Dua

15 2 1
                                    


Hari Minggu, pasti kalian suka hari itu bagi yang seumuran denganku. Menurutku hari Minggu adalah waktu yang harus kita luangkan untuk keluarga. Mama masak di dapur sedangkan ayah yang biasanya bekerja hanya duduk manis dengan kopi hangat dan koran yang dibacanya. Memang hari itu khusus untuk keluarga. Jangan heran jika aku tidak main bersama temanku, karena memang aku tidak suka menghabiskan waktuku untuk main saja. Aku lebih suka mengurung diri di rumah, walaupun sebenarnya aku tahu mama diam-diam menyuruh Azka untuk mengajakku main. Tapi ketahuilah terkadang aku ingin menyendiri, jauh dari keramaian.

"Len, tolong anterin kue ini ke mamanya Azka ya," mama yang hobi bikin kue memintaku untuk anterin kue buatannya ke rumah Azka. Mama memang dekat sekali dengan mamanya Azka, itu sebabnya nggak salah kalau kita sekarang juga sahabat.

"Iya, ma," jawabku. Kutaruh novel yang kubaca, dan segera mengantar kue buatan mama.

Rumah Azka terletak tidak jauh dari rumahku. Rumahku dan rumahnya hanya dibatasi satu rumah. Tokk.. tokk..

"Eh, Lena," sapa Kak Lingga. 

"Hai kak, ini tadi aku disuruh mama ngasihin kue nya," sapaku sambil memberikan kue titipan mama.

"Eh, terima kasih yah,....emmm Azka barusan keluar," aku rasa Kak Lingga sadar kalau dari tadi aku celingak celinguk mencari sosok Azka. Sedikit malu sih ketahuan. Tapi setidaknya aku tahu bahwa Azka tidak ada di rumah.

"Hehehe, kalau gitu aku pamit ya kak, salam buat Azka dan tante" pamitku.

Akan kuceritakan sedikit tentang kak Lingga. Sama dengan Azka yang populer begitu juga dengan Kak Lingga. Tapi berbeda dalam hal penampilan. Jika Azka sangat cuek dengan penampilan tapi itu memang pesona dia, bahkan dia yang cuek malah bikin jatuh hati para cewek di luar sana. Berbeda dengan Azka, penampilan Kak Lingga lebih rapi. Ditambah lagi jabatan dia sebagai ketua BEM membuat cewek-cewek di luar sana jatuh hati. Coba bayangkan ketua BEM dengan wajah tampan, siapa yang tak jatuh hati padanya? Mungkin hanya aku saja, karena yang kulihat hanya Azka.

Setelah mengantarkan kue buatan mama, kulanjutkan membaca novel. Terlintas dipikiranku tentang Azka. Biasanya dia ajak aku atau hanya pamit.

"Sudah Len," mama buyarkan lamunanku.

"Sudah ma," jawabku lesu.

"Kamu nggak main sama temenmu?" tanya mama.

"Malas ma, panas, mending di rumah,".

"Azka mana? Biasanya main ke sini,".

"Pergi ma,".

Mama selalu menyuruhku untuk main selayaknya teman sebayaku. Tapi bagiku itu sulit. Mencari teman yang baik itu sangatlah sulit.

***

Pagi ini aku berangkat sekolah sendiri, karena hari ini adalah jadwa aku piket kelas. Seperti biasa kalau nggak bareng sama Azka, ayah yang mengantarku ke sekolah. Ayah memang selalu berangkat pagi-pagi sekali.

Sesampainya di sekolah, aku bertemu Naomi salah satu temanku yang juga kebagian piket kelas denganku. Dia sudah ada di dalam kelas, dan tak sengaja aku melihat dia mengambil sebatang cokelat dan bunga dari tasnya dan ditaruhnya di atas meja Azka. Fakta bahwa selama ini Naomi lah yang menaruh coklat dan bunga di atas meja Azka telah kuketahui pagi ini.

Andai saja Azka tahu, mungkin dia senang sekali. Bagaimana tidak? Jika kalian tahu Naomi adalah murid nomor satu di sekolah. Cantik, pintar, dan tidak sombong, sudah pasti mereka yang di sana antri untuk mendapatkan hatinya. Aku tidak tahu harus bagaimana saat mengetahui semua pagi ini. Lebih baik aku diam.

"Eh, Len,". Aku rasa dia kaget dengan kehadiranku. Seperti takut ketahuan dia yang menaruh cokelat dan bunga di atas meja Azka.

"Hai, Mi,". Kulihat cokelat itu ingin tahu bagaimana reaksi Naomi.

RINDU AZKAWhere stories live. Discover now