanya dan bersiap untuk memulai mendengar atau mengomeli, "yasudah, silakan." lalu mulailah sang profesor kw 2 juta mengungkapkan.

"Besi membentuk senyawa utamanya dalam +2 dan +3. Menurut tradisi, senyawa besi(II) disebut dan senyawa besi(III) disebut feri . Besi juga dapat memiliki tingkat oksidasi yang lebih tinggi, contohnya adalah (K2FeO4), berwarna ungu, yang mengandung besi dengan bilangan oksidasi +6. Besi(IV) adalah bentuk antara yang umum dalam banyak reaksi oksidasi biokimia. Terdapat juga banyak yang berintikan besi(II) dan besi(III) sekaligus, seperti dan (Fe4(Fe[CN]6)3). Senyawa yang disebutkan terakhir di atas digunakan sebagai "biru" tradisional dalam cetak biru. Dan... dan.." yah, sang profesor pun lupa, meneguk ludah dan menerima nasib, "lupa?" tanya Pak Suwarno dengan santai yang sebetulnya tanda untuk memulai marah. "Ehe, iya pak.." "KELUAR KAMU! BAWA BANGKU SATU TERUS ANGKAT!" bom atom pun meledak di kelas IX A. Dengan pasrah James kembali ke tempat duduknya dan mengambil bangkunya.

"Tuh kan gua bilang apa, setelah istirahat aja sih. Cepet-cepet aja, gak semua yang cepat itu baik," omel Alex.

"Iya deh Pak Alex, terimain nasib aja lah," jawab James sambil mengambil bangkunya dan berjalan keluar kelas. Tak lama setelah James keluar kelas bel istirahat pun berbunyi dan semua murid di kelas Alex bersorak kegirangan, tanpa menyadari bahwa gurunya masih ada. "Kamu harus begini sampai selesai istirahat," kata Pak Suwarno dingin kepada James saat sudah berada di luar kelas. Ya ampun sadis banget sih pak, kejam anda gerutu James. "Disuruh gitu ampe istirahat ama Pak Suwarno ya?" tanya seorang gadis yang menghampiri James, lalu James menengadah ke arah suara dan dilihatnya, Lidya. "E..eh, iya, Lid, em.. lu mau ke kantin?" tanyanya gelagapan dan pipi bersemu merah, "iya, lu mau nitip gak?" tawar Lidya yang mungkin sebuah kesempatan emas bagi James, "Eh, boleh, Lid, baik banget lu. Nih duit gua." "Gak usah, James, gua yang bayar aja. Ibarat aja gua traktir lu,"

Omejoshh, udah cantik muka, cantik hatinya lagi. Gak salah pilih gua..

"Oke dehh, thank you ya, Lid! I owe you one," jawab James sok Inggris. Lidya tersenyum sesaat dan meninggalkan James. Lidya adalah cewek yang James sukai sejak kelas 2 SMP, James sudah berusaha mendapatkan Lidya, cuman hasilnya tak memuaskan. Tapi ia tidak menyerah sampai sekarang. "Aciee ditraktir ama cem-ceman, ohokk iri dehh," goda Alex saat keluar kelas--sedari tadi ia mengintip percakapan Lidya dengan James. "Iyalah, justru bagus. Bahagia gua punya cem-ceman kayak dia."

"Iya deh iya, gua ke kelas Alicia dulu ya," pamit Alex.

"Iya sana, sekarang deketin tuh gebetan lu."

"Iya, iya James. Jangan iri, hahaha."

Setelah melewati beberapa kelas dan banyak mata yang memperhatikan Alex akhirnya ia sampai di kelas Alicia. Alex menyapu seluruh pandangan kelas Alicia dan mencari Alicia, ah ketemu. "Al.." panggil Alex dengan santai, Alicia pun langsung menutup buku catatannya, menoleh ke arah Alex dan berlari kecil ke arah Alex, "hai, Lex! Tadi gua bosen tau pelajaran IPS free class ampe pulang nanti," gerutu Alicia saat sudah sampai hadapan Alex, "napa bosen, Al?" tanya Alex sambil mengelus puncak kepala Alicia. "Yaa kann bosen aja gitu, gak ada kerjaan lain selain bengong ama dengerin gosip gak berfaedah," omong Alicia dengan tampang imut.

Manis. Batin Alex.

"Yaudah gak papa, sekarang udah makan bekel blom dari mama?" tanya Alex seraya mengelus pipi Alicia yang halus, "belom, ayo temenin gua makan." Mereka berdua pun duduk di meja Alicia dan mengobrol banyak hal, dari gurunya, teman-teman kelas, sampai nyipet pulpen. "Al, kamu tahu?" tanya Alex dengan serius, Alicia merasakan hatinya berdegup kencang dan pipinya yakin bersemu merah, "apa?" jawabnya. "Kamu tahu bahwa aku--" "Heh! Lo siapa? Deketin Alicia gue aja."

--oo--

Still Missing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang