Empat

10 1 2
                                    


Kali ini akan kuceritakan tentang Nanda, murid baru yang saat ini jadi saingan si Naomi. Dulu aku berpikir dia sama seperti lainnya, tapi nyatanya tidak. Aku mengira dia akan menjauh, bahkan tidak ingat namaku. Nyatanya sekarang, Nanda adalah orang kedua setelah Azka yang mau berteman denganku. Kita memang sama, karena memiliki hobi dan kebiasaan yang sama. Aku pikir dia suka nongkrong di cafe dan mall seperti yang lainnya, nyatanya dia lebih suka nongkrong di perpustakaan.

Perpustakaan menjadi awal kita menjadi teman dekat. Kulihat saat itu Nanda membaca di salah satu sudut perpustakaan yang sering kukunjungi karena semua novel diletakkan disana. Kaget kulihat dia ada disana. Bingung, harus bagaimana menghadapinya, karena mana mungkin aku tidak menyapanya. jika aku menyapanya, takutnya mungkin saja dia sama dengan yang lainnya. "Eh Len," sapanya. Jujur saja itu membuatku shock, saat dia memanggil. Apa dia memanggilku, itu yang kupikirkan. "Iya," jawabku.

Sejak itu kita mulai saling tukar cerita. Dia menceritakan kehidupan di sekolahnya dulu, kenapa dia pindah, dan juga kisah cintanya yang berakhir dengan kata putus. Kedatangannya membuat hari-hariku berbeda.

Di lapangan aku melihat Azka dan teman-temannya untuk latihan basket. Hubunganku dengannya masih sama, belum baikan. Aku ke sini karena Nanda mengajakku melihat anak latihan basket. Azkaaaaaa!!! Mereka meneriakan namanya dengan keras. Selain itu kulihat Azka hanya menebar senyum manisnya kepada mereka, dasar pikirku dan tanpa sadar aku senyum sendiri. Bagiku Azka begitu manis, dia tidak pernah menjelekan orang lain. Dia selalu terbuka dengan mereka yang saat ini meneriakan namanya. Tapi, sedikit ada rasa cemburu di hatiku.

"Azka itu baik ya," kata Nanda yang membuatku kaget.

"Iya," jawabku.

"Ini pertama kalinya aku melihat cowok kayak Azka."

Mendengar pernyataan dari Nanda itu membuatku kaget. Aku berpikir bahwa Nanda menyukai Azka. Tapi harus bagaimana lagi, karena aku memang tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin memang saatnya aku merelakannya jika memang dia juga memiliki perasaan yang sama dengan Nanda.

Selesai menonton latihan basket, aku dan Nanda berencana akan ke toko buku. Dan aku setuju dengannya, karena sudah lama tidak ke toko buku. Ditambah lagi aku saat ini juga sering pulang sendiri, karena malu pulang bareng Azka.Tinnn tinn.... suara klakson itu terdengar tidak asing di telingaku.

"Ayo," ajak Azka.

"Nggak ah," jawabku sedikit jutek. Diam diam muncul rasa lega karena dia akhirnya mengajak aku pulang.

"Len, maaf, aku ngaku salah, baikan ya."

"Kalian bertengkar?" tanya Nanda yang kulupakan bahwa dia saat ini bersamaku.

"Iya Nan, bantuin dong," Azka meminta bantuannta agar kita seperti dulu.

Hari itulah dimana Azka meminta bantuannya dan tanpa kusadari mereka terlalu dekat. Akhirnya kuputuskan mengakhiri pertengkaran kita yanh tidak ada gunanya itu. Saat itu Nanda mengajakku ke salah satu cafe dan ternyata di sana sudah ada Azka minum jus alpukatnya. Intinya, Nandalah yang membuat hubungan kita kembali seperti biasa.

Hanya itu yang bisa kuceritakan tentang Nanda. Aku tidak tahu kapan mereka mulai punya rasa spesial di hatinya. Hingga pada akhirnya Azka yang kucintai
menceritakan bahwa sudah menjadi pacar seorang Nanda.

***

Kembali di teras rumah, aku menunggu Azka yang sudah menjadi milik seorang Nanda. Hari ini keluargaku akan pindah ke kota Jakarta dan kemarin nggak sempat aku menceritakan ke Azka. Tidak bisa kubayangkan bagaimana aku jika jauh dari Azka dan keluarganya. Aku tidak tahu bagaimana kehidupanku di sana. Sedih meninggalkan semua kenangan yang ada di kota Bandung.

Persahabatan yang terjalin begitu lama, kini harus berpisah tak tahu berapa lama. Seandainya aku bisa menceritakan kepadanya, tapi tak mampu karena dia begitu jauh dariku. "Len, ayo," ajak mamaku. "sebentar, ma," jawabku gelisah menunggu kehadiran seorang Azka. Mama hanya diam, mungkin dia tahu perasaanku yang sedih harus berpisah dengan Azka.

Lama aku menunggunya, tapi tak muncul sosok Azka. Sudahlah, itu yang kupikirkan. Aku harus segera pergi meninggalkan kota ini. Selamat tinggal Ka, aku harap kita bertemu kembali di masa yang akan datang. Semoga kamu bahagia di sini bersamanya.

***

Semenjak kepindahanku, tak ada kabar dari Azka atau Nanda. Kini aku hidup di kota Jakarta meneruskan kehidupanku tanpa dia. Tentu hidup harus terus berjalan. Aku boleh kehilangan Azka, tapi aku tidak bisa kehilangan mimpiku.

Azka, kini aku di tengah keramaian

Tapi hariku begitu sepi tanpamu

Bagaimana kabarmu disana?

Apakah kamu baik-baik saja dengannya?

Aku harap kamu baik-baik saja disana

Temanmu, Lena

Kutulis semua perasaanku tentan Azka, di catatan yang berisikan semua tentang Azka. Kulihat di sekelilingku yang begitu ramai, dengan lampu-lamu yang begitu indah. Azka, aku kini jauh darimu, itu yang kupikirkan. Aku berharap di kota yang ramai ini aku menemukan sahabat seperti Azka dan Nanda.Amin.

RINDU AZKAWhere stories live. Discover now