Bab 3

17 1 0
                                    

"KAULAH BENTUK TERINDAHH, DARI BAIKNYA TUHAN PADAAAKUUU." kelasnya Alicia memang selalu ramai akan lagu jika sedang free class, biasanya lagu Bukti milik Virgoun yang paling sering dipentaskan, "WAKTU TAK MENGUSAIKAN CANTIK MUU, KAU WANITA TERHEBATT BAGI KUUU," oh astaga, Alicia saja mendengarnya sudah mau mual dengan nada yang fales dan gak karuan itu. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kelas dan menatap ke arah lingkungan sekolah, entah berapa lama ia memejamkan mata seseorang mengelus bahunya, "Al.." panggilnya lembut. Dengan sontak Alicia langsung membuka matanya dan menatap ke arah sumber suara. Dan didapatnya Leo.
"E..eh, Leo, ngapain?" tanya Alicia gugup. Alicia memang suka Leo sejak dia masuk sekolah ini, Leo itu tipikal cowok Alicia banget. Tinggi, atletis, ramah, terlebih ganteng.  Dan sudah banyak tahu bahwa Alicia dan Leo cukup dekat keberadaanya, bahkan Alex pun tahu itu, "gak papa, mau kesini aja siapa tahu lo lagi free class juga. Lagi ngapain?" tanya Leo sambil berjalan mendekati Alicia. Melihat Leo dari jauh saja sudah membuat hati Alicia berdebar, apalagi kalau dia mendekat. Kelainan jantung. "You know lah, lagi free class, anak-anak pada nyanyi dan gua bosen jadi keluar aja," jelas Alicia sambil menahan diri untuk tidak fly.

Gak pernah gua ngerasain kayak gini.. dideketin cowok, ganteng lagi... kayak di drama korea aja.

"Al, bisa minta waktunya sebentar?" tanya Leo yang sebetulnya basa-basi, "boleh, mau apa emang?" "gua mau minta saran lo, jadi gua lagi suka ama cewek dan cewek itu terkenal tomboy, nah gua mau beliin dia bunga. Menurut lo, bunga yang bagus buat dia apa?" Ohh masalah bunga, Professor Alicia Howgman siap melayani dengan sedongkol hati. "Biasanya kalau gitu, bunga Lily aja sih. Yang simple tapi elegan," jawabnya dengan sok ahli. Alicia memang tidak suka memberi saran jika topiknya adalah bunga. Dia benci bunga, karena itu mengingatkan dia akan sesuatu. "Bener nih?" tanya Leo dengan penuh yakin, "iya bener, kan gua Professor Bunga," "iya deh iya, nanti pulang temenin gua beli bunga ya."

AHHHH!!, nemenin? NEMENIN??? Ini bukan mimpi kan?? Naik motor dia dong?? AHHH!! batin Alicia yang sebetulnya ingin melompat kegirangan.

"Naik motor lu kan, Le?" tanya Alicia agar tidak kegeeran, "iya, naik motor gua lah. Mau naik apa lagi? Delman?" canda Leo sembari mengelus puncak kepala Alicia dengan lembut. Lengkap sudah kebutuhan perasaan Alicia, lebih dari cukup. "Oke deh, ketemuan di parkiran aja ya," bilang Alicia, "iya, Al, kayaknya mau cepet-cepet aja nih," "ehehe emang iya." Lalu Leo berjalan ke arah kelasnya dan mulai menghilang dihadapan Alicia. "Al!" panggil temannya dari ambang pintu kelasnya, "cowok lo?" tanyanya santai, "bukan kok, temen doang," "Alex dikemanain nih..." Benar, Alex ia kemanakan padahal Alicia seumur hidup hanya dekat dengan seorang cowok yaitu Alex saja, ia bahkan pernah berjanji kalau mereka berdua tidak boleh mendekati lain jenis. Dan baru saja ia melanggarnya. Dan Alex pun melihatnya dari seberang kelasnya.

-oo-

Alex dan James bosan berada di dalam kelas karna, biasa, tidak ada guru alias free class. "James, mau keluar gak? Bosen gua, kantin aja ya," ajak Alex kepada James yang sedang membaca komik Conan nya dengan serius, "eh, kantin, Lex? Yuk, yuk, lagi laper juga nih," kebiasaan James memang kalau sudah ada yang mengajaknya ke kantin seolah ia diberi narkoba dan terhipnotis oleh narkoba itu. Sesampainya di kantin Alex dan James langsung memesan beberapa camilan dan duduk di kursi kantin, mereka pun asyik dengan omongan dan camilan mereka. "Lex, lu tau kalo Alicia suka sama seseorang?" tanya James saat tawa mereka mulai mereda, tampaknya Alex merasa santai dengan pertanyaan James tadi karena ia tidak peduli Alicia mau suka sama siapa, "enggak tuh, napa emang?" tanya nya santai sangat, James pun makin curiga, karena selama ini James sangka bahwa Alex suka dengan Alicia. Karena semakin kepo ia pun menanya yang sangat ultimatum, "Bener nih? Kalo lu deket sama Alicia dan pipi lu bersemu merah, buat apa lu bilang 'enggak tuh'". Shock lah Alex, kalau ia suka ama Alicia kenapa dirinya sendiri bilang enggak. Gimana sih.

