Six - untuk pertama kali

23 1 1
                                    

Flashback on
Senin-18 Juli 2016, Jakarta
Yey kelas baru! Begitulah rata - rata ekspresi para manusia yang bersekolah dihari pertama ini. Yaa Walaupun teman kelasnya pasti sama saja.

Karena teman kelas sudah ditentukan sejak mereka dikelas 10, dan akan berpisah sampai perpisahan tiba di akhir kelas 12. Maka dari itu sangat sulit apabila hari perpisahan tiba. karena suka duka yang dirasakan, sudah dilewati bersama - sama selama tiga tahun berturut - turut.

Namun, tak semua juga yang ikut turut berbahagia dalam kenaikan kelas ini. Ada juga yang merasa hal ini menimpanya dengan beban sebesar gajah dan sekuat singa, yang mampu membuat mereka merasakan jenuh yang tak habis sudah. Karena mereka tahu bertumpuk - tumpuk tugas dan soal yang sulit dimengerti, akan membanjir dikehidupan mereka, sehingga membuatnya frustasi.

Serta segala macam peraturan yang membuat mereka merasa didalam penjara. Maka dari itu, tidak segaris pun ekpresi di wajah mereka. Dengan memampangkan wajah datar atau biasa biasa saja, sudah lebih dari cukup. Hal ini sudah bisa mendeskripsikan kenapa Dito berwajah datar dihari yang baru ini.

***

"Dit titip mandi ya!" Teriak Kevin yang menginginkan mandi, atau bisa di sebut es teh manis dingin. "Malas." jawab Dito langsung pergi karena tidak mau direpotkan oleh temannya itu.

"Buk bakso satu." Pesan Dito yang sedang sangat kelaparan itu. "Satu?" Tanya penjual kantin yang terkenal galak dan posesif terhadap pelanggannya. Dikarenakan berbagai pengalaman yang menimpanya.

Seperti lupa bayar, uangnya kurang, serta.. TIDAK membayar. Tiga hal ini, yang membuat semua penjual kantin di seluruh dunia menjadi posesif berlebih.

"Iya." Jawab Dito dengan wajah datar, namun membuat semua kaum hawa jadi terkesima olehnya. "Nih—" belum sampai bakso itu didaratkan ditangan Dito, tiba - tiba sudah diambil alih oleh seorang wanita. "Eh iya makasih buk." Jawabnya dengan sigap dan langsung pergi.

Hal ini membuat. Suara toak khas betawi dari buk kantin langsung terlontar. "HEH HEH. LU! SIAPA NAMA LU? HEH MBAK BAYAAARR!!!" Perempuan itu tidak mendengarnya. Bukannya tuli. Tapii, dia sedang memakai earphones yang tercantum di dua telinganya itu.

"Buk bakso saya buuk. Gimana sih, itu kan punya saya." Kesal Dito yang sedang kelaparan. "Gua gak mau tau! Lu bayar tu bakso! Cepetan!!" Buk kantin langsung ingin mengeluarkan matanya disaat - saat seperti ini.

"Mck." Dito langsung meletakkan uang sebesar Rp.50.000 dimeja hadapannya, tak lupa ia membantingnya sebagai tanda kekesalannya.

Dito pergi meninggalkan tempat, dan menuju ke tempat yang segera ingin ditujunya. tak peduli dengan uang kembaliannya yang jika dipikir - pikir, harganya bisa membeli empat mangkok bakso lagi. Ketidak peduliannya tumbuh, karena kekesalannya kepada wanita itu.

Dito langsung datang dengan wajah datarnya, ia langsung melepas earphones yang terletak di kedua telinga wanita itu. "Apaan sih." Perlakuan Dito membuat perempuan itu langsung terkejut dan kekesalan yang mendalam, karena sudah mengganggu privasinya.

"Lain kali kalo gak punya duit bilang. Gak usah belagak begok kayak gini." Dito langsung mengambil baksonya yang sudah sedikit berkurang akibat sudah masuk ke perut perempuan itu.

Merasa tidak terima diperlakukan seperti ini, perempuan itu langsung menyekal tangan Dito dan mengambil baksonya kembali. "Eyy, Ini maksudnya apani. Gue gak ngerti. Pertama, lo udah kurang ajar ama gue. Kedua, lo ngambil bakso gue. KETIGA! Lo bilang belagak begok karena gak punya duit? Memang bokap lo sekaya apa sih? Sampek buat lo gak ngaca kalo goceng aja lo masih minta sama bokap lo. Hah?!" Perempuan itu sangat marah melihat ia direndahkan disekolah barunya ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 01, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The unexpected boyWhere stories live. Discover now