January, 21st
Pertengahan bulan, musim dingin masih berlanjut. Salju masih turun menutupi atap-atap, pohon, jalanan dan lain-lain. Salah seorang musisi tengah menatap ke arah jendela.
“Salju masih terlihat indah ya?” pikirnya.Reno kembali ke ruangannya. Ia mulai menyalakan televisi untuk melihat berita terbaru.
‘Diberitahukan kepada seluruh penduduk untuk waspada. Karena akan ada badai salju.’
“Reno-san?” Ryoga memanggilnya.
Orang yang disapa Reno itu pun langsung melirik ke arahnya.
“Sebaiknya kau pulang saja. Kau tahu kan badai salju akan segera datang?”
“Iya aku tahu. Baiklah.”Reno segera membereskan barang-barang. Di satu sisi ia masih ingin tinggal di studio. Tetapi di sisi lain ia harus pulang ke rumah. Setelah mengemas barang-barangnya, ia mulai mengenakan jaket dan scraft hitamnya.
"Reno-san, apa kau sudah selesai?"
"Sebentar lagi."
Reno segera mengambil tas dan kopernya lalu keluar dari ruang pribadinya. Ryoga rupanya sudah siap sejak tadi.
"Kau ini lama sekali."
"Heheh, maaf. Tadi aku mencari-cari benda ini." Barang yang ia maksud adalah scraftnya.Dirasa sudah siap, Reno pun berpamitan dengan rekan-rekannya di studio. Setelah berpamitan, ia pun mulai meninggalkan studio, tempat ia tinggal selama proses perekaman. Ia pulang diantar oleh rekan seperjuangannya, Ryouga.
“Sudah siap?”
Reno hanya memberi kode tangan saja. Ryouga hanya mengiyakannya. Mereka pun pergi.Di perjalanan, Reno hanya menatap ke arah jendela untuk melihat suasana di pinggir jalan. Wajahnya nampak muram, hatinya juga gundah seperti sedang memikirkan seseorang.
“Ada apa Reno?” tanya Ryouga
“Tidak, hanya sedang tidak mood untuk melakukan apapun.”
“Biasanya juga mendengarkan musik.”
“Baterainya lemah, hehe.”
“Kebiasaan. Ada apa sih, sampai kau akhir-akhir ini melamun?”
“Ehmm aku merindukan seseorang.”
“Ohh. Hmm tunggu dulu, a-apa? Kau merindukan seseorang?” Ryouga tiba-tiba melepas kemudi lalu mengguncang tubuh Reno.
“Ryouga, hentikan, fokus saja menyetir!”
“Jawab dulu pertanyaanku!”
“Tidak bisa! Hentikan dulu ini baru aku bisa bicara!”
“Aku ingin dengar langsung!”Mereka masih saja bertengkar di dalam mobil. Tanpa sadar, mereka hampir memasuki kawasan jalanan licin. Reno yang melihat tanda peringatan pun langsung panik.
“Ryouga, hentikan! Lihat itu!” sambil menunjuk-nunjuk.
Ryouga melihat tanda peringatan tersebut. Alhasil dia juga ikut panik dan segera mengendalikan kemudinya.
“Injak rem nya Ryouga! Injak!” teriak Reno.
Ryouga berusaha untuk tetap tenang dan mulai mencari injakan rem. Setelah ditemukan, dia langsung menginjak remnya.CKIIIITTTTT!!!!!!
Mobil mengerem secara mendadak, membuat dua sejoli itu terhentak di dalamnya. Mereka bernapas tersenggal-senggal karena terkejut hampir tergelincir di jalanan licin. Setelah dirasa sudah tenang, Reno mulai marah pada Ryouga.
“Ryouga Baka! Kau hampir saja melenyapkan nyawamu sendiri dan aku!”
"Gara-gara kau juga! Makanya jangan buat aku penasaran." Balas Ryouga tidak ingin kalah oleh seniornya.
"Penasaran boleh, tapi lihat situasi juga!"Reno menaikkan nada suaranya. Itu mampu membuat pemuda itu terdiam.Selama kurang lebih lima belas menit, mereka saling membelakangi. Sesekali mereka juga saling tatap, namun kembali memalingkan wajah mereka. Seakan-akan tidak ada satu pun yang mau mengalah. Tetapi akhirnya Ryouga mengalah.
"Tidak ada gunanya kalau seperti ini terus. Reno, lebih baik kita ke cafe dulu saja yuk?"
"Huhft, baiklah."
Akhirnya mereka pergi ke sebuah cafe dekat dengan tempat dimana mereka berhenti. Tak lupa Reno membawa gitarnya karena ia tidak bisa lepas dari barang kesayangannya itu. Baginya No Guitar No Life (Quotes oleh Reno)Mereka memasuki cafe tersebut. Sebuah cafe sederhana dengan nuansa kultur tradisional dan modern. Suasananya juga cukup ramai, tetapi tidak terlalu berisik.
"Vanilla latte 2 ya?"
"Baiklah, tuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENO Journey [HIATUS]
Fiksi PenggemarDi balik perjalanan solo kariernya dari awal sampai akhir, ada seseorang yang selalu mendukungnya. Tanpa dirinya, mungkin ia tidak akan pernah berjaya sampai saat ini. Namun siapa sangka kalau orang itu ternyata adalah sang penggemar kecilnya, yang...