"Ya itu perasaan gua saat dia suka sama seseorang, gak cemburu kok," jawab Alex.

"Cemburu itu manusiawi, kadang manusia tidak mau melihatkannya padahal ia sendiri cemburu sangat," jelas James dengan bijak.

Alex tahu, itu sifat manusiawi tetapi ia memang tidak cemburu kepada Alicia. Entah susah dijelaskan oleh Alex sendiri. Alex tidak pernah yang merasakan yang namanya cemburu, seumur hidup tidak pernah. "Apa jangan bilang lu gak tau definisi dari cemburu apa," tanya James dengan penuh arti, "HA! Benar sekali jawaban anda! Iye, gua gak tau apa arti cemburu," jawabnya terang-terangan. James ternga-nga temannya yang pintar ini tidak tahu arti dari cemburu, "buset dah.. beneran gak tau? Lu saking kepinteran jadi gini kali ya.." omel James ke Alex yang dongo tentang cinta. "Kalo lu tau, jelasin ke gua."

"Cemburu itu adalah hal yang tak sengaja muncul di benak hati dan membuat kita untuk menyingkirkan orang yang dekat dengan orang yang kita sayangi."

"Hmm, gitu ya. Rada jelas dikit sih.. cuman gua masih gak yakin aja kalo gua itu cemburu, you know lah gua orangnya kan labil."

"HA! Emang."

Ditengah kebercandaan mereka ada seorang cewek yang sedikit menganggu mereka berdua, "Ihh kalian pada disini, eh, ada Alex. Haii Alex!!" sapanya dengan suara rada cempreng, namanya Lisvy. Dia orangnya nyabe, rambut on the style banget, tampil seimut mungkin di depan orang yang dia sukai sangat termasuk Alex. Ketika mendengar sapaan dari Lisvy, Alex langsung beranjak dari tempat duduknya, tapi terhalang oleh tangan Lisvy yang dengan cepat menggenggam tangannya. "Ishh, mau kemana dulu, Lex? Sini dulu atuh, ngumpul bareng, kita bertiga," katanya sambil memamerkan behelnya yang berwarna merah itu

Ngumpul apaan sih, emang lu kira kita sahabatan? Please deh, Lis batin Alex meronta.

"Ngumpul? Emang kita pernah ngumpul bertiga? Sebelumnya?" tanya Alex dengan sedikit marah kepada Lisvy, "kalo lu mau bilang suka sama gua, gua udah tau tentang itu. Please, Lis, cari lelaki yang jauh lebih baik dari gua, gua yakin gua pun masih ada kekurangan," jelas Alex. Lisvy yang di situ merasakan sakit hati yang sangat mendalam, ya memang awal rencana dia bertemu dengan Alex dan James hanya untuk bisa dekat dengan Alex. Lisvy hanya menunduk diam, tidak mengeluarkan sepeser kata pun, lalu Lisvy pergi dari tempat duduknya dan berjalan keluar kantin. Melihat Lisvy keluar dari kantin, Alex merasa lega karena tidak ada pegganggu lagi. "Lu kayaknya terlalu kejam deh ngomong gitu ke Lisvy, walaupun dia cabe hatinya mudah rapuh luh," jelas James saat melihat perilaku Alex tadi ke Lisvy. Alex hanya menaikkan bahu, ia tidak peduli mau Lisvy sakit hati atau apa, karena ia sudah muak dengan gangguan Lisvy.

"Biarin lah, gua muak ama mukanya dia, dia itu udah gangguin quality time gua ama Alicia, trus sekarang ama lu. Gimana gua gak kesel."

"Sekesel apapun lu sama cewek, tetep aja lu harus lembut ama cewek. Karna cewek itu hatinya mudah rapuh."

"Iya deh iya, James, dah ah yuk keluar kantin, balik ke kelas," usik Alex karna sudah muak mendengar kata biijak James. Di tengah perjalanan menuju kelas mereka, Alex melihat ke arah kelas Alicia dan didapati Alicia sedang mengobrol dengan seorang cowok. Dalam benaknya timbul sesuatu yang persis dikatakan oleh James tentang cemburu itu. Sakit rasanya. Kalau iya ini cemburu, benar bahwa gua suka dan cinta sama Alicia.

-oo-

Still Missing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang