Bagaimana cara Tuhan menciptakan kebahagiaan?
Melalui orang-orang sekitar?
Atau melalui hal-hal yang terjadi di sekitar kita?
Lalu, bagaimana dengan seseorang yang selalu sendiri dan lebih memilih sendiri?
Apakah tidak ada kesempatan baginya untuk bahagia?
Ada. Karena Tuhan menciptakan kebahagiaan bukan dari orang yang ada di sekitarmu. Bukan pula dari apa yang terjadi disekitarmu. Tapi dari dalam dirimu sendiri.
***
"How was your day?" tanya Dira begitu ia bisa melihat wajah Johnny dari layar laptopnya.
"Such a long day" keluh Johnny. Dira hanya tertawa ringan melihat ekspresi Johnny saat mengeluh. Dira sudah tau jika Johnny pasti akan mengeluh "papa beliin aku motor buat disini."
"Terus? Bagus dong. Apalagi kamu gak bawa mobil 'kan kesana. Jadi gak harus ribet naik bis atau nebeng Om kamu setiap pagi."
"Ya ya, that's a good idea. A very good idea. Tapi motor yang dibeliin motor matic."
"Terus? Apa jeleknya? Lagian aku yakin motornya baru."
"Aduh Dira sayang, kamu gak tau ya, aku kan paling males naik motor matic. Kayak cewek." Dira kembali tertawa ringan.
"Johnny, Johnny. Gak semua motor matic buat cewek, sayang." Dira berujar "lagipula aku yakin kamu udah pake motornya." Johnny terdiam "tuh kan bener! Kamu udah pake motornya!" ia kembali tertawa.
"Terpaksa tau gak. kalo gak gitu aku gabisa ngurus berkas ke kampus."
"Oh! Tadi kamu ke kampus?" Johnny hanya mengangguk "jadi, gimana suasana kampus baru kamu?"
"Besar sih, tapi gak sebesar UI. Tapi capek juga kalo kemana-mana jalan."
"Jadi pengen ke Semarang. Padahal baru kemarin ketemu." Dira mendadak sedih "kamu tau gak? tadi pagi aku tuh hampir aja otw ke rumah kamu. Mau ngajak beli bubur di deket rumah kamu. Tapi terus keinget kalo kamu udah pindah. Hehe."
Johnny terdiam.
Ah, ada rasa nyeri yang menjalar di dadanya karena mendengar ucapan Dira. Ia merindukan gadis itu. Biasanya dengan bertatap wajah melalui skype, membuat Johnny mampu meluapkan rasa rindunya. Namun sekarang, justru membuatnya semakin ingin bertemu dengan Dira.
"Kamu jangan sedih gitu dong. Nanti kalo aku pulang, kita makan bubur disana. Abangnya aku suruh ke rumah deh!" Dira tersenyum.
"Maaf ya, aku gak seharusnya bilang gitu ke kamu. Cuma bikin beban."
"No, it's okay. Aku juga kangen sama kamu. Tapi kalo udah liat wajah kamu gini, aku udah seneng. Oh iya! Aku tadi baca beberapa halaman buku harian kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Déstin
FanfictionPada awalnya, Johnny Cleandro tidak begitu percaya dengan adanya takdir yang digariskan Tuhan. Terlalu naif jika manusia hanya berpaku pada takdir dari Tuhan. Hingga ia bertemu dengan Dira. Seorang gadis yang percaya jika segalanya sudah di gariskan...