Two - first love?

73 6 4
                                    

Qila duduk menyendiri dibalik pohon besar di belakang gedung sekolah. Iya terus melihat  gelang sederhana yang ada di tangan kanannya itu. Tanpa disadari pula, ia membentuk garis senyum di bibirnya.

"Nantik balikin gelangnya ke cewek yang pakek behel ya. Teman sekelompok lo." Perkataan itu membuat Qila langsung terkejut. Tiba-tiba Gavin ada di belakangnya. "I..iya kak nantik saya balikin." katanya. "Udahhh santai aja kalii. Gak usah gagok gagok gitu gelik gue" ucap Gavin sambil duduk di sebelah Qila.

"Eh? I..iya kak. Mmm thanks ya kak gelangnya. Kalau gak bisa mampus gue di permaluin sama tu ketos brengsek!"

Tanpa Qila sadari ia baru saja mengolok teman pria itu sendiri. Karna dari itu ia langsung menutup rapat-rapat mulutnya dengan tangannya sendiri.

"Hahaha gue tau kok rasanya. Memang parah banget tu anak. Tapi sebenarnya dia baik kok luarnya aja kayak setan tapi dalamnya kayak setan mualaf" lawakan Gavin membuat Qila bingung.

Karna menurutnya itu sedikit garing "HAHAHA ketawak dooongg gue lagi hibur lo niii" mendengar perkataan itu membuat Qila tersenyum sambil tertawa kecil "hahaha makasi ya kaak"

"Ini kenapa?" Tunjuk Gavin. Qila hanya telarut dengan lamunannya sendiri karna melihat ketampanan Gavin dari dekat yang baru ia sadari sekarang ini. "Aww! Ha? Kenapa kak?"

Lamunannya dipecahkan oleh Gavin yang memegang luka yang ada di siku Qila. "Ini kenapa? Jangan melamun, kalau melamun makin cantik hahaha" mungkin perkataan itu biasa saja bagi Gavin. Tapi tidak bagi Qila, itu mebuat jantungnya berdegup kencang.

"Ya allaah. Ni anak kesurupan kali ya karena abis duduk di bawah pohon. Memang agak angker sih disini katanya. Udah ah sekarang lo ikut gue." Ia menarik tangannya Qila untuk mengajaknya beranjak dari tempat itu.

UKS. Ke tempat itu Gavin membawa Qila. "eh loh kak. Kok kesini? Kan bentar lagi mau MOS. Waktu istirahatnya kan cuman 20 menit. Ini udah tinggal 8 menit lagii udah yuk kak nantik saya dimarahin sama kak Dito."

Qila menarik tangan Gavin yang kini ditarik kembali oleh Gavin sehingga Qila terduduk di kursi UKS. "Mck udah deh! Bawel banget sih lo. Tenang ajaa ada gue." Ucapnya sambil mengambil kapas,alkohol,obat merah dan tak lupa juga dengan hansaplast karna UKS itu sedang tak berpenghuni.

"Sini tangan lo" Gavin menarik tangannya Qila. "Ahh! Sakit kak." Bawelnya Qila pada saat ini membuktikan bahwa itu benar-benar perih. "Iyaaa ini udah pelan-pelan."

Dengan telaten dan dengan sangat hati-hati ia mengobati luka di siku dan di lututnya itu "udah siap nii." Ucap Gavin. "Eh, iya makasih kak." Qila bukan hanya ingin mengucapkan terima kasih.

Tapi dia juga ingin segera pigi ke lapangan basket karna jika ketauan kalau dia tidak berada di tempat tersebut. Bisa-bisa Qila akan diberi hukuman akibat keterlambatan dia.

***

"Aduhhhh kemana sih tu anakkk!! masik adik kelas juga udah nyarik mati aja tu anak!!" Ucap Ira sambil jalan. BUGG!! Begitulah suaranya saat Ira tersandung karna batu yang besar. Untungnya tidak terluka, sakitnya memang gak seberapa tapi malunya woii.

"Mck resek banget sih ni batu" omel Ira kepada batu yang tak bersalah itu. Tiba-tiba terulur tangan yang mengarahkan ke arah Ira.

"gak kenapa-napa kan?" Ira hanya terpelongok melihat siapa yang membantunya.

"Eh iya gak apa kok kak, thanks ya kak Dito" Ira tidak menyangka atas yang terjadi barusan. Hal itu sangat sangat dan sangat membuat detak jantung Ira ingin meledak.

The unexpected boyWhere stories live. Discover now