AKU DAN MEREKA

140 9 1
                                    

Namaku Stefanny Kim Laura.  Aku seorang pelajar SMA berumur hampir 17 tahun yang akan menempuh Ujian Nasional tahun depan.  Tak ada darah Korea yang mengalir di tubuhku.  Ini semua ulah si bunda.  Bunda adalah seorang K-Drama lover sejak Endless Love booming di Indonesia.  Sejak itulah bunda terobsesi untuk memberi nama anaknya dengan bumbu Korea.

Ngomong-ngomong soal nama nih,  awalnya ayah gak setuju.  Tak ada darah Korea kok ada marganya.  Tapi kata bunda,  daripada jadi pecandu narkoba,  nanti namanya ekstasi atau sakaw. Ya juga ya.

Bunda mengandungku di usia yang masih belia,  21 tahun.  Bunda menikah bukan karena MBA atau sudah mapan.  Kakekku mengidap penyakit sakit paru-paru karena pada masa mudanya beliau adalah seorang perokok berat.  Kata bunda,  saat itu sangat kecil harapannya untuk kakek bisa berumur panjang.  Makanya kakek meminta bunda sebagai anak satu-satunya untuk menikah sebelum kakek tiada.

Untungnya saat itu ibu telah menemukan tambatan hati,  ayah yang sangat kukagumi.  Gantengnya gak kalah lo dari So Ji Sub ahjussi.  Ayah dan ibuku menikah pada tanggal 14 Februari 2000. Ajaibnya,  aku lahir di tanggal dan bulan yang sama.  It's magic!

Setahun setelah aku lahir,  kakek dipanggil Tuhan ke surga.  Kata bunda,  kakek sangat senang saat aku lahir.  Beliau sangat suka menggendong dan menciumku. "Rasanya semua penyakitku telah hilang", begitu kata kakek.  Ketika bunda menceritakan tentang kakek padaku,  aku merasa sangat senang.  Aku bisa menjadi obat bagi kakek walaupun sesaat.

Awalnya aku tak memiliki ketertarikan tentang Korea.  Namun rasa ingin tahu itu muncul sesaat setelah aku mendengarkan sebuah lagu berjudul Always yang dinyanyikan oleh Yoon Mirae.  Kupikir,  lagu Korea enak juga ya.  *Lu pikir Samyang? * Lagu ini adalah salah satu ost drama yang dibintangi si ganteng Song Joong Ki dan si cantik Song Hye Kyo.  Apalagi waktu itu dramanya booming banget kan? Karena kata bunda bagus, jadi nonton deh.  Eh terus keterusan deh.  Hehehe.

14 April 2016, aku meminta drama Descendant of the Sun pada bunda.  Bunda pun kaget,  "Cieee kena virus dari mana Kak? " Aku tersenyum sambil menjawab,  "Dari bundalah." Bunda melanjutkan,  "Nontonnya abis ngerjain PR ya,  biar ga ada beban." "Oke bunda.", begitu kataku singkat.

Bunda masih aktif nonton drama Korea namun tak sesering dulu.  Semua bermula dari kemarahan ayah pada saat aku berumur 10 tahun.  Saat itu aku duduk di bangku kelas 5 SD.  Suatu hari pak Imam, supir keluargaku tidak masuk kerja.  Ibunya sakit di kampung,  jadi harus pulang deh. 

Ayah sudah mengingatkan bunda untuk menjemputku di sekolah.  Namun saat itu bunda terlalu asyik nonton drama Korea hingga lupa menjemputku.  Waktu telah menunjukkan pukul stengah tiga sore tapi aku belum juga dijemput.  Ayah dan bunda selalu mengingatkanku untuk tidak menerima ajakan siapapun kecuali pak Imam.  Bunda selalu berkata,  "Kak,  pas pulang sekolah nanti... " "Kalo ada orang yang ngajak pergi jangan mau ya.  Pasang muka garang biar dia pergi. " Aku melanjutkan sisa kalimat bunda yang hampir tiap hari dilontarkan padaku sebelum berangkat sekolah. 

"Bunda gimana sih? Fanny udah lama nunggu di sekolah, eh malah asyik nonton drama.  Kalau Fanny diculik gimana? " Saat itu ayah begitu kesal pada bunda karna lupa menjemputku. Untung saja waktu itu ayah cuma meeting di luar kota jadi pulang cepat dan sadar deh kalo aku belum ada di rumah. 

Mungkin orang yang mendengarkan ceritaku ini akan berpikir bahwa bunda orang yang lalai, tak bisa mengurus anak dan sebagainya.  Kalau lalai,  ya memang benar pada saat itu bunda lalai.  Namun manusia itu tak ada yang sempurna.  Ada saatnya kau akan lengah dan berbuat kesalahan bahkan tanpa kau sadari sedikitpun.  Itu bukti bahwa memang benar tak ada manusia yang sempurna. Paling yang ada hampir sempurna. Eh,  itu salah satu judul lagu Indonesia favoritku lo!

OPPAKU BUDIMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang