Selalu kukatakan, bahwa menyesap
kopi selalu membawa otakku terpelanting ke masa itu. Masa di mana rindu tak sedetikpun memiliki arti. Maka, ditemani remah senja yang semakin temaram, kenanganmu selalu hadir bersama aroma kopi yang pedih. Begitu, dan selalu begitu. Setiap hari, di setiap ujung senja, wajahmu hadir membaur pahit kopi yang berpendar hambar.Cahaya senja menjatuhkan bayangan cangkir kopi di permukaan meja kayu. Sementara uap kopi yang masih hangat mengepul dicengkeram angin.Keduanya memaksa, membawa bayang wajahmu ke ujung imajinasiku. Lagi-lagi, itu menyiksaku.
Katamu, kopimu sekali-kali tak melukaimu, ia hanya menyentuhmu dengan sedikit rasa pahit. Tapi lukaku tak begitu. Ia menyayat segala waktu. Meninggalkan pedih di ujung rindu. Lalu berpagut pada haru.
Mengenangmu, cukup membuatku terluka. Tapi kunikmati saja, karena rindu menyata laksa.
Selalu kukatakan, bahwa menyesap kopi selalu menghidupkan rindu yang kini menjadi candu. Dan ia melekat erat. Tak bisa kukerat. Atau sekedar kulupa. Karena rindu selalu ada, meski terlalu pahit untuk dirasa.
Senja ini pun begitu. Rindu, lagi-lagi terlahir dari rahim secangkir kopi. Karena kamu, ataupun aku tahu, persamaan kopi dan rindu: sama-sama pahit dan membikin candu. Keduanya melarutkan luka, menjadi bahagia. Menyamarkan rasa menjadi peka. Maka meski pahit, kita nikmati saja. Hingga senja menjadi saksi, luka yang sulit diobati.
Senja ini aku tak tahu kamu di mana. Atau dengan siapa. Tapi aku tahu pasti, kamu sedang di sana. Di balik jendela, meraba tepian canting, melukis kenangan yang juga terbakar luka.
Merindukanmu adalah nyeri. Jelmaan cinta yang dulu kubiarkan pergi.
Kenangan tak akan berubah. Ia abadi berbingkis rindu. Hal sekecil apa pun tentang kamu, maka ia adalah penyulut untuk mengingatmu. Percayalah. Kenangan ini menyakitkan, tapi masih saja kumainkan.Menyesap aroma kopi yang tertuang adalah luka. Mencicip asamnya adalah luka. Merasakan pahitnya adalah luka. Meraba hangatnya adalah luka. Begitulah, segala yang tersusun dari secangkir kopi adalah luka, namun justru luka itu yang aku rindu. Seakan di hadapanku ada kamu. Tersenyum dan pelan menyentuh bibirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
menamaimu puisi
Short StoryAda banyak cara untuk mencintaimu, tapi tak satupun kulakukan, kecuali merindukanmu. -Menamaimu Puisi- Persamaan kopi dan rindu: sama-sama pahit dan membikin candu. -Senja, Kopi dan Rindu Yang Meluka- Lagi-lagi aku lupa bahwa mencintai seseorang yan...