LIBURAN DI JOGJA

57 1 1
                                    

Dua bulan yang lalu adalah kali terakhir Budi mengantarku pulang ke rumah.  Setelah itu?  Seperti biasa,  kami menjalani kehidupan kami masing-masing seperti biasanya.  Kadang bertemu di kantin,  kadang saling papasan di koridor kelas. Tak ada yang spesial.  Hanya saling sapa.

Sesungguhnya,  mulai saat itu aku penasaran dengannya.  Orang seperti apa si Budi? Bagaimana sifatnya? Dan....  Apakah dia menyukaiku?

Ku tahan semua rasa penasaran itu.  Tak ingin mencari tahu.  Sebentar lagi pengumuman kenaikan kelas akan diberitahukan. Aku yakin 100% bakal naik kelas. Cuma nilainya itu loh. Makanya sekarang berdoa berdoa dan berdoa.

Setidaknya dalam dua bulan ini bunda sudah bertemu dengan tante Amel sebanyak dua kali.  Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan.  Soalnya aku gak pernah ikut.  Gak pernah diajak dan memang aku sedang ingin menjadi seorang kutu buku untuk mendapatkan nilai yang setidaknya sedikit lebih baik dari kata pas-pasan. Aku yakin,  si Budi juga gak mungkin ikut kegiatan rumpi si ibu-ibu.
---------------------------

Hari ini bunda pergi ke sekolah untuk mengambil raport.  Aku ikut karna penasaran banget. Kutunggu bunda di luar ruang kelas sambil sesekali mengintip dari luar jendela.

Aku tak mendengar apa yang dikatakan wali kelasku pada bunda.  Suaranya kecil banget.  Udah nempel kupingpun gak tahu mereka ngomong apa.

Ditengah kesibukanku yang sedang menguping,  tiba-tiba ada yang mengagetiku dengan suara khasnya.  "Eh Fanny.  Lagi ngapain cantik?" "Eh,  tante Amel. Ini lagi nunggu bunda, Tante.  Hehe." "Ouh deg-degan ya? Tenang aja pasti bagus nilainya."

Aku pun hanya tersenyum.  Dalam hati,  tante Amel ini tahu aja apa yang sedang aku khawatirin.  Aku melihat ke arah Budi yang sedang mengotak-atik HPnya.  Wajahnya biasa aja,  mungkin raportnyaa lolos dari kebakaran.  Makanya bisa bernafas lega.

Tak lama setelah bertemu dengan tante Amel,  bunda pun keluar dari kelas.  Bunda agak kaget melihat tante Amel dan Budi yang juga ikut menunggu. "Eh jeng.  Ketemu lagi." kata bunda sambil cipika-cipiki ke tante Amel.

"Gimana?" tanya tante Amel ke bunda.  Maksudnya gimana raport aku.  "Ya lumayan lah.  Hehe." Ku perhatikan wajah bunda. Santai sih wajahnya.  Gak ada tampang kecewa.  Kayanya nilai aku bagus-bagus deh. 

Sambil berjalan menuju gerbang sekolah, bunda pun bilang kalau kami akan pulang kampung.  "Jeng liburan kemana?  Jogka yuk.  Biar bisa jalan-jalan bareng." "Pengennya juga gitu tapi papanya Marco lagi banyak kerjaan. Pengennya sih sekeluarga."

Kecewa.  Itu yang sempat terlintas dipikiranku. Seperti kata bunda,  kalo Budi dan keluarganya juga liburan ke Jogja, kan kita bisa liburan bareng.  Pasti seru.  Aku bisa lebih deket sama Budi dan kepoin dia deh.  Tapi karna tante Amel bilang gitu,  ya mau gimana lagi. Kami pun menuju mobil masing-masing.  Aku dan Budi hanya saling senyum saat hendak berpisah. 

------------------------------

Liburan kali ini kami habiskan di Yogyakarta, kota kenangan yang sangat ku cinta. Kami liburan di rumah nenek. Liburan di Jogja cuma seminggu sih, soalnya nunggu ayah dapet cuti dulu.

Sudah lama aku tak bertemu nenek. Kasihan dia, hidup sendiri semenjak kakek meninggal dunia. Bunda sudah mengajaknya berulang kali untuk tinggal di Jakarta, namun nenek menolaknya. "Macet, panas, sumpek. Ora betah aku." Begitu katanya.

Ayah ikut liburan dengan kami, tapi di hari kelima ayah harus balik ke Jakarta. Gak bisa lama-lama cuti. Jadilah aku, bunda dan Stella aja yang nemenin nenek di Jogja. Sayang sih gak lengkap, tapi mau gimana lagi.

Aku senang tinggal di rumah nenek. Banyak pepohonan dan udaranya masih cukup segar. Rumah nenek tak begitu besar, tapi gal sumpek apalagi panas. Asyik deh pokonya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OPPAKU BUDIMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang