Last Part

1K 61 13
                                    

Bel istirahat berbunyi, aku buru-buru membuka pintu kelas dan berlari tanpa menunggu Rena-sensei keluar. Saat ini aku tidak memikirkan apa-apa lagi selain mencari keberadaan Ran. Aku yakin saat ini terjadi sesuatu dengan Ran. Sesuatu yang sangat berbahaya. Terbayang wajah Ran yang di selimuti ketakutan dan harapan agar aku segera menolongnya. Semakin aku memikirkan Ran semakin rasa khawatir bergejolak di hatiku.

Dalam berlari, otakku ikut mencerna juga.  Tenang Shinichi, pikir kan dengan santai. Ingat dan ulangi lagi kronologi awal ketika Ran histeris sampai Ran menghilang, kau pasti akan menemukan titik cerahnya ".

Otak ku berusaha menenangkan hatiku yang di landa khawatir. Belum pernah aku se-khawatir ini. Aku memikirkan keadaan Ran saat ini. Ran walau pemberani dan pintar karate tetapi ia juga penakut apalagi dengan tempat gelap.

" Bagaimana bila orang yang membawa Ran menyekap Ran di ruangan sempit atau di gudang gelap yang penuh dengan debu ? ".

Ahhh... Aku jadi memukul-mukul kepalaku sendiri agar berhenti berfikir yang tidak-tidak.
Hampir semua lingkungan sekolah sudah aku kelilingi dan aku periksa dengan teliti tetapi belum juga aku temukan Ran.

Untuk saat ini aku hanya mencari sekitar lingkungan sekolah sebab dari hasil deduksiku dengan jeda waktu antara Ran berteriak kemudian menghilang dan sampai detik ini perkiraan sudah 1,5 jam.
Ran berteriak setelah melihat papan pengumuman. Itu menandakan kalau sesuatu yang membuat Ran berteriak ada hubungannya dengan sekolahan. Dari situ bisa di tarik kesimpulan bila Ran dalam bahaya, yang bisa di jadikan tersangkanya orang-orang yang ada di lingkungan sekolah. Bisa siswa, kakak kelas, guru, tukang kebun sekolah. Yang jelas masih orang-orang yang saat ini masih berada di sekolah ini.

Kalaupun sang penculik niatnya akan membawa Ran keluar dari lingkungam sekolah ini, itu memerlukan waktu beberapa jam lagi sampai sekolah usai untuk tidak menimbulkan kecurigaan walau misal Ran sudah di bius ataupun di bikin pingsan.

Ran masih ada di sekolahan, yah aku yakin itu. Entah ia di sembunyi kan di ruang kelas, ruang olahraga atau mungkin saja di tempat umum yang sering di lewati para siswa. Aku pasti bisa menemukan Ran.

" Tunggu lah Ran, tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan mu. Jangan takut Ran ".

Aku bicara dalam hati berharap suara hatiku sampai ke Ran dan membuat Ran tenang.

Setiap seluk dan sudut sekolah sudah aku periksa akan tetapi keberadaan Ran belum juga aku ketahui bahkan titik terang siapa penculik Ran saja tidak bisa aku tebak. Apa benar yang Ran kata kan tadi pagi kalau naluri detective ku sudah mulai tumpul ?

" Ran... di mana kau ? Kenapa begitu susah nya menemukan kau ? Ran.. Sudah ku bilang kan untuk jangan pergi jauh-jauh dari pandangan mataku agar aku tidak kehilangan jejak untuk mencarimu bila engkau tersesat ".

Dengan langkah gontai aku menyusuri koridor sekolah yang mengarah ke kantin dan bukit sekolah.

" Bagaimana bila aku benar-benar tidak bisa menemukan Ran ? Bagaimana bila aku kehilangan Ran untuk selamanya ?".

Semakin aku memikir kan kemungkinan-kemungkinan tentang Ran semakin sakit rasanya di hati. Aku belum siap untuk kehilangan Ran. Iya, aku belum siap dan tidak akan pernah siap untuk kehilangan Ran. Tanpa terasa ada butiran air yang keluar dari mataku dan pelan tapi pasti mengalir membasahi pipiku.

" Aku menangis ? Tidak, tidak mungkin aku menangis. Aku kan seorang detective dan aku laki-laki tidak mungkin aku menangis ". Bantah hatiku.

Tetapi air ini ? Kenapa air ini masih terus keluar dari mataku ?
Sebutir.... dua butir... dan.....

" Raaaaaaaaannnn....... "

TEMAN MASA KECIL ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